02.

341 38 1
                                    

Grrr...

Grrr...

Grrr...

Suara dengkuran seorang gadis masih menyeruak di dalam kamar bernuasa biru itu meski waktu sudah menunjukan pukul tujuh lewat tiga puluh pagi.

Mulut gadis itu terbuka lebar dan air liurnya telah menyentuh bantal untuk kesekian kali. Satu kaki gadis itu menggelayun di tepi kasur dan satu jari telunjuk gadis itu berada didalam lubang hidungnya sendiri.

Faktanya, Dara Susanti tidak pernah tidur selayaknya anak gadis sungguhan.

"Dara!! Dara Susanti!! Bangun!!"

Dug! Dug! Dug!

Dara terpelonjak ke posisi duduk. "Hah kebakaran? Rumah gue kebakaran?!!"

"Bangun Dara! Penyewa rumah kita udah datang!"

Dara menatap ke arah pintu kemudian beralih menatap jam dinding di tembok. "Bentar!!"

Dara turun dari kasur kesayangannya. Dan langsung menuju kamar mandi. Tak butuh waktu lama dia sudah bersiap dengan pakaian rumahannya di hari libur.

Kaos oversize polos berwarna putih dan celana longgar berwarna cokelat. Dara berjalan mendekati cermin dengan malas dan meraih ikat rambut berwarna biru di meja rias.

Gadis itu turun ke bawah dengan langkah tak bersemangat. Terlihat di meja makan Diana sudah menunggu dengan pakaian rapi.

"Cepet sarapan. Terus kasih masakan ini buat penyewa rumah. Bilang kalau Mama menyesal gak bisa bantu beres-beres karena ada keperluan. Mengerti Dara?"

Dara mengangguk malas. Dia mulai melahap sarapan paginya hingga habis tak tersisa.

"Mama pergi ya, Sayang. Jadilah gadis baik dan sopan. Goodbye, Ra. Assalamualaikum." Diana pergi dari rumah setelah mengusap puncak kepala Dara.

"Waalaikumsalam."

Dara menghembuskan nafas kasar, menatap masakan ibunya dalam rantang susun. "Jadilah gadis baik dan sopan."

Dara memotivasi ucapan ibunya. Menghipnotis dirinya agar bisa melakukan semuanya dengan baik setidaknya untuk hari ini saja.

Mungkin Diana pernah trauma karena dulu sekali pernah terjadi kekacauan karena ulah Dara.

Singkat cerita,

Dulu Dara pernah diamanatkan untuk memberikan masakan ibunya pada penyewa baru rumah mereka. Tapi bukannya memakan masakan itu penyewa rumah malah membuang masakan ibunya diam-diam tapi Dara memergokinya. Karena Dara emosi, Dara pun memaki habis-habis penyewa rumah itu sampai kabur.

Dari situ munculah rumor bahwa anak pemilik sewa rumah adalah anak yang tidak sopan. Rumah ibunya pun lama tak mendapat penghasilan karena rumor tersebut.

Dan setelah sekian lama, akhirnya datang penyewa baru.

Dara bangkit dari duduknya dan mengambil rantang susun di atas meja sambil menyunggingkan senyum yang kelewat lebar. Dara mulai melangkah keluar rumah menuju rumah sebelahnya dengan kepercayaan diri tingkat dewa.

Ting tong.

Ting tong.

Dara memencet bel sebanyak dua kali. Dan akhirnya pintu rumah didepannya terbuka.

"Selamat pagi penyewa rumah baru. Ini masakan spesial dari Ibu saya." Dara menyondorkan rantang ke hadapan sang penyewa rumah.

"Terimakasih." Seorang pria berpostur tinggi menerima rantang itu dengan wajah sumringah.

Hallo, Pak Duda!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang