BAB - 06

18 8 1
                                    

Haikal dengan Kinaya sedang berada dijalan, dengan dekapan erat di perut Haikal, Kinaya takut jatuh karena Haikal bawa motor sangat brutal dibanding ia bawa motor dulu.

Haikal sudah meminta izin dengan umi Zahra untuk pergi berduaan dengan Kinaya, secara Haikal akan mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi cewek itu.

Sedangkan Kinaya diberitahu secara mendadak oleh Haikal, yang pada akhirnya Kinaya hanya bisa mengiyakan karena ia juga tidak enak untuk menolak berpergian.

Selama perjalanan Kinaya terus memeluk Haikal karena kecepatan yang digunakan Haikal hampir membuatnya jatuh, dan juga sudah sekali ia muntah perjalanan.

Haikal berhenti di pos ronda dan perlahan membawa Kinaya yang sedang terlelap dan menaruh tubuh Kinaya di pos ronda, ia memarkirkan motornya dan menghampiri kinaya.

"Weh, mas adeknya kah?" tanya salah satu bapak-bapak yang menghampiri Haikal dan duduk di sebelahnya. Haikal menoleh dan tersenyum sembari menutupi wajah Kinaya yang sedang terlelap.

"Nggak, pak. Ini istri saya." bapak-bapak itu terdiam dan menatap Haikal dengan kaget, lalu tertawa dan membiarkan hal itu.

Mereka mengobrol biasa sembari menyuruh Haikal untuk istirahat sebentar, dan juga sementara untuk meminum air yang sudah di sediakan untuk Haikal dan Kinaya, walau Kinaya sedang lelap.

Beberapa jam tertidur sembari memeluk Kinaya, Haikal terbangun karena sedikit tak merasa nyaman dengan posisinya dan akhirnya ia terbangun.

Haikal perlahan mengucek matanya pelan sembari meraba tempat yang tadi ia memeluk Kinaya, sekarang Kinaya sudah tidak ada dan Kinaya sepertinya sudah bangun.

Haikal panik begitu Kinaya tak ada di sampingnya, tetapi saat melihat Kinaya sedang duduk sembari memeluk kucing ras dan mengobrol dengan bapak-bapak yang masih melek itu dengan asik walau ia sedikit berjaga jarak.

"Aku kira kamu kemana..." ujar Haikal khawatir memegang tangan Kinaya, dengan cepat Kinaya tersenyum tipis.

"Kamu tidur aja sebentar, nanti bawa motor lagi, kalau masih capek aku aja yang bawa motor." sahut Kinaya lirih menurunkan kepala Haikal kelantai untuk tiduran sedikit.

Mendengar itu Haikal menghela napas dan mengiyakan perkataan Kinaya, ia langsung menutup wajahnya dengan sorban dan langsung pergi ke alam mimpi sembari memegang erat tangan Kinaya untuk berjaga-jaga.

2 jam berlalu Haikal terbangun matahari sudah hampir terbit, Kinaya sudah tertidur dengan posisi duduk sembari di selimuti dengan jaket hangat, Haikal juga di selimuti oleh jaket.

Haikal terbangun dan langsung menanyakan kamar mandi dimana untuk pergi buang air kecil dan mushola dimana untuk ia menunaikan shalat subuh.

Bapak-bapak disana juga sudah mulai kurang karena mereka semua sudah pergi ke mushola untuk bersiap shalat subuh, dan juga ada yang beberapa belum pergi karena masih berjaga, karena tak yakin hari masih belum terang.

Setelah shalat subuh, Haikal melihat Kinaya sedang duduk sembari memegang rok nya dengan erat, ia menghampiri Kinaya sembari mengelap wajah gadis itu dengan lembut.

Kinaya menarik telinga Haikal, "Aku bocor." bisiknya dengan pelan, Haikal dengan pekanya langsung membawa Kinaya untuk ke kamar mandi untuk berganti sekalian beli pembalut untuk Kinaya.

Haikal menunggu Kinaya selesai dikamar mandi, sembari makan cemilan yang baru saja ia beli di warung depan.

Kinaya keluar kamar mandi dengan wajah kesal, ia melewati Haikal dan langsung mengajak nya ke warung depan.

"Beliin ini." ujar Kinaya menunjuk Pocari, dengan pasrah Haikal mengangguk dan melanjutkan makan cemilannya dengan santai lalu mengeluarkan dompetnya.

Haikal dengan Kinaya melanjutkan perjalanan mereka, entah memang mau kemana kenapa sangat jauh. Mungkin perlu berhari-hari agar sampai ke tujuan yang di maksudkan Haikal.

Luka Biasa | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang