Tiba di rumah, Dara menangis histeris. Hari ini benar-benar hari paling sial yang terjadi dalam hidupnya. Sudah dikecewakan cinta pertamanya, dia malah kehilangan motor.
"Ra, kamu kenapa nangis?" Diana muncul dari bilik kamarnya dan langsung menghampiri putri satu-satunya itu. "Ra, kamu abis ngapain lagi?"
"Kuda hilang mah," ucap Dara lirih.
"Kuda?" Diana mengernyit. "Kamu ngurus kuda? Sejak kapan?"
Dara mengerjap. Diana ternyata tidak tahu nama motor matiknya. "Motor Dara namanya Kuda. Dia hilang dicuri orang mamaaaa!!!"
Dara menangis semakin keras sampai terdengar hingga keluar rumah.
"APA?!MOTOR KAMU HILANG?! KENAPA BISA HILANG DARA?! PASTI KAMU LUPA AMBIL KUNCI MOTORNYA KAN?!"
Dara berhenti menangis. Kemudian mengangguk. "Heem." Lalu kembali melanjutkan tangisnya.
Tubuh Diana langsung tumbang di atas kursi meja makan. Wanita itu kemudian memijit pelipisnya yang pening. "Dara. Kapan kamu berhenti nyusahin mama, Ra."
Bibir Dara langsung cemberut ke bawah. Dia sadar telah membuat ibunya kecewa lagi. Maka Dara buru-buru berjongkok kemudian bersujud dikedua kaki Diana. "Ampuni Dara, mah. Maafin dosa Dara selama ini. Dara minta maaf. Dara janji bakal nyari motornya sampe ketemu, Ma. Dara janji."
Tuk tuk!
Pintu rumah yang tidak ditutup rapat terbuka lebar. Diana langsung berdiri saat melihat Arkan datang ke rumahnya.
"Pak Arkan?"
Diana berjalan menghampiri Arkan seraya tersenyum. Sementara tatapan Arkan hanya terpaku pada gadis yang sedang bersujud di lantai sambil terisak.
Menyadari tatapan Arkan, Diana langsung menarik pria tampan itu ke ruang tamu. Mempersilahkannya duduk. "Jangan hiraukan Dara. Dia emang suka nangis gak jelas begitu hehe. Ada apa pak Arkan?" tanya Diana lembut.
"Soal motor Dara yang hilang, saya sedang mengurusnya, Bu."
"Apa?!" Diana melotot kaget. "Pak Arkan tau darimana motor Dara hilang?!"
Arkan mengusap tengkuknya sejenak. Ternyata suara Diana jauh lebih melengking dibanding putrinya. "Dara kehilangan motornya di toko komik dan kebetulan saya ada disana. Jadi sekalian saya antar Dara pulang bersama temannya."
Diana langsung meringis. Dia merasa tak enak sekaligus malu. "Aduh makasih banget lho, Pak Arkan. Anak Ibu sering banget ngerepotin pak Arkan. Ibu jadi gak enak."
Arkan hanya tersenyum. "Gakpapa, Bu." Kemudian menyerahkan surat-surat kehilangan dari kepolisian pada Diana. "Setelah tanda tangani ini. Pihak polisi bisa lacak pelakunya lewat cctv yang ada di toko komik."
"Ibu yang tanda tangan?"
"Dara." Arkan menatap ke arah ruang makan. Terlihat Dara masih tetap bertahan dengan posisi sujudnya.
"Dara!"
Dara langsung bangkit karena mendengar panggilan tegas Diana. Dengan wajah sembab dan rambut acak-acakan Dara datang menghampiri Diana.
"Tanda tangani surat ini. Pak Arkan mau bantu kamu nemuin pelaku yang curi motor kamu. Cepat!"
Dengan cepat Dara duduk di lantai dan menandatangani surat yang ada di atas meja. Setelah itu Dara mendongak menatap Arkan.
"Kita ke kantor polisi dulu, Dara."
.
.
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo, Pak Duda!
Teen FictionDara Susanti adalah gadis SMA yang mendapat peringkat terakhir di kelas. Jadi dia hidup dengan mengikuti kata hatinya karena otaknya tidak berguna dengan baik. Dara Susanti suka mengumpat pada siapapun yang menganggu kesenangannya. Dan di suatu hari...