2O | Double Date [Bonus]

106 9 0
                                    

———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

———

Mereka pernah merencanakan double date, kan?

Seharusnya, rencana itu bisa dilakukan dalam waktu dekat, jika double datenya hanya movie date atau hal-hal semacamnya yang hanya menghabiskan waktu beberapa jam. Tapi keinginan Clara untuk glamping tidak bisa diganggu gugat. Dan karena kesibukan masing-masing—apalagi kuliah yang mulai memasuki semester tengah—Clara tak bisa mengambil cuti atau berlibur di hari-hari weekend yang kadang-kadang masih diisi kelas dadakan.

Si calon dokter itu jadi yang paling sibuk di antara tiga temannya.

Mereka sepakat mengikuti jadwal senggang Clara, yang hanya ada saat libur semester saja. Jadi glamping yang sudah direncanakan sejak bulan September itu, baru terlaksana di bulan Desember, tepat saat libur semester.

Penantian yang panjang, namun tak sedikitpun memadamkan semangat Clara. Dia justru masih jadi yang paling bersemangat, memilih tetap terjaga selama perjalanan daripada tidur seperti Livia dan Hadrian.

"Tidur, gih. Biar pas nyampe nggak capek." Sebagai satu-satunya orang yang sudah pandai berkendara ke luar kota, Ezra ditugaskan jadi sopir dadakan untuk liburan mereka ini. Duduk di kursi kemudi dengan Clara yang baru saja menggeleng yang duduk di sampingnya. Sementara di kursi belakang, Hadrian dan Livia tertidur nyaman dengan kepala saling disandarkan.

Melihat Clara menggeleng, Ezra kontan menghela napas. "Masih lama nyampenya tau. Nanti lo bosen."

"Kalau gue ikutan tidur, gak ada yang nemenin lo ngobrol nanti."

Dia mengatakannya dengan nada biasa, tapi kalimatnya membuat Ezra harus menahan senyum mati-matian. Satu tangannya ia gunakan untuk mengipasi wajahnya yang tiba-tiba terasa panas.

"Di luar emang panas sih. Gue nyalain AC-nya mau?" tawar Clara yang peka.

"Boleh. Thanks."

Ezra harap udara sejuk yang kini memenuhi mobil bisa memudarkan rona merah di wajahnya. Sungguh ia malu jika ketahuan Clara, lebih parah lagi kalau itu Hadrian. Pasti diejek habis-habisan.

Suasana sempat hening sampai mobil BMW M8 yang dibawa Ezra merayap sedikit demi sedikit di tengah kemacetan hingga terbebas dan mampu berkendara dengan kecepatan normal. Sampai bisa begitu, tentu membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Setengah jam Clara duduk menunggu dengan sabar. Dan mungkin karena bosan, gadis itu pada akhirnya jatuh terlelap juga. Bersandar pada pintu dengan kaleng pringles yang sudah terbuka berada di atas pangkuannya.

Untuk beberapa saat, Ezra tak menyadarinya karena fokus pada jalanan, tetapi begitu netranya bergerak ke samping dan menemukan sang kekasih terlelap, dia praktis melepaskan tawa kecilnya.

"Tidur juga, kan," gumamnya lalu.

Di tol begini, Ezra tak bisa memelankan laju dengan tiba-tiba, padahal niatnya ingin membenarkan posisi kepala Clara yang terlihat bergerak-gerak kecil mengikuti kecepatan laju mobil. Itu pasti mengganggunya.

After The Cure: So It Can Be a Page | Mark Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang