Part 6
Just because we can't be together, doesn't mean i won't love you . . .
***
MINA
Aku terbangun.
Kata-kata pak guru tadi siang disekolah membuatku kepikiran, pak guru menggendongku, dan menggenggam tanganku
"Sudah tidak apa-apa. Ada aku"
Pak guru mengatakan itu dengan bisikan, tepat ditelingaku. Napas pak guru saat itu mengenai pipiku, yang membuat kedua pipiku memanas
Pak guru memang guruku, aku tak boleh menyukainya. Tapi, perlakuannya padaku. Apa aku boleh berharap?
Tok tok
Kudengar dua kali ketukan dari luar pintu kamarku. Itu pasti pak guru, aku belum siap bertemu dengannya. Aku mendudukan tubuhku, merapikan baju dan rambut panjangku. Saat kurasa sudah rapih, ku tidurkan tubuhku dan menyelimuti sampai dadaku
"Masuk" kataku
Pintu itu terbuka, dan nampaklah pak guru dengan celemek biru polos miliknya. Ia menghampiriku, dan duduk diujung kasurku
"Mau makan? Atau kubawakan makan malammu kekamar? Jangan paksakan dirimu" tanya pak guru.
"Aku akan makan dimeja makan, tidak usah repot-repot mengantarkan makananku pak guru" kataku
Aku bohong, bagaimana bisa aku makan dimeja makan? Bahkan untuk berjalan saja kakiku terasa nyeri
Dengan yakin dan memasang wajah yang tak kesakitan, aku mecoba berdiri. Berjalan satu langkah, tidak apa-apa. Dua langkah, oh tidak. Rasa nyeri di kaki kanan ku datang
Akibat rasa nyeri tersebut, aku oleng. Untung saja sebuah tangan kokoh menangkapku agar aku tidak terjatuh. Pak guru menuntunku berjalan kearah kasurku dan mendudukanku diujung kasur
"Kan sudah saya bilang, jangan paksakan dirimu. Coba liat apa akibatnya, kamu memaksa untuk makan dimeja makan? Bahkan untuk berjalan saja kamu tidak bisa" kata pak guru
Pak guru berjongkok didepanku, menyingkap sedikit rok yang kukenakan, pak guru melihat lukaku. Luka dibagian kaki kananku terdapat di tulang kering ku dan pahaku. Bagian pahaku bengkak, membuatku kesakitan jika berjalan
Dengan masih di posisi berjongkok, pak guru membalikkan badannya memunggungiku. Dengan bingung aku menatap punggung lebar itu
"Ayo naik" kata pak guru
Dan disinilah aku, di gendong oleh pak guru. Punggung pak guru yang lebar membuatku nyaman. Dengan tak sadar ku lingkarkan tanganku pada lehernya dan ku benamkan wajahku diantara pundak dan leher pak guru
Pak guru mendudukiku, aku duduk disamping pak guru. Lalu pak guru mengambilkanku nasi beserta lauk pauknya
Kami makan dalam diam, setelah makan aku tetap di kursi meja makan. Sedangkan pak guru membersihkan piring kotor yang terdapat dimeja makan dan mencucinya
"Maaf merepotkan mu pak guru" kata ku
"Tidak apa-apa, sudah sepantasnya seorang guru membantu muridnya yang sedang sakit"
Ah jadi perlakuannya padaku selama ini hanya sebatas guru dan murid? Tidak lebih? Lalu kenapa sampai menggenggam tanganku? Menggendongku disekolah yang membuat anak-anak heboh?
Pak guru menggendong ku lagi, aku tidak bisa menolak karena rasa nyeri di kakiku terus menerus datang.
Pahaku bengkak karena geng itu, pahaku ditendang berkali-kali yang membuat pahaku memar dan bengkak. Ah ini sungguh sakit sekali
Mama calling
"Hey dear, bagaimana kabar mu?"
"Aku baik-baik saja ma, bagaimana kabar mama dan papa?" jawabku berbohong, tidak mungkin aku memberitahu mama tentang keadaanku yang seperti ini
"Apa pria yang tinggal bersamamu adalah pria yang baik?"
"Ya, dia sangat baik ma"
"Ia sudah dewasa, kan? Berhati-hatilah pada pria dewasa"
"Tenang saja ma, ia adalah guru ku. Sudah ya, bye ma"
Esoknya, aku tidak masuk sekolah karena kakiku yang bengkak. Pak guru bilang ia akan menyerahkan surat untuk wali kelas ku, dengan catatan bahwa kami adalah tetangga. Guru-guru disekolah tidak ada yang tahu kecuali kepala sekolah, pamannya pak Dand
Pak guru sudah berangkat kesekolah dua jam yang lalu, dan aku masih duduk diam menonton film yang sebentar lagi akan habis. Aku berdiri dan berjalan pelan-pelan menuju kulkas, mengambil susu cokelat dan sebungkus biskuit
Setelah film yang kuputar di dvd player sudah habis, aku mematikan tv dan dvd player. Sungguh, aku sangat amat bosan
Aku ingin menelpon Keynan dan Niken untuk datang kemari, tapi aku tak mungkin memaksa mereka berdua untuk membolos.
Aku mendengar pintu apartemen terbuka, Tuhan semoga itu bukan pencuri. Aku duduk dengan tegang, aku takut
"Kamu masih disitu dari saya pergi tadi?" tanya seseorang dibelakang ku. Tunggu, ini suara pak guru. Dan benar saja, aku melihat pak guru berkacak pinggang
"Bukannya bapak kerja? Inikan belum pulang sekolah? Bahkan bapak baru meninggalkan apartemen ini 2 jam yang lalu" tanya ku
"Saya mau di rumah" jawab pak guru. Aku menatap wajah pak guru, seketika wajah pak guru berubah jadi salah tingkah
"Memangnya ada ya guru yang membolos dengan alasan seperti itu?" tanya ku curiga. Apa jangan-jangan ...
"Bapak mau menemani ku di apartemen sendirian ya? Bapak khawatir pada ku kan?" seperti dugaan ku, wajah pak guru memerah. Namun pak guru segera merubah wajahnya menjadi tanpa ekspresi
"Sudah, berisik tahu" kata pak guru berjalan kearah dvd player
Pak guru mengganti film yang sedangku tonton, ia menggantinya menjadi film 22 jump street. Film kesukaanku
Lalu ia duduk di sampingku, sofa ini tidak terlalu besar karena itu badan kami berdekatan. Astaga, lengan kami bersentuhan
Kami tertawa karena tokoh Schmidt, tergantung terbalik di bagian samping truk. Baru kali ini aku mendengar pak guru tertawa, kutolehkan wajah ku melihat pak guru. Wajahnya berbeda, wajah pak guru yang terhiasi tawanya menjadikan kadar tampannya meningkat
Oh pak guru, kenapa kau sangat tampan?
"Wajah bapak lebih bagus jika tertawa daripada murung seperti sebelumnya" celetukku tiba-tiba
Pak guru menghentikan tawanya, lalu menoleh padaku. Aku masih melihatnya, kami saling pandang lalu pak guru mengalihkan pandangannya lebih dulu
"Aku tahu itu, terima kasih. Mina"
Deg.
Jantungku berdegup kencang saat pak guru memanggil nama ku. Sungguh, kenapa aku seperti ini?
+++++
KAMU SEDANG MEMBACA
Begin Again
Random[2] Dand & Mina Sequel dari SHADOW Tentang Dand Gade yang membenci perempuan berambut pirang karena mengingatkannya pada kekasihnya yang telah meninggal. Tapi ia sendiri malah terjerat oleh muridnya yang berambut pirang Sedangkan si murid, Kim Mina...