O8 | Gue gak pernah lupa

93 14 6
                                    

———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

———

Malam yang lain, Clara lagi-lagi sendirian. Sebagai anak tunggal dan seseorang yang kurang handal dalam bersosialisasi, dia memang lebih sering sendiri ke mana-mana. Kak Dikta, seseorang yang ditunjuk David untuk menjaganya pernah beberapa kali menemaninya, tapi karena sekarang prioritas utama adalah sang ibu sambung sebab sedang mengandung, laki-laki yang tujuh tahun lebih tua darinya itu lebih sering bersama Mia ketimbang dirinya.

Malam ini entah kenapa dia ingin mencari udara segar. Pikirannya sedang tidak baik-baik saja, perasaannya gelisah tanpa alasan yang jelas. Jadi untuk mengusir hal-hal negatif itu, malam ini Clara beranjak dari rumah menuju taman. Tanpa persiapan apa-apa, bahkan ia hanya mengenakan piyama yang dirangkap sweater merah muda, dan sandal jepit karet yang terlihat kebesaran di kakinya.

Podcast Spotify mengalun pelan di telinganya yang disumpal earphone. Tidak tahu kenapa, malam ini Clara lebih memilih mendengarkan cerita daripada lagu-lagu seperti kebiasaannya.

Perasaanku sudah kuhabiskan di kamu.

Adalah judul podcast yang ia pilih, karena asal saja, tadinya. Tapi begitu mendengar cerita keseluruhan, secara kebetulan podcast itu justru seperti mewakilkan situasinya sekarang.

Dari sana, Clara ketagihan mendengarkan judul-judul podcast yang lain. Entah berapa banyak, yang jelas tubuhnya duduk di kursi itu cukup lama. Sampai ketika matanya tak sengaja menatap deret angka di bagian atas layar ponsel, dia tercengang karena menemukan jam sudah hampir pukul sebelas malam.

"Gila?! Serius gue dengerin podcast doang hampir 3 jam?" monolognya, kemudian mendesah berat ketika menemukan sekitarnya sudah lengang, padahal terakhir ia sadar masih ada beberapa pasangan yang berjalan-jalan.

Melepas earphone-nya karena telinga mulai terasa panas, lagi-lagi Clara menghela napas panjang. Masalahnya dengan Diego dan Hadrian belum ada titik terang, kemarin Ezra malah sudah mengetahui padahal ia tidak ingin kabar putus hubungannya dengan Diego diketahui dulu.

Namun sewaktu melepas earphone bagian kiri, perasaannya mendadak waspada, seperti dia sedang dipantau. Indera keenamnya masih ada, dia pun beberapa kali berpapasan dengan makhluk halus namun karena sudah handal, Clara bisa dengan mudah mengabaikannya. Tapi ini sudah bukan tentang mistis. Waspada, kepalanya menoleh ke sana-kemari, mencari tahu apakah ada orang lain di sekitarnya. Namun, hasilnya nihil.

Oke, mungkin itu cuma perasaan. Jalan terbaik sekarang adalah pulang, karena hari sudah malam.

Maka dalam satu kali gerak, tubuhnya bangkit. Ketika menyusuri jalan, awalnya semua normal-normal saja, Clara berjalan biasa. Namun beberapa menit setelahnya dia kembali merasa dipantau. Langkahnya melambat perlahan dan dalam sekali gerak, tubuhnya berbalik ke belakang, hanya untuk tercekat sebab menemukan sosok jangkung seorang pria sedang mengikutinya dalam radius 100 meter.

After The Cure: So It Can Be a Page | Mark Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang