O3 | Namanya Shafa

80 12 4
                                    

———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

———

Hari ini jadi hari yang tidak akan pernah Diego lupakan. Setelah mendekam di balik jeruji besi selama lebih dari 20 hari, kini dia pun mendapat kesempatan menghirup udara segar lagi. Tak seperti bayangannya yang akan membusuk di penjara.

Dari semalam dia tak bisa tidur, bahkan ketika hari baru dimulai pun senyumnya sudah terpasang dengan sangat baik. Tapi walau dia hampir tak tidur, pagi ini wajahnya justru lebih cerah dari hari-hari kemarin.

Namun kebahagiaan di wajahnya perlahan sirna ketika sebuah mobil berhenti di dekatnya. Mungkin jika itu orang asing dia tak akan peduli, tapi orang yang baru menurunkan kaca jendela itu sudah sangat familiar di matanya.

"Bang!"

Ezra... memanggilnya?

"Masuk sini cepet!"

Seolah belum cukup, jendela di kursi belakang juga ikut diturunkan, muncul wajah Jo dengan senyum yang hangat. "Kami datang buat jemput kamu, masuk sini."

"Di depan, Bang, samping gue."

Maka apa yang bisa Diego lakukan selain menurut? Walau sungkan, dia akhirnya masuk ke kursi depan. Suasana benar-benar canggung parah. Dia seperti satu mobil dengan pejabat pemerintah bukannya keluarga.

"Kita jemput mama dulu di rumah sakit."

Jarak kantor polisi dengan rumah sakit tidak terlalu jauh, sebab baru berkendara selama 10 menit mobilnya sudah berhenti lagi, kali ini di halaman rumah sakit, persis di depan pintu lobi.

"Aku aja yang turun, kalian tunggu di sini." Ezra bicara lagi, dan sebelum menutup kembali pintunya, dia menukas jahil. "Bang, ngobrol, Bang. Pa, Papa juga ajak ngobrol, biar gak canggung banget. Heran kok orang-orang pada betah diem-dieman di mobil."

Dia tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya di mobil sebab ia langsung pergi menuju lobi. Tapi ia berharap keheningan yang terjadi sepanjang perjalanan bisa pecah begitu ia pergi.

Tujuannya lumayan jauh, dia harus naik ke lantai 2 untuk sampai di kamar kelas 1 yang ditempati Sania. Begitu masuk, tempat itu kosong, kebetulan memang tidak dihuni siapapun selain Sania seorang. Tapi ibunya pergi ke mana?

Semakin melangkah ke dalam, barulah Ezra menemukan Sania yang baru keluar dari kamar mandi. Tampak mengelap area sekitar bibirnya dengan ujung lengan baju dan seperti belum menyadari kehadirannya. Wajahnya masih sepucat kemarin.

"Mah," panggil Ezra. Wajahnya mendongak dengan sorot mata terkejut.

"Kamu sejak kapan di sini?"

"Baru, sih." Ezra berdeham. "Mama... morning sickness?"

"Mm-hm."

"Ayo pulang, aku ke sini mau jemput Mama."

"Pake mobil, ya?"

After The Cure: So It Can Be a Page | Mark Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang