BAB - 26

6 2 0
                                    

Haidar berdiri tepat di hadapan Haikal, bingung mengapa adiknya itu menghalanginya di depan pintu. Padahal dirinya juga tak membuat kesalahan kan?

Kedua saudara itu hanya bertatap-tatapan sampai akhirnya Haidar membuyarkan lamunan mereka, "Kenapa kemarin gue di tinggalin di KFC? Alasan apa lo? Gue sampe nebeng sama Kiara njing. Harga diri gue sebagai cowok hilang tau ga di bonceng cewek!"

Haikal menghela napasnya pasrah, ternyata hanya itu alasannya ia menghadangnya di depan pintu. "Haidar, gue baru pulang kerja. Gue capek. Lo tanyain itu ke istri gue aja."

Haidar mendecik, "Ribet lo gamau kasih tau! Bilang aja lo anu-anu lagi sama istri lo!?" sentak Haidar kesal, Haikal sontak menoleh dan menoyor kepala Haidar.

"Mulut lo, njing! Udah gue bilang tanyain aja tuh sama istri gue!" Haikal menggeram lalu melepas sepatunya secara paksa, melihat Kinaya yang sedang berdiri sembari memasak di dapur Haikal langsung menghampiri cewek itu.

"Sayang! Aku pulang~"

Haidar mengangkat alisnya, merasa jijik dengan adegan Haikal memeluk Kinaya seperti itu dari belakang. "Dih najis."

"Iri bilang dek." ujar Haikal melirik Haidar yang melihatnya dengan sinis, lalu mengecup pipi Kinaya dan langsung ngicir ke kamar untuk mengganti pakaian.

Haidar mendekat kearah Kinaya, mau bertanya soal Haikal meninggalkannya tetapi gengsinya langsung meningkat begitu di dekat Kinaya.

"Kenapa, dar?" tanya Kinaya mengisap tangannya karena terkena minyak panas, lalu mencuci tangannya dan menatap Haidar menunggu suara dari Haidar.

"Haikal ninggalin gue pas di KFC kemarin tuh maksudnya apa ya? Kok ninggalin gue? Terus kenapa lo juga ikut-ikutan, harga diri gue sebagai cowok hancur karena di bonceng cewek." ucap Haidar mengerutkan keningnya, wajahnya memerah karena malu.

"Ohh yang kemarin? Sorry ya tiba-tiba ninggalin kamu di KFC dan terpaksa di boncengin Kiara, kemarin Haikal ngambek sama aku. Jadi aku nyusul buat bujuknya," ucap Kinaya tersenyum tipis.

"Terus gimana? Kok ga pulang setelah itu?"

"Ahh... Itu... Ya, gitu kamu bisa tebak sendiri." Kinaya terkekeh pelan dan langsung kembali memasak, Haidar mengkerut.

"Emang kalian ngapain? Wleowleo?"

"Mulut kamu, Haidar. Btw kamu benar, selamat kamu tidak mendapatkan apa-apa." ucap Kinaya tersenyum senang, lalu menyuruh Haidar untuk menaruh makanan itu ke meja makan.

"Anjir," Haidar tersenyum miris. Ternyata dugaannya benar.

Kinaya mencuci tangannya yang terasa kotor, Kinaya memperbaiki hijabnya dan duduk di kursi makan, Kinaya menghela napasnya pelan sembari meminum segelas air yang terletak tak jauh disana.

Kepala Kinaya mulai pusing, akhir-akhir ini ia terlalu banyak berpikir. Entah karena apa sampai banyak sekali hal-hal yang tak berguna di pikirannya.

Padahal saldo uangnya banyak, hidupnya bebas, udah nikah pula. Kenapa malah sterss begini sih, apa yang kurang?? Hidup mevvah kah? Tidak enak hidup mewah kalau pada akhirnya bakal miskin lagi, tinggal di gubuk. Sialan.

"Bajingan..." Kinaya menenggelamkan wajahnya di meja, menjadikan kedua tangannya sebagai bantal. Pusing! Kinaya tak tahu harus apa dengan itu. Bahkan tugas sekolah menumpuk karena dirinya yang tidak sekolah, bahkan ia mengerjakan tugasnya masih ⅒ dari semua itu.

Haidar hanya santai tak memperdulikan istrinya kakaknya itu sedang apa, ia hanya ingin makan karena lapar. Kinaya juga ia jemput tadi pulang sekolahkan? Jadi Kinaya berutang Budi pada Haidar dan langsung memasakkan lelaki itu makan malam.

Luka Biasa | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang