BAB - 15

10 3 0
                                    


"Dasar biadab! Untung hari ini hari Ahad!" omel Kinaya duduk di karpet berbulu dengan raut wajah kesal, Haikal hanya terkekeh sembari menopang dagunya dengan kedua telapak tangannya.

"Ihh... Tapi sakit banget, kak..." terlihat bibir kinaya melengkung kebawah karena menahan sakit di seluruh tubuhnya, belas gigitan serta tanda kepemilikan dari Haikal membuatnya ingin membanting pria itu.

"Sorry sayang, coba-coba." sahut Haikal enteng, Kinaya berdiri dan berlari mengarah ke Haikal dan menindih lelaki itu setelah melompat menuju ke ranjang.

Haikal meringis karena tubuh Kinaya langsung menginjak tubuhnya, Haikal berbalik dan mendapati Kinaya langsung mengunci tubuhnya untuk tidak bergerak.

Kinaya menggigit leher Haikal hingga membekas, merasakan gigitan yang cukup sakit Haikal langsung meringis.

"Rasain." Kinaya bangkit, Kinaya duduk di kasur dengan wajah mengkerut.

Haikal berbalik menatap Kinaya yang tiba-tiba terdiam, Kinaya memejamkan mata nya sejenak. Kepala nya pusing dan perutnya tiba-tiba mual.

"Aku---" Kinaya segera beranjak dari sana sembari menutup mulutnya yang ingin muntah.

"Hoek!"

Kinaya memegang perutnya yang sakit, kepalanya pusing bukan main. Haikal menghampiri Kinaya dan mengecek suhu cewek itu. Baik-baik saja.

Kinaya beberapa kali muntah, kakinya melemas dan kepalanya pusing. Punggungnya juga yang terasa sakit tiba-tiba.

Haikal menggendong cewek itu untuk kembali kekamar, Kinaya memeluk Haikal dengan erat perasaan cewek itu campur aduk sehingga tidak bisa mengekspresikan perasaannya sendiri.

Kinaya mulai tiduran di kasur karena Haikal yang menaruhnya, dengan cepat Haikal mengambil kayu putih untuk perut Kinaya yang mungkin kram.

"Mana yang sakit?" tanya Haikal membuka selimut Kinaya, tak ada jawaban melainkan hanya isyarat tangan dari Kinaya.

Haikal peka dalam isyarat tangan, ia segera mengelus perut Kinaya yang terasa kram sembari mengelus rambut cewek itu dengan lembut.

"Peluk..." Kinaya merentangkan kedua tangannya menghadap Haikal, cowok itu langsung terkekeh dan memeluk Kinaya dengan erat.

•••

Kinaya menelan ludah susah payah, ia melihat benda yang di pegangnya menunjukkan kedua garis merah muncul di sana.

"KAK HAIKALL!!!" teriak Kinaya tidak terima, ia berjalan dengan hentakan kaki kuat sembari memperlihatkan testpack positif.

Haikal yang melihat itu langsung tertegun, ia menatap Kinaya tidak percaya.

"Bohong ya? Masa secepat itu." Haikal masuk kedalam kamar mandi untuk melihat siapa disana dan tidak ada siapa-siapa. Haikal masih tidak percaya, Kinaya mengelus kepalanya yang sakit.

"Mungkin yang Minggu kemarin." sahut Kinaya, ia menunduk dengan semburat merah di wajahnya. Haikal tersenyum senang sembari mendekati Kinaya.

"YEAYY!!"

"Aaaa! Kak Haikal!"

Sangking senangnya, Haikal tidak sadar bahwa ia menggendong Kinaya sembari melompatkan cewek itu ke udara, singkat tetapi Haikal sesenang itu.

Tubuh Kinaya di peluk erat oleh Haikal, dengan ucapan syukur yang di ucapkan lewat mulut Haikal, Kinaya jadi sedikit senang akan hal itu.

Senyuman mereka tidak terlepas dari senyuman lebar serta bahagia, Haikal terlalu senang sampai tidak sadar bahwa jam sudah mulai sore.
.

Luka Biasa | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang