BAB - 43

2 0 0
                                    

Kinaya menghela napasnya berat, ia masih berurusan dengan Sharron. Entah apa alasannya karena Sharron langsung berubah menjadi lebih ganas. Sharron langsung saja ingin memukul wajah Kinaya dengan kencang, tetapi untung saja penjaga sekolah menghentikan aksi Sharron.

Kinaya lagi-lagi menghela napasnya pelan, setelah hampir di puku, kini Sharron sedang dalam posisi terduduk dengan keadaan tangan berdarah-darah.

Kinaya menginjak tangan Sharron hingga semua jari sharron patah, dengan keadaan babak belur Sharron tak mengeluh sedikitpun.

"Gimana kabar ibu gue, dek?" tanya Sharron dengan senyum mengerikan menatap Kinaya, sedangkan Kinaya mengkerutkan keningnya.

"Maksud lo?" tanya Kinaya langsung menendang wajah Sharron.

"Lo Kinaya Foresta, right? Dan gue sangat membenci nama marga Foresta di dunia ini," Sharron menggigit bibirnya kuat. Ia menatap Kinaya dengan tatapan kebencian terhadap nya.

"Alay batsi lu, Sharron." sahut Kinaya menjambak rambut Sharron dan menghempaskan nya ke tanah, lalu mengajak Jihan untuk pergi dari sana sebelum Haikal menelponnya untuk pulang.

Kiara menatap Sharron dengan bombastis, ia menoleh sedikit dan kembali berjalan dengan normal. Atifah yang menunggu di pintu depan pun langsung tersenyum lega dan mengikuti langkah Kinaya.

"Kalau Sharron mau nyusul gue di jakarta, jangan halang dia okey? Gue yakin dia bakal tantang gue buat balapan." sahut Kinaya dengan senyum manis di wajahnya membuat Atifah dan Kiara sontak luluh.

Tapi tidak dengan Jihan, Jihan lah ingin menghentikan aksi Kinaya sebelum hal itu terjadi.

"Mendingan jangan, Nay... Sharron kalau balapan dia selalu pakai teknik yang ngeri banget. Kadang sempat ada yang balapan sama dia pasti selalu berakhir masuk rumah sakit."

"Teknik gue lebih mengerikan daripada Sharron, jangan rendahin gue sama murahan itu." Kinaya menatap mata Jihan tajam dan berbalik menghampiri Haikal yang kini sudah berjalan menuju mobil.

Kinaya kembali tersenyum, ia memegang tangan Haikal dan masuk kedalam mobil. Jihan menarik napasnya sesak, ia takut akan terjadi apa-apa pada ketuanya.

Disisi Sharron, kini gadis itu sedang berada di ruang bk dengan keadaan misuh-misuh tak jelas. Ia menatap Al dengan tatapan benci dan juga dengan tatapan kesal.

"Kamu sudah terlalu banyak membuat masalah di sekolah ini, Sharron. Kau tidak malu?" tanya kepala sekolah dengan tatapan bingung serta mengintimidasi pada Sharron.

"Gue bahkan ga peduli dengan adanya poin di sekolah ini, hidup gue hancur, sialan!" sentak Sharron dengan melempar bando kepalanya.

"Sharron! Kamu saya skors selama dua pekan, dasar kurang ajar!" bentak guru di hadapan Sharron dengan suara tamparan keras melayang di wajah Sharron.

Sharron mendecak kesal dan langsung keluar ruangan, Al menghela napasnya berat lalu menatap guru yang ada di hadapannya, seperti berucap tak ada harapan lagi untuknya.

Sharron menghentakkan kakinya dan mengambil tasnya dengan kesal, ia keluar dari sekolah itu sembari membawa motor sport nya. Sharron menarik gas untuk melakukan motornya.

•••

Langit malam yang dingin, Kinaya saat ini sedang menyusui Agam dengan santai. Sedangkan Haikal sedang beberes kamar sambil mendengarkan musik dari playlist yang ia punya.

Begitu merasa sudah cukup, Kinaya menaruh Agam di tempat tidur khusus bayi. Kinaya berjalan menuju meja rias dan duduk disana dengan rambut terurai.

Haikal melirik Kinaya sebentar, lalu mendekat kearah istrinya dan mengecup pipi Kinaya dengan lembut. Lalu tersenyum tipis.

Luka Biasa | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang