BAB - 01

40 15 1
                                    


Seorang gadis kecil yang masih dalam keadaan polos mempolos tidak tau apa-apa tentang dunia luar tiba saja berjalan sendirian di jalan raya karena ia merasa sudah cukup besar untuk berjalan sendiri.

Kinaya masih berusia 14 tahun karena saat itu masih dimasa polos polosnya, ia masih belum mengetahui apa apa selain berkelahi dengan teman seumurannya.

Kinaya berjalan terus berjalan tanpa melihat jalan raya yang penuh dengan motor atau mobil, tak berselang lama Kinaya memasuki sebuah hotel yang tak lain adalah hotel termurah di kota itu.

Ia memesan hotel itu karena lelah sekali dengan orang orang rumah yang tidak pernah membiarkannya hidup dalam bebas. Yang akhirnya sekarang ia berusia 14 tahun ia boleh pergi keluar sendirian tanpa memikirkan orang rumah mau dia pulang atau tidak terserah.

Kinaya tersenyum kepada resepsionis dan langsung pergi ke kamar yang dipesannya.

•••

"Kina, kenapa masih diluar? ayo pulang, kamu gamau bikinin ayah sarapan?" suara itu dari seorang ibu yang bertanya pada Kinaya yang sedang mengusap air matanya karena habis menangis.

"Kan bunda bisa sendiri, aku lagi waktu-waktunya bebas. Jangan ganggu aku, bun." ucap Kinaya dengan melempar ponselnya lalu menunduk.

Ia melihat kearah jendela dimana seluruh kota jakarta terlihat begitu megah. Kinaya bangkit dan duduk dibalkon, ia melihat pemandangan kota yang begitu besar sehingga membuat mata kinaya menjadi kantuk.

"Kepalaku sakit sekali." Kinaya menghela nafas dan menghempaskan tubuhnya ke ranjang karena memang terasa berat sekali diwaktu pagi waktu nya untuk beraktivitas.

Akhirnya setelah beberapa jam tertidur, Kinaya terbangun dan melihat jam sudah berpukul 3 siang. Sudah waktunya untuk pergi berjalan-jalan entah kemana, ia sangat malas untuk pulang kerumah.

Kinaya langsung berjalan memasuki ind*maret untuk membeli sedikit makanan untuk mengisi kembali energinya untuk beraktivitas seperti biasanya.

Saat ingin mengambil makanan yang tak jauh dari atas rak, tiba-tiba tubuh Kinaya seperti merasakan tekanan tinggi dan juga perasaan takut yang tiba tiba datang.

Jadi Kinaya langsung mempercepat gerakannya dan langsung pergi ke kantin karena perasaan dan jiwa nya seperti di remas oleh ketakutan.

Kinaya buru-buru tak sempat melihat sana sini karena ketakutan yang tenggelam dalam dirinya. Kinaya berlari kencang, ia merasa di ikuti oleh seseorang yang tak di kenalinya.

Napas Kinaya mulai terengah-engah, ia berhenti di dalam gang dan mencoba kabur lewat sana. Tetapi terlambat, ia melihat pria bertubuh besar seperti sedang menjambak rambut wanita dengan goyangan yang membuat diri Kinaya takut dan susah bergerak.

Kinaya sangking takutnya ia jadi tidak bisa berbicara, susah untuk bergerak dan terus menerus menatap adegan vulgar itu dengan mata telanjang.

Kinaya merasakan tangan yang berada di pundaknya itu seperti menariknya untuk menghadap kearahnya, Kinaya berbalik mendapati pria dengan wajah acak-acakan dengan wajah memerah sembari menjilat bibir bawahnya.

"Aaa__" mulut Kinaya di bekam oleh pria itu, ia di dorong dan dipaksa masuk kedalam gedung yang tak jauh dari sana, Kinaya hanya shock. Tak tahu ingin berbuat apa.

"Ja__ jangan! Please lepaskan aku.." sentak Kinaya dengan perasaan gelisah yang mendatang dan terus menatap pria itu dengan tatapan takut dan bergemetar hebat.

Pria itu mendorong Kinaya ke lantai hingga kepala Kinaya terbentur tembok dengan sangat kencang hingga membuat kepala nya bocor dan mengeluarkan darah.

"Maaf... Bunda.."

Luka Biasa | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang