BAB - 07

11 7 0
                                    


"Muka dan tubuhnya mirip dengan kak Fadil ...." sahut Kinaya lirih dengan ketakutannya yang semakin membesar.

Haikal terdiam dengan pernyataan Kinaya, sedikit tidak percaya tetapi cewek ini hampir tidak pernah berbohong dengan dirinya.

"Mirip ...? ya, mungkin itu orang lain. Aku akan tetap cari pelakunya sampai ketemu. Jangan khawatir." ujar Haikal dengan senyuman tak percaya di wajahnya.

Melihat wajah Haikal yang seperti tidak percaya dengan dirinya Kinaya sontak menggeram dan mendorong Haikal dengan pelan.

"Kalau ngga percaya sama aku yaudah sih, aku juga ga butuh di percaya." sahut Kinaya bangkit dari kasur dan keluar dari ruangan.

"Tunggu dulu Kinaya!" Haikal mengejar Kinaya saat gadis itu duduk di meja makan, Haikal berdiri di samping cewek itu.

"Bagaimana bisa aku percaya, itu temen aku sendiri, aku udah lama temenan ama dia. Dia nggak pernah kayak gitu." ujar Haikal membela dirinya, karena menurutnya Fadil tidak pernah melakukan hal sekeji itu. Apalagi dengan istrinya sendiri.

"Kamu lebih percaya sama temen kamu sendiri? Lebih mentingin hubungan pertemanan? Perasaan aku udah berusaha buat percaya sama kamu,"

"Aku udah berusaha lawan rasa takut aku, dan? Kamu cuma ngebela temen kamu yang sudah seharusnya salah!" bentak Kinaya dengan nada tinggi membuat Andre langsung menarik baju Kinaya dengan jepitan baju karena mungkin sebentar lagi cewek itu akan menghancurkan sesuatu dengan gepalan tangannya.

"Kalau waktu itu aku engga takut sama sekali mungkin Fadil udah ...." Kinaya menggantung perkataannya dengan geraman di tangan.

Andre mulai takut, Alif juga bersiap menutup telinga dan telinga Amira.

"FADIL UDAH GUE BUNUH!" bentak Kinaya dengan tatapan menajam kearah Haikal, aliran air mata yang terus mengalir Kinaya terduduk dan berucap istighfar.

"Anu... Udah tengah malem takut kedengaran tetangga ...."

"Maaf ...." sahut Kinaya menyembunyikan wajahnya di meja, Andre menghela napas dan memeluk pundak Haikal.

Haikal membeku di tempat karena bentakan Kinaya yang membuatnya speechless tidak ada yang berani membentaknya selain umi Zahra dan Alif, Kinaya-lah orang ketiga yang membentaknya.

•••

Esok hari Kinaya tidak terlihat di rumah, Haikal bingung dan takut akan terjadi apa-apa pada cewek itu. Alif yang berusaha menenangkan Haikal pun tidak tahu dimana keberadaan Kinaya.

"Haikal." panggil Amira memegang ponselnya, dengan cepat Haikal menoleh kearah Amira.

"Kinaya barusan nelpon aku, katanya dia lagi di Archery club dia mau daftar latihan anak panah." sahut Amira menaruh ponselnya di saku, Haikal berucap syukur karena istrinya masih aman sentosa.

Andre datang sembari membawa McD untuk dimakan bersama, tetapi kurang dua orang disana. Haikal baru sadar kalau Fadil tidak ada.

"Fadil dimana?" tanya Haikal menatap Andre, Andre tertegun dan dan menaruh McD itu di meja.

"Dia bilang dia ke tempat gengnya dulu, gatau ngapain." jawab Andre seadanya karena dia memang tidak tau kalau Fadil sedang apa di tempat geng nya itu.

"Haikal, barusan Kinaya ngabarin aku, katanya dia lagi buat kelompoknya sendiri, rencananya sih 10 orang. Tapi 5 orang cukup. Butuh 3 orang lagi katanya." sahut Amira membuat Haikal bingung.

"Satu lagi siapa?"

"Ya... Kamu lah, kamukan suaminya." ujar Amira sedikit kesal dengan Haikal.

Haikal terkekeh lalu menoleh sembari membuka ponselnya, melihat 37 pesan dari kinaya.

Luka Biasa | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang