12 | Kita impas!

41 12 1
                                    

———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

———

Bagi Diego, tahun baru bukan hari yang istimewa. Dari dulu, dia memang belum pernah merayakan tahun baru. Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini ia kembali merayakan hanya dengan berdiam diri di dalam kamar.

Semua orang di rumah ini tidak punya waktu untuk sekadar berkumpul dan merayakan tahun baru bersama. Ezra sudah tidak kelihatan sejak siang, Papa dan Reyhan lagi-lagi pergi untuk urusan bisnis di negeri orang. Ia terlalu canggung jika merayakan hanya dengan Mama atau Shafa. Jadi dengan alasan ingin belajar, Diego memilih melewatkan perayaan pergantian tahun.

Padahal, selama berjam-jam di sana, dia sama sekali tidak belajar. Dia bahkan tak duduk di kursi belajar, justru duduk bersila di atas ranjang. Memainkan ponsel seperti orang yang tidak punya tujuan karena yang lelaki itu lakukan hanya keluar-masuk aplikasi secara random.

Kali ini secara tidak sengaja jempolnya menekan aplikasi WhatsApp, yang praktis membuatnya menghela napas karena menemukan chat Clara masih ia semat di urutan pertama. Entah dia terlalu sibuk atau malas mengganti, bahkan masih ada simbol hati di akhir nama perempuan itu. Beralih ke halaman samping, dia justru menemukan kontak Clara baru saja menambahkan pembaruan status. Penasaran, Diego melihatnya tanpa pikir panjang. Terdiam cukup lama karena isinya adalah foto si gadis dengan sang adik, yang hanya dengan melihat ini saja, dia langsung paham bahwa Clara dan Ezra memang terlihat pas saat bersama. Caption-nya sederhana, selamat tahun baru, tanpa tambahan emoji apa-apa.

Ah, kenapa ia merasa iri?

Ternyata aku baru sadar, hubungan kita yang kemarin nggak lebih dari sekadar hubungan, karena kalau diingat-ingat, kita belum pernah melakukan hal-hal yang biasa dilakukan pasangan. Aku nggak tahu itu salahku atau bukan, jadi Clara, aku minta maaf kalau selama 2 bulan kemarin kamu merasa terkekang olehku.

Dengan satu tarikan napas, ia resmi mengakhiri cinta pertamanya.

***

Semester kedua ini, Clara jadi jarang bertemu Ezra. Selain beda jurusan dan letak gedung yang jauh, Ezra fokus mengejar beberapa materi yang masih tertinggal. Clara sendiri mulai disibukkan dengan berbagai penelitian untuk tugasnya. Keduanya bertatap muka hanya di hari minggu, itu pun mereka habiskan seringnya dengan jalan-jalan biasa layaknya pasangan kekasih.

Entah berapa minggu yang terlewati, sebab ketika melihat kalender meja di samping tempat tidurnya, Clara terkejut karena hubungannya genap enam bulan. Minggu depan sudah tanggal 30, tapi ke mana Ezra? Apakah pemuda itu tak berniat menghubunginya lagi seperti bulan-bulan sebelumnya?

Baru dipikirkan, ada telepon masuk dari laki-laki itu. Clara mengangkatnya tanpa pikir panjang.

"Lo—"

"Siap-siap, gue jalan ke rumah lo. Yang cantik, kita bakal ke acara formal."

"Hah?" Clara seperti orang bodoh karena menyerap kalimat sependek itu pun harus membutuhkan waktu beberapa saat.

After The Cure: So It Can Be a Page | Mark Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang