BAB - 31

9 1 0
                                    

Karena terlalu banyak menangis akhirnya kepala Kinaya jadi pusing, kepalanya memberat dan Kinaya lebih memilih memeluk Haikal sembari menenangkan dirinya.

Saat ini, posisi mereka berdua bisa di bilang sangat ambigu ya. Kinaya berada di atas Haikal dan haikal berada di bawah Kinaya, dengan posisi memeluk tubuh kekar lelaki itu.

Haikal sedang membaca buku novel yang belum sempat ia selesaikan dari bulan-bulan kemarin karena terlalu sibuk, hingga akhirnya sampailah dimana ia ada waktu untuk menyelesaikan bacaan novelnya itu.

Kinaya menggeliat, kepalanya semakin pusing karena terlalu memikirkan banyak hal. Tapi Haikal peka saja dengan gadis ini, ia selalu saja bisa membuat Kinaya luluh dan jadi lebih dekat dengannya.

"Bosen." ucap Kinaya lirih, ia segera bangkit dan memegang perut buncitnya yang sudah menampilkan bocah yang baru saja berusia 7 Minggu itu.

"Ayo main."

"Nggak."

Haikal mengkerut, "Gamau main boneka dino sama masak-masak kamu teh? Tumben?"

Kinaya mingkem mendengar itu, oh jadi maksudnya mainan anak-anak?

"Emang kamu pikir apaan, hmm??" Haikal menarik tangan Kinaya dan membantingnya pelan kearah kasur. Kinaya mengernyit. Ia berusaha menjaga jaraknya dengan Haikal.

"Aku ga mikir apa-apa kok..." ujar Kinaya lirih, tubuhnya bergetar karena merinding dengan helaan napas Haikal yang menampar halus lehernya.

"Masa?" Haikal tersenyum tipis, mengeratkan tautan jemarinya dan terus melanjutkan aksinya dengan mengunci pergerakan Kinaya.

"K-kak..."

Aduh! Lagian kenapa aku mikir yang aneh-aneh sih!! Batin Kinaya kesal, ia menahan tubuh Haikal yang terus mendekap dengan lututnya.

"Des---"

Belum Haikal melanjutkan omongannya, tiba-tiba telepon berbunyi membuat Haikal sontak mendecik pelan. Kinaya berucap syukur dan langsung bangkit dan mengelus perutnya dengan lembut.

Haikal mengangkat telepon itu, menempelkan ke telinganya sebagai pendengar yang baik. Anjai.

"Waalaikumussalam."

Haikal terdiam sejenak, lalu mengernyit heran langsung menoleh kearah Kinaya dengan cepat. Lalu tersenyum miring dan langsung mencengkram dagu Kinaya dengan erat.

"Coba aja kalau lo berani ambil istri gue." sahut Haikal menatap netra Kinaya, membuat gadis hamil itu langsung kelimpungan dan ketakutan karena sorot mata Haikal yang begitu sinis dan menyeramkan.

"Hahaha, ga bakal bisa." Haikal mengecup bibir Kinaya langsung, membuat Kinaya langsung pasrah dan memegang pundak Haikal untuk menahan. Lumatan Haikal yang semakin lama semakin dalam itu membuat Kinaya sesak.

Begitu di lepas, tautan Saliva yang masih menempel itu membuat Kinaya mengatur deru napasnya dengan rakus. Ia memeluk tubuh Haikal yang masih saja menelpon.

"Kinaya milik gue, gabakal lo bisa ambil."

Haikal menutup telepon, langsung mengangkat tubuh Kinaya dan menindihnya pelan. Mengecup bibir gadis itu dan terus melumatnya hingga Kinaya yang memukul-mukul dada bidang Haikal.

Haikal menjilat bibir ranum Kinaya yang sekarang sudah menjadi pink akibat ulah Haikal, Kinaya menghela napasnya pelan.

"Lagi..." pinta Kinaya langsung di turuti oleh Haikal.

•••

"Cek kandungan mau nggak?" tanya Haikal mengelus perut Kinaya dengan lembut.

"Kamu udah janji kan kalau mau cek kandungan nanti usia kandungannya udah masuk ke yang 15?" ujar Kinaya mengerutkan keningnya kesal, melihat kelakuan suaminya yang sepertinya tidak tahan ingin mempunyai anak.

Luka Biasa | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang