Unlucky day

3.9K 152 0
                                    

Part 1

If i'm louder, would you see me? -One Direction

***

MINA

Ahh akhirnya aku sampai juga di kota kelahiranku, Jakarta. Yah, aku adalah orang asli Jakarta namun saat umurku 11 tahun orang tuaku memutuskan untuk pindah ke negara Korea Selatan, tempat kelahiran papa ku. Dan aku memutuskan untuk pindah ke kota Jakarta saat umurku 18 tahun. Aku ingin belajar mandiri

Aku akan tinggal dirumah saudara ku, bibi Han. Ah aku sangat menyukai anak perempuan mereka. Selain cantik juga baik, apalagi ia sudah menikah dan memiliki anak berumur 2 tahun sekarang

Aku menguncir kuda rambut pirangku karena udara Jakarta yang panas, aku sedang menunggu Han Lily sekarang, ah Han Lily adalah saudara ku

Akan ku ceritakan tentangku.
Aku adalah anak tiri dari keluarga Kim. Saat itu papa dan mama ku tidak bisa memiliki anak, dan hasilnya aku yang papa dan mama adopsi. Dan rambut pirangku adalah gen dari ibu kandungku yang berambut pirang

"Mina!" suara teriakan wanita mengintrupsi kegiatan melamunku
"Lilyyy" aku setengah berlari lalu memeluk ibu satu anak ini

"Aku merindukan mu, welcome to Jakarta" Lily memelukku lagi

Kulihat seorang lelaki berperawakan tinggi datang dari belakang tubuh Lily, lelaki itu menggendong seorang anak laki-laki

"Mina, ini Fredie. Fredie, ini Mina" aku bersalaman dengan pria bermata biru itu. Wow matanya benar-benar indah
"Dan ini anakku Reynald Clinston" anak laki-laki yang bernama Reynald itu meronta-ronta dari gendongan ayahnya ingin berada digendonganku. Ah lucunya

Aku menggendong Reynald dan membiarkan Fredie mendorong troli yang berisi koper-koperku

Sesampainya di rumah orang tua Lily alias bibi Han, aku langsung berlari memasuki rumah bertingkat dua itu tanpa mengetuk. Aku merindukan bibi dan pamanku yang baik hati ini

"Bibiii" bibi Han melebarkan lengannya supaya aku memeluknya
"Wah keponakan bibi sudah besar" bibi tertawa melihat penampilanku. Yah penampilanku dari yang dulu dan sekarang cukup membuat semua orang berdecak kagum.

"Mina" teriak suara bass khas seorang bapak-bapak. Aku menoleh dan mendapati paman dengan wajah keriputnya
"Wah paman tua sekali" aku tertawa terpingkal-pingkal melihat paman yang cemberut

Aku dan paman melakukan ritual kami, 'bertoss ala Mina' kalau paman bilang. Setiap kami bertemu, kami selalu melakukan ini. Sampai-sampai aku rindu dengan 'toss ala Mina' ini

"Ck, kamu ga berubah ya Min. Sifat gilanya masih sama kayak dulu. Aku kira dengan bertambah dewasa dan cantiknya kamu, kamu berubah. Eh ternyata wajah anggun kamu tuh cover doang" aku memukul tubuh Lily dengan bantal sofa ruang keluarga

"Jadi berisik ya kalau ada Mina" celetuk bibi

"Bi, aku lapar. Ayo kita makan" aku berjalan kearah meja makan dan diikuti oleh bibi, paman, Lily, Reynald dan Fredie

***

Hari ini hari pertamaku masuk sekolah sma di Jakarta. Senangnya bukan main, malahan seorang Kim Mina yang jika bangun tidur harus dibangunkan, sekarang tidak. Mungkin karena rasa semangatku?

"Kamu bangun sendiri? Kata mama kamu, kamu gabisa bangun sendiri" tanya bibi, aku hanya menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal

"Ah mama bohong tuh bi"

"Bibi tahu, kamu penasaran sama cowok Jakarta kan? Iya kan? Gausah nyari cowok, nanti si cowok bakal datang ke kamu sayang, kamukan cantik" jelas bibi. Benar juga

"Eh tapi bibi salah, aku gamau nyari cowok kok. Kan aku terlalu semangat, makanya bangun sendiri. Eh tapi makasih ya bi atas pujiannya" aku mengambil selembar roti tawar lalu mengoleskan selai cokelat diatasnya

"Hari ini kamu diantar paman kamu ya, dua hari aja. Karena selebihnya kamu harus naik bus, kamu mau mandiri kan?" aku hanya mengangguk

Setelah sampai disekolah, aku melihat banyak anak perempuan dengan rambut yang berwarna merah, hijau, ombre biru, ombre cokelat dan masih banyak lagi. Kalau tidak salah, sekolah ini memperbolehkan muridnya mengecat rambut. Untung saja aku selamat. Tapi ngomong-ngomong kenapa tak ada warna rambut pirang?

Aku berjalan menuju ruang kepala sekolah, untuk diberi pengarahan dimana kelasku atau lainnya.

Dan ternyata aku dapat kelas 3-3, saat aku memasuki kelas dan memperkenalkan diri semua mata murid tertuju padaku. Kulihat murid perempuan berbisik-bisik sedangkan murid laki-laki ada yang berdecak kagum dan menatapku seakan-akan aku mangsa mereka

"Baiklah, Kim Mina kamu duduk disamping Keynan" bu guru menunjuk pada laki-laki berambut hitam yang tersenyum manis kearah ku

Laki-laki bernama Keynan itu menggeser tasnya yang tadinya diletakkan di bangkuku dan berpindah keatas meja. Baru saja aku duduk, lelaki itu sudah mengulurkan tangannya padaku

"Gue Keynan Diatama" aku membalas uluran tangannya
"Kim Mina"

"Lo pindahan Korea? Kok muka lo rada bule?"
"Gue anak angkat, makanya wajah gue rada bule gitu" aku hanya tersenyum kikuk menanggapi lelaki ini, dia hanya mengangguk mengerti

Saat jam istirahat berbunyi, Niken murid perempuan yang duduk didepanku mengajakku kekantin. Setelah memberi roti keju dan susu cokelat, aku dan Niken berjalan kembali kekelas

Namun anak-anak perempuan berteriak histeris dan berlarian kearah parkiran sekolah. Aku mencekal seorang murid perempuan dengan tampilan mencolok

"Kenapa ribut-ribut?" perempuan mencolok ini hanya menunjuk kearah gerombolan murid-murid perempuan
"Ada pak guru" pak guru? Lalu kenapa jika ada pak guru?

"Lo mau melihatnya? Yang disana pasti pak guru ganteng" tawar Niken
"Ayo deh"

Aku dan Niken berjalan kearah kerumunan para gadis itu, aku memegang tangan Niken lalu menerobos para murid. Dan disinilah kami, berdiri di barisan kedua. Dan oh, aku melihat seorang pria berkemeja putih dan berdasi biru. Itu pak guru?

Pantas saja pak guru dikerumuni oleh para gadis ini, wajah pak guru itu tampan, badannya atletis, tingginya sekitar 180 cm, dan umurnya sekitar 24 atau 25 tahun. Lalu yang lebih seksinya lagi, ia menggulung kemejanya sampai sikut.

Karena aku tak tahan dengan para gadis yang semakin menjadi, aku dan Niken bersiap berbalik. Tapi langkah kami terhenti saat suara bass itu memanggil seseorang

"Hei kamu, murid yang berambut pirang disana" kata pak guru

Kemudian aku dan Niken berbalik arah, mata pak guru menatapku. Aku menunjuk diri sendiri dengan jari telunjukku, wajahku cengo. Maksud pak guru itu aku?

"Iya kamu, hanya kamu yang berambut pirang dikerumunan ini" dan akupun tersadar, hanya akulah yang berambut pirang dikerumunan ini

"Ada apa pak?" dengan bingung aku menjawab perkataan pak guru itu

"Ganti warna rambutmu, apa kamu tak tahu bahwa peraturan disekolah memperbolehkan muridnya mengecat rambut kecuali warna pirang?" jelas pak guru, aku menunduk karena para gadis menatapku tajam

"Maafkan aku pak guru, tapi ini ..." belum selesai aku berbicara, ia sudah memotongnya. Sungguh menyebalkan

"Ganti warna rambut atau dikeluarkan dari sekolah" katanya dingin.

Aku memandangnya dengan sinis lalu membalikkan badanku dan berjalan pergi. Dasar pak guru sok ganteng, eh tapi memang ganteng. Dasar, percuma wajah ganteng tapi galaknya minta ampun. Kok orang kayak dia disukain banyak murid sih?

Sungguh menyebalkan hari ini, dihari pertama sekolah sudah dimarahi oleh seorang guru.

Pokoknya apapun yang terjadi, aku tidak akan merubah warna rambutku.

+++++

Begin AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang