BAB - 24

11 2 0
                                    

Haikal meremas pulpen yang ia pegang, saat ini istrinya sedang berada di tempat kerjanya. Tidak menganggu tetapi Kinaya malah membuat Haikal gagal fokus.

"Kinaya... Aku lagi kerja, sayang." ujar Haikal begitu melihat Kinaya sedang berputar tak jelas dan menghampiri meja kerja Haikal dengan wajah polosnya.

Kinaya menghampiri Haikal dan langsung mengecup pipi pria itu dengan lembut, lalu menoleh untuk melihat lemari es yang sedang berdiri tegak di pojok sana.

"Kak Haikal, aku boleh ambil?"

"Silahkan sayang, anything for you." Haikal tersenyum tipis menatap istrinya, dengan cepat Kinaya mengambil minuman yang terjejer dengan rapi dan meminumnya dengan antusias.

"Pak Haikal, saya mengantarkan anda kopi." tiba-tiba seorang perempuan datang entah darimana membawakan Haikal segelas kopi, sejak kapan Haikal menyuruhnya untuk membuatkan kopi?

"Cheryl, buat apa kamu buatkan saya kopi? Memangnya saya menyuruh kamu untuk buat kopi?" Haikal mengerutkan keningnya, sedikit curiga dengan perempuan itu.

"Loh pak? Bapak tadi yang suruh saya buat kopi kan?" Cheryl sedikit memaksa, sepertinya ia tidak menyadari keberadaan Kinaya yang sedang mematung sembari tersenyum.

Senyuman Kinaya saat itu membuat Haikal jadi sedikit merinding, "Cheryl, lebih baik kamu pergi. Saya gak mau ada penganggu sekarang."

"Jadi maksud bapak, saya penganggu? Saya sekretaris bapak loh." Cheryl mendekat kearah meja Haikal, sungguh. Penderitaannya untuk ini memaksa Haikal untuk ia pecat saja semua perempuan yang bekerja disini.

"Memang kenapa kalau kamu sekretaris saya?" Haikal mencoba memalingkan wajah, tidak ingin menatap perempuan itu karena kemejanya yang terbuka.

"Pak--- awshh! Apa-apaan kamu?!" Cheryl berteriak menatap Kinaya yang dengan sengaja menyenggol Cheryl dan tanpa sengaja Cheryl menjatuhkan kopi itu dan mengenai baju serta kakinya. Hingga hawa mendidih dari kopi itu membuat Cheryl jadi meringis.

"Aduh maaf sengaja nih, kenapa? Panas?" Kinaya menutup mulutnya dengan ujung kukunya, membuat Haikal langsung terkekeh geli dengan tingkah Kinaya.

"Emang kamu siapa sih! Dasar ganggu aja! Masih sekolah ya kamu?!"

"Maaf, aku kurang sopan ya si paling udah kerja!" Kinaya duduk di meja kerja Haikal, Kinaya menyilangkan kedua kakinya dan tersenyum.

"Dasar ga sopan, turun kamu dari meja pak Haikal!"

"Loh loh, siapa kamu suruh-suruh saya?" Kinaya menepis tangan Cheryl dengan wajah jijik. Wajah Cheryl sudah memerah akibat emosinya yang meluap, Kinaya terkekeh pelan. Lalu mendorong perempuan itu hingga jatuh ke lantai.

"Genit kok ke boss, kenapa? Miskin ya ga bisa bayar listrik? Hohoho." Kinaya tertawa lalu menginjak serpihan kaca itu. Mendekat kearah Cheryl dan tersenyum lebar dengan mata menajam kearah cewek itu.

"Kak Haikal itu suami gue, jangan harap lo bisa deketin dia." ucap Kinaya sinis menyesap minuman yang ia ambil barusan lalu bangkit meninggalkan ruangan, berniat untuk memanggil pembersih ruangan.

Haikal hanya menghela napasnya pelan, ia kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda beberapa menit. Tidak memperdulikan Cheryl yang sedang mengatur napasnya setelah di ancam oleh Kinaya.

Tatapan Kinaya begitu mengerikan sampai bibir Cheryl kelu untuk berbicara. Saat kembali Kinaya juga menyuruh beberapa orang untuk menyeret Cheryl keluar karena cewek itu sangat menganggu pemandangan ruangan.

"Thanks, babe." ujar Haikal mengecup pipi Kinaya.

•••

Melihat perkembangan Kinaya, membuat Haikal jadi lebih bangga dengan istri kecilnya itu. Keahlian dalam bela diri serta kepintaran yang meningkat.

Luka Biasa | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang