BAB - 21

6 2 0
                                    

Sinar matahari surya menyinari wajah cantik gadis yang sedang berjalan menuju ke ponpes bersama suami tercintanya. Haikal segera memarkirkan mobilnya di parkiran, membukakan Kinaya pintu mobil dengan senyuman tipis.

Kinaya menerima uluran tangan Haikal, dengan cepat Haikal mengunci mobilnya dan berjalan beriringan dengan gandengan tangan hangat Kinaya.

"Maaf telat, Haidar udah di jemput kan?" tanya Haikal memastikan, umi Zahra mengangguk takzim sembari mengelus kepala Kinaya dengan gemas.

Kinaya melepas gandengannya begitu melihat seseorang berlari mendekati dirinya dengan Haikal, sontak sedikit menjauh karena mungkin itu akan menjadi pelukan abadi.

"Abang! Lama ga ketemu! Gimana kabar?" tanya pria itu dengan senyuman hangat di wajahnya, wajahnya kembar dengan haikal.

"Alhamdulillah baik, lo sendiri gimana?" tanya Haikal pada adiknya -Haidar- yang langsung terkekeh gemas.

"Alhamdulillah." ucapnya cepat, sontak Kinaya menghampiri Haikal dengan tatapan heran dengan Haidar. Kinaya sampai bingung mana Haikal suaminya.

"Kak Haikal?" sahut Kinaya pelan, Haikal sontak menoleh dan memegang kepala Kinaya dengan lembut.

"Kenapa, sayang?" sahut Haikal gemas, Kinaya menatap Haidar yang sedang menatapnya juga kebingungan.

"Lo pacaran, bang?"

"Istri." celetuk Haikal kesal dengan adiknya yang sepertinya salah paham, Kinaya memeluk Haikal karena ia masih ingin menempel dengan suaminya sendiri.

"Haidar." panggil Aqmar membuat Haidar sontak menoleh dan menghampiri Abi-nya dengan tekun. Bersiap menerima warisan dari orang tuanya dengan senang hati, di saksikan dengan santri putra dan putri.

Beberap waktu kemudian, pundak Kinaya di tepuk. Kinaya berbalik dan melihat sahabat lamanya ketika bersama di ponpes, setia menunggunya kembali dengan senyuman manis.

"Dewi!" Kinaya tersenyum senang sembari memeluk Dewi dengan erat, melepaskan rasa rindu mereka dengan cara memeluk satu sama lain. Kinaya menghela napas mengatur deru napasnya yang terasa berat, ia menatap Dewi dengan intens.

"Apa kabar?" tanya Kinaya dengan senyuman di wajahnya.

"Alhamdulillah, seperti yang kamu lihat." sahut Dewi dengan senyuman, ya mereka melanjutkan obrolan mereka sampai tidak sadar kalau acara sudah selesai, semuanya mulai berkeliaran karena saat itu mereka di bolehkan untuk keluar ponpes.

Kinaya menoleh, sudah mau sore. Mungkin Haikal sedang mencarinya, begitu Kinaya melirik ke samping ia melihat sosok pria yang mungkin itu adalah suaminya.

"Dewi, aku sama kak Haikal dulu ya!" sahut Kinaya melambai pada Dewi. Cewek itu mengangguk lalu menatap pria yang di hadapannya.

Kinaya berlari mendekati pria itu, ia mencolek sedikit pundaknya sembari tersenyum tipis.

"Kak Haikal, beli es krim yuk?" ajak Kinaya berusaha menatap lelaki itu.

"Boleh." Kinaya mengangguk, ia segera berbalik dan mendapati saudara suaminya sendiri sedang mendekatinya. Ya tidak bisa membedakan karena wajah mereka mirip. Tetapi Kinaya tidak peduli dan memilih jalan duluan.

Begitu melihat Haikal jalan duluan tanpa menggandengnya, Kinaya langsung mendengus, ia menghampiri Haikal dan langsung mengambil es krim yang terlihat lezat di matanya. Ia segera mengeluarkan uang karena mungkin lelaki itu tidak akan mengeluarkan uangnya.

Eh salah deng, ternyata di bayarin. Kinaya berjalan melewati Haikal karena kesalahan kecilnya itu, tetapi lelaki itu tak meresponnya.

"Awas!" baju Kinaya di tarik begitu saja kebelakang.

Luka Biasa | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang