BAB - 18

6 3 0
                                    


Kiara sudah mencari kesana-sini tidak mendapatkan penjual permen kapas dimana-mana, ia sudah hampir menyerah dan waktu sudah mau habis. Bisa-bisa Kinaya akan marah padanya, jika tidak membawa pulang permen kapas itu mungkin suatu yang buruk akan terjadi pada dirinya.

Tubuh Kiara menggigil karena takut, ia tidak lupa dengan sifat Kinaya yang di pendam beberapa bulan lalu. Sangat berbeda dengan Kinaya yang saat ini, dan mungkin Kinaya akan betul-betul marah padanya.

Kiara menjerit dalam hati karena kesal tidak mendapatkan penjual permen kapas, tapi karena kekesalannya itu akhirnya salah satu penjual permen kapas dari salah satu pasar malam nongol.

Membuatnya tersenyum senang karena perasaannya di mengerti oleh tuhan, jikalau memang tidak di temukan mungkin nasib Kiara akan berbeda dengan yang saat ini.

Kiara memesan permen kapas dengan bingkisan imut di dalam sana, dan juga Kiara meminta pada penjual itu untuk membungkusnya dengan hati-hati karena mungkin saja akan memgempes di perjalanan.

Kiara menghela napasnya berat, ia melihat notifikasi Atifah sedang menghubunginya dengan cara spam memberitahu kalau Kinaya saat ini sedang marah-marah sembari melempar seluruh barang di ruangan.

Kiara semakin merinding, ia membayar permen itu dan segera menancap gas untuk pulang karena istri dari bapak CEO itu mengamuk tak jelas di apartment.

Sampai di apartemen, Kiara sudah mendengar jeritan dan teriakan dari Atifah untuk meminta Kinaya berhenti mengamuk. Begitu Kiara membuka pintu, semua terlihat sedikit berantakan dengan meja yang terbalik dan sedikit menjauh dari ruang tamu.

Kinaya yang tadinya mengamuk, akhirnya tersenyum lebar dan menyambut kedatangan Kiara, sembari merampas permen kapas itu dan membuka bungkusnya. Lalu menyantap permen kapas itu dengan satu-satu.

Kiara menghela napasnya berat, ia mengangkat meja yang tergeletak terbalik tak jauh dari sana dan mengembalikannya seperti semula. Atifah tersenyum kecut karena luka goresan berada di pipinya karena tadi tak sengaja tergores ujung meja ketika Kinaya melempar meja.

Ngeri-ngeri sedap jika Kiara yang melihat Kinaya mengamuk, melihat cewek itu kembali duduk sembari memakan permen kapasnya. Kinaya jadi lebih kalem, dan santai karena permintaannya sudah terwujud.

Hanya satu? Pikir Kiara bingung kenapa Kinaya hanya menginginkan satu makanan saja, ia tak berani bertanya karena jika ia bertanya mungkin Kinaya akan memarahinya karena mengganggunya makan.

"Kinaya, aku mau tanya dong." tiba-tiba Atifah menyahut membuat Kiara tersentak kaget karena cewek itu berani sekali menganggu Kinaya makan. Tetapi bukannya marah Kinaya malah menyahutinya dengan santai.

"Kamu cuma pengen satu makanan aja? Ga kayak seblak, bakso, mie ayam, daging, ayam, atau apa?" tanya Atifah penasaran, pikirannya sama dengan Kiara membuat Kiara jadi lebih senang dan mengetahui jawabannya.

"Karena kalau makan banyak-banyak nanti di pukul bunda." otak wanita itu sepertinya tersangkut dengan traumanya di rumah, jadi Kinaya lebih memikirkan aturan rumah daripada keinginannya sendiri.

Atifah terdiam, ia sudah terlalu banyak mengetahui kehidupan kelam Kinaya yang tak ada habis-habisnya, apalagi saat ini Fadil kabur dari penjara dan selamat dari hukuman mati.

Dan juga, teringat Regan yang terlalu mencintai Kinaya dengan taruhan nyawa mati hingga membuat Kinaya jadi risih, obsesi Regan pada Kinaya membuat Kinaya jadi enggan untuk berkomunikasi dengan Regan.

Regan belum terlalu tau banyak soal kehidupan Kinaya, mungkin saat ini Regan sedang gelisah, khawatir, dan capai begitu Kinaya tidak sekolah berbulan-bulan.

Luka Biasa | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang