Tinggal Bersama (I)

2.5K 142 0
                                    

Part 3

One day, someone will walk into your life and make you see why it never worked out with anyone else . . .

***

MINA

Aku terbangun karena alarm yang ku setel di handphone ku. Mematikan alarm lalu melihat jam, 06.30

Kenapa aku harus bangun pagi kalau hari ini adalah hari sabtu? Aku menggeliat malas, rasanya aku sudah menyatu dengan kasur

Aku melangkah menuju kamar mandi di ujung ruangan, setelah 20 menit aku keluar dengan handuk yang melilit dari dada menuju setengah pahaku

Memilih baju santai rumahan, menyisir rambut, memakai sedikit bedak dan parfume
Aku menuruni tangga rumah bibi, kulihat bibi dan paman yang sedang mondar-mandir keluar kamar dan membawa barang-barang penting. Apa mereka berdua mau berpergian?

"Pagi Min" aku tersenyum memberi jawaban atas salam paman

"Mau pergi kemana? Sibuk sekali" aku berjalan menuju meja makan lalu mengolesi roti dengan selai cokelat

"Ah, maaf ya kami belum bilang padamu. Perusahaan di Amerika mendapat masalah dan harus paman tangani sendiri" jelas paman

"Bibi juga ikut?" paman mengangguk
"Jadi aku sendiri ya? Asiknya"

Lalu dengan sekejap aku memikirkan apa yang akan aku lakukan setelah paman dan bibi pergi. Pergi jalan-jalan dengan Niken, malas-malasan dirumah, memanggil teman kemari. Patut dilakukan

"Sendiri? Mana mungkin bibi dan paman meninggalkan kamu sendiri dirumah? Kamu akan bibi titipkan pada anak kerabatnya bibi" kata bibi yang langsung muncul dihadapanku dan menarik kursi meja makan

Pupus sudah harapanku, ku kira aku bakal sendiri. Ah sedih sekali

"Kenapa tidak dirumah Lily saja sih bi?" tanyaku tidak terima

"Rumah Lily bukan di kawasan Jakarta lagi, rumah Lily sudah diluar kota. Mana mungkin kamu pindah sekolah? Sudahlah tidak apa-apa" jelas bibi. Aku menghela napas

"Kapan paman dan bibi kembali? Tapi kenapa bibi harus ikut?" tanyaku

"Kami tidak tahu, kata bibimu ia bosan jika ditinggal oleh paman. Disana bibi mu juga bisa jalan-jalan, benar?" jawab paman. Bibi hanya mengangkat jari telunjuk dan jari tengah

"Sekarang kemasi barang-barang mu, bawa barang-barang berharga mu. Jangan sampai ada yang tertinggal, karena rumah ini akan paman kunci" aku melongo tak percaya, rumah ini akan dikunci?

"Jangan bawa celana pendek mu itu atau pakaian terbuka, bawa pakaian yang sopan dan tertutup. Anak kerabat kami adalah lelaki dewasa yang umurnya sudah mencapai sekitar 25 tahun" jadi aku akan tinggal dengan lelaki dewasa? Serius? Astaga

"Kenapa harus anak kerabat paman? Kenapa bukan kerabat paman?"

"Kerabat paman sudah pindah keluar negeri, tapi karena anak sulungnya menolak untuk pindah akhirnya ia menetap disini. Kamu akan tinggal diapartemennya" aku hanya mengangguk mengerti

"Jam 10 nanti ia akan menjemputmu, segera berkemaslah" dengan pasrah aku menaiki tangga menuju kamarku, mengambil koper besarku lalu memasuki barang-barangku

***

Tepat jam 10, suara derum mobil terdengar diluar rumah. Astaga bagaimana kehidupanku nanti? Apa ia pria mesum? Jangan-jangan aku akan di 'itu' sama dia?

Aku kenapa sih? Kenapa jadi aku yang mesum begini? Sadar Mina.

Aku menurunkan koper dengan dibantu paman, membawa koper besar, tas sedang khusus seragam sekolah dan alat make up ku, lalu beberapa sling bag untuk aku berpergian

Aku belum bertemu dengan pria itu, kudengar suara kedua lelaki sedang tertawa. Yang kuyakini salah satu dari lelaki itu adalah anak kerabat paman dan bibi

Kalau dari suaranya sih ya, aku pikir itu pak Dand. Eh tapi kenapa juga aku mikir dia sih? Tapi suaranya benar-benar mirip!

"Mina, kemari" paman memanggilku, dengan jantung yang berdegup kencang aku berjalan menghampiri paman

Kenapa aku gugup bertemu pria itu? Padahal melihat wajahnya saja belum.
Kulihat pria itu tersenyum, lalu senyumnya pudar setelah melihat ku. Lelaki itu ...

Pak Dand. Pak guru. Guru ku. Di sekolah. Astaga

Mimpi apa aku semalam. Jadi pak guru adalah anak kerabat paman dan bibi? Kalau begitu mending aku tinggal di kolong jembatan saja daripada tinggal dengan pak guru.

"Kamu adik sepupu Lily?" wajah pak guru yang semula penuh senyum, jadi tanpa ekspresi melihatku

"Ya, bapak kenal Lily?"

"Dia sahabatku. Kita bertemu lagi, pirang." setelah menyelesaikan kata terakhirnya, pak guru memberikan evil smirk padaku. Itu membuatnya semakin tampan, eh aku apa-apaan?

Disinilah aku sekarang. Apartemen pak guru. Pak guru tinggal sendiri, dan tentu saja kamar tidur kami terpisah namun saling bersebelahan

Nuansa kamar ku adalah warna biru, serba biru. Pemandangan dari jendela kamarku sangat indah, kota Jakarta saat malam

Aku mengeluarkan handphone ku dari saku celana jeansku, lalu membuka camera dan berselfie ria dengan background Jakarta di malam hari

Segera ku edit dan kumasukkan ke akun instagram ku. Lalu mengepost foto tersebut

Aku menghela napas lalu meraih koper besar ku. Pertama, merapikan baju-baju ku dan memasukkannya kedalam lemari. Kedua, menata make up milik ku di meja rias. Ketiga, tidur siang

Aku terbangun dari tidurku karena ketukan keras dari pintu ku. Rasanya badan ku remuk, karena merapikan baju-baju ku yang banyak

Segera ku bangun dari tidur karena ketukan itu semakin lama semakin keras. Dengan malas aku membuka pintu kamarku

Dan di sanalah makhluk Tuhan yang paling indah, berdiri berkacak pinggang dengan dahi berkerut

"Mau sampai kapan kamu tidur? Sudah jam berapa ini? Cepat sana mandi lalu kita makan malam" kata pak guru dengan sinis. Kita? Maksudnya aku dan pak guru?

Aku berdiri di depan meja rias, aku benar-benar kacau. Lipstick yang meleset dari bibirku, rambut pirang yang kusut dan wajah khas orang bangun tidur

Selesai mandi, aku menghampiri pak guru yang sedang sibuk dengan tab nya. Setelah kududukkan diriku tepat didepan pak guru, pak guru meletakkan tab miliknya lalu mengambil nasi dari rice cooker

Kami makan dalam diam, hanya dentingan sendok dan garpu yang terdengar di ruang makan. Sesekali aku melihat pak guru yang sedang makan, masih tampan

"Fokus saja pada makanan mu pirang" seketika aku tersedak karena omongan pak guru, mati aku.

"Hah? I-iya" kata ku terbata. Bodoh, kenapa aku terbata begini? Ia pasti senang karena dilihati gadis cantik sepertiku

Selesai makan, pak guru kembali kekamarnya meninggalkanku sendiri di ruang makan. Di apartemen pak guru tidak ada pembantu, jadi semua piring ini aku yang cuci? Hebat.

Setelah memakai sarung tangan karet yang tersedia, aku mulai mencuci piring-piring kotor. Dengan perasaan gondok, aku mencuci alat makan yang kami pakai tadi. Kenapa aku harus mencuci punya pak guru? Memangnya ia tidak bisa mencuci piring?

"Yang bersih ya" celetuk pak guru dari belakang yang membuatku kaget

"Kenapa ga ada pembantu sih disini?" tanya ku kesal

"Tadinya ada, tapi sudah saya pecat" jawab pak guru yang kurasakan sedang melihat pekerjaanku sekarang

"Kenapa dipecat?" tanya ku kaget

"Kan ada kamu" jawab pak guru sambil tersenyum manis

Kan ada kamu. Kan ada kamu. Kan ada kamu.

Seketika 3 kata itu langsung terngiang di kepalaku

Begin AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang