BAB - 12

12 4 1
                                    

"BANGSATTTT!!!"

"Heh mulutnya!" tegur Haikal begitu menahan tubuh Kinaya untuk tidak menghajar lelaki yang sedang duduk di bangku pengadilan.

Kinaya sudah terlalu marah karena mendengar pembelaan Fadil, "Jangan cuma karena lo cowok jadi lo bebas lampiasin nafsu lo ke sembarang cewek ya!" bentak Kinaya, sorot matanya tertuju pada Fadil uang tengah terkekeh sembari menatap nya dengan tatapan mesum.

"Bener-bener cowok brengsek! Lo pantas mati, anjing!" umpat Kinaya melepaskan tahanan Haikal dan akhirnya ia sekarang di tahan oleh polisi.

"Mbak, tenang mbak." salah satu polisi itu berusaha menenangkan Kinaya yang ingin mengamuk menghajar Fadil.

Melihat cara hakim mengadili membuat Kinaya ingin sekali menghajar Fadil, senang sekali dia melihat Kinaya mengamuk tak jelas.

Author tidak mengerti tentang pengadilan seperti ini jadi hanya Kinaya yang di sorot.

Kinaya menghela napasnya berat menatap wajah Fadil yang cengar-cengir tak jelas di bangku sana sembari menatap Kinaya dengan tatapan mesum.

Kinaya merinding, ia lebih menggenggam tangan Haikal dengan erat sembari berucap istighfar. Tidak ada saksi yang bisa memberikan keterangan pada sidang.

“Terdakwa Argatrama Fadil telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana, turut serta melakukan tindakan pemerkosaan pada anak di bawah umur dan tanpa hak melakukan tindakan pembunuhan berencana, yang dilakukan secara bersama-sama oleh kelompok geng motor. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa tersebut oleh karena itu dengan pidana mati,” kata Hakim Ketua. Putusan tersebut disambut riuh hadirin di ruang sidang.

Kinaya tersenyum miring menatap Fadil dengan antusias, ia merasa menang dengan keputusan hakim. Haikal hanya diam tak berkutik ia enggan menatap sahabatnya Fadil, mereka sudah berteman selama 5 tahun. Mengingat kenangan pertemanan mereka dengan perlahan...

.

.

.

"Haikal... Lo darimana aja, anjing?" seorang pemuda yang duduk di bangku sekolah menengah atas dengan rambut gondrong serta belah tengah.

Tentu yang namanya di sebut sedang mengatur napasnya karena kelelahan, "Sorry! Gue dari kantin, gue ga tau kalau udah mau masuk kelas."

"Yeuu, lo budeg makanya ga denger bell?" dahinya mengernyit karena alasan Haikal tidak masuk di akalnya.

Haikal terkekeh pelan, melihat kerutan di wajah Fadil yang membuat humornya jadi hancur, Fadil menoleh kekiri karena merasakan tepukan ringan di pundaknya membuatnya penasaran siapa yang menepuk pundaknya.

"Lo pada mending diem karna bu sukma udah kemari." mendengar pernyataan Andre, Haikal dan Fadil langsung memperbaiki cara duduk mereka.

Istirahat sudah mulai dan pelajaran mematikan dari bu Sukma sangat membuat kepala Haikal sakit, ia tidak suka pelajaran matematika.

"Bangsat, pelajarannya bu Sukma bener-bener bikin sakit kepala woy!" ujar Haikal duduk di bangku kantin, ia memesan nasi goreng untuk mengisi perutnya yang kosong.

"Ya namanya matematika, siapa suruh lu bego." sahut Alif terkekeh kecil menatap Haikal yang masih memegang kepalanya.

"Nih minyak kayu putih," Andre menaruh kayu putih di meja sping Haikal duduk. Ia juga ikut duduk di bangku karena ia sudah selesai memesan makanan.

Luka Biasa | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang