15.

202 10 4
                                    

Diana mengernyit heran saat melihat mobil hitam milik Arkan terparkir di luar halaman. Karena penasaran, Diana segera turun dari mobilnya lalu berjalan mendekati mobil Arkan.

"Arkan kenap---"

Diana terdiam. Lalu spontan membekap mulut. Matanya membelalak.

Tangis Dara dan Sella spontan terhenti karena kehadiran Diana yang tiba-tiba.

Sella langsung berlindung dibelakang tubuh Dara. Lalu kembali menangis, lebih keras.

Namun, Dara malah memutar tubuh dan bersembunyi ke belakang Sella.

"Arkan, ini pasti ulah Dara," ucap Diana pada Arkan dengan halus.

Arkan tersenyum tipis. Lantas menggeleng. "Ini kecelakaan, Bu."

"DARA SUSANTI!"

Dara berjengit. Tak ayal maju dari balik punggung Sella. Ia menunduk sedalam-dalamnya, berjalan ke arah Diana dengan isak pilu.

Diana menatap Arkan dengan senyuman hangatnya. "Arkan. Ibu mau bicara dengan Dara sebentar. Nanti Ibu janji akan bereskan ini."

Arkan hanya mengangguk kecil. Arkan bingung, aura Diana saat ini terlalu menyeramkan untuk di ajak bicara empat mata.

Diana segera menjewer kuping Dara sembari berjalan menuju rumahnya. Tak lupa Dara langsung menarik tangan Sella agar ikut bersamanya.

Arkan hanya mampu menatap iba kedua bocah itu. Ia sungguh bingung namun dirinya tak mampu menolong mereka dari amukan Diana.

Sebelum masuk ke dalam rumah, Dara menoleh pada Arkan yang masih diam menatap kearahnya.

Dara pun berucap tanpa suara pada pria itu. "Tolong saya, Pak arkan."

Bugh!

Pintu di banting keras.

Dara dan Sella berdiri bersisian sambil berpegangan tangan. Dara merasa, ini adalah hari terakhirnya untuk hidup.

Ini adalah eksekusi kematiannya.

Diana menatap dua gadis yang sibuk mengelap ingus masing-masing itu bergantian.

"Mamah Dara, ini salah aku. Tolong jangan marahin Dara," ucap Sella cepat, mendahului Diana yang hendak bicara.

Kasihan sekali. Sella berkata dengan napas terputus-putus karena terlalu banyak menangis.

Atau mungkin, karena terlalu takut dengan ibunya Dara.

"Ibu tahu ini salah Dara. Kamu itu anak yang gak pernah banyak tingkah kayak Dara. Jadi fokus saja belajar. Jangan memikirkan kejadian ini. Sekarang kamu pulang saja naik angkutan umum ya, Sella."

Sella mengangkat wajah. Ingin menolak, namun begitu melihat tatapan Diana yang tak ingin dibantah, Sella dengan cepat menganggukkan kepala. "Ta-tapi aku gak punya ongkos, mamah Dara."

Diana segera mengambil uang dari dalam tasnya yang masih bertengger di pundak. Lalu memberikannya pada Sella. "Hati-hati di jalan."

Sella mengangguk lalu segera keluar dari rumah seraya mengucap salam.

Segalak-galaknya Diana, ia tak pernah berani memarahi anak oranglain.

Sepeninggalan Sella, Dara langsung mundur beberapa langkah karena melihat kaki Diana berjalan mendekat padanya.

"Kamu mengajari Sella naik motor lagi?"

Dara mengangguk kecil.

"Bukannya Mamah pernah bilang, jangan pernah mengajari oranglain belajar motor. Karena itu terlalu bahaya, Dara."

Hallo, Pak Duda!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang