BAB - 27

9 0 0
                                    

Yah, mungkin terlalu cepat untuk senang tetapi mendengar berita itu Haikal senang, tetapi hati nya juga memburu karena ia harus menjaga istrinya. Untuk tidak mengulangi kesalahan seperti kemarin.

Haikal tersenyum sembari mengangguk, ia membiarkan dokter itu pergi dan langsung menemui Kinaya yang sedang terbaring lemas di brankar rumah sakit.

Sepertinya cewek itu belum bangun, Haikal mengelus kepala Kinaya dengan lembut sembari tersenyum senang. Ia mengecup kening Kinaya sejenak lalu duduk di kursi yang tersedia.

Haikal harus memikirkan untuk mengurangi jam kerjanya untuk pulang lebih awal, takutnya pekerjaannya menumpuk dan harus lembur untuk di selesaikan.

"Ya Allah..." Haikal menunduk takut, ia cemas akan terjadi apa-apa seperti sebelumnya. Ia tidak mau kejadian bulan-bulan kemarin terulang, sesak sekali rasanya jika harus kehilangan sang buah hati untuk kedua kalinya.

Kinaya melenguh pelan, sakit dan mual jadi satu. Ia melihat Haikal yang tengah memegang kepalanya sendiri sembari mengucapkan lafadz Allah, Kinaya ingin menegur tetapi dirinya saat ini lemah. Juga rasa laparnya yang tiba-tiba datang.

"Kak," panggil Kinaya tiba-tiba membuat Haikal sontak mendongak. Lelaki itu sigap membantu Kinaya untuk duduk.

"Laper..." ucap Kinaya menatap Haikal.

"Yaudah, aku panggil perawat dulu ya buat bikinin kamu makan." ucap Haikal beranjak, tetapi tangannya malah di tahan oleh Haikal.

"Aku gamau! Aku maunya bakso."

Langsung ngidam ya? Batin Haikal heran, lalu menghela napasnya sembari tersenyum menatap istrinya.

"Oke, aku beli dulu ya!" seru Haikal keluar ruangan, Kinaya menghela napasnya sembari meraih gelas yang berada di nakas. Teleponnya berdering, Kinaya segera mengambilnya dan melihat nama yang tercantum disana.

"Kinaya, lo lagi rawat inap di rumah sakit cuma 4 harikan? lo harus istirahat bentar ya, jangan maksain diri lo buat ikut acara itu. Biar gue cari pemeran pengganti supaya lo bisa istirahat banyak." tentu Kinaya yang mendengar itu langsung tersentak.

"Jaga kesehatan lo, jangan sampai telat makan, jangan terlalu banyak beraktivitas. Jaga kesehatan lo. Kalau lo ga kuat buat jalanin pentas dramanya gue bisa cariin peran pengganti buat lo supaya ga terlalu banyak gerak juga biar ga kecapean gitu loh. Ngerti ga lo? bu ketos?" Kinaya terdiam mendengar itu, ternyata wakil ketua Osis nya perhatian juga dengannya.

"Iya ngerti kok," balas Kinaya cepat. Kinaya melihat ponselnya yang teleponnya sudah di matikan, kebetulan Haikal sudah kembali dengan kantong kresek yang berisi bakso disana.

Kinaya tersenyum senang, ia melihat Haikal yang tersenyum sembari mengeluarkan bakso itu dan menaruhnya di mangkuk besar.

Perlahan Haikal menyuapi Kinaya dengan pelan, takut cewek itu kepanasan atau kepedesan karena bakso itu masih panas. Baru saja keluar dari panci mendidih.

"Kak haik---

"Sutt... Makan ga boleh ngomong, habisin dulu yang di mulut kamu." sela Haikal menutup mulut Kinaya dengan jari telunjuknya, mendengar itu Kinaya sontak diam dan mengunyah makanannya hingga habis di mulut.

"Kak, aku ada acara pentas drama di sekolah buat anak-anak mpls, kalau ga ikut nanti aku ga enak sama anak-anak OSIS lainnya... Katanya aku boleh ada peran pengganti." ucap Kinaya sedikit belibet, Haikal hanya diam mendengarkan setelah itu menaruh mangkuk yang sudah habis bakso nya itu dan menatap Kinaya sedikit sinis.

"Jangan terlalu kecapean, oke? Aku bakal ikut kamu ke sekolah supaya bisa jagain kamu."

"Terus kerjaan kamu?" beo Kinaya heran ketika mendengar Haikal akan menjaganya.

Luka Biasa | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang