Eliza kini tengah menatap dirinya sendiri di depan cermin besar itu, perutnya tampak membuncit. Di tengah kesibukannya, pihak kerajaan sedang mempersiapkan acara besar besaran karena ratu mereka yang telah tertidur selama kurang lebih tiga tahun kini telah membuka matanya, tentu mereka juga berbahagia akan adanya seorang pewaris untuk kerajaan Ertland ini.
Eliza dikejutkan dengan pintu yang tiba-tiba terbuka dengan keras hingga mengalihkan atensinya, seorang pria bertubuh besar dan tampak gagah begitu saja memeluknya tanpa persetujuan. "Sayang aku senang akhirnya kau membuka matamu! Maafkan aku, salju begitu banyak dan mengganggu perjalanan." Dia adalah Arthur, raja Ertland.
"Siapa kau!?"
"Apa kau kehilangan ingatan, Zaura sayang? Aku suamimu, aku milikmu, dan aku cintamu." Detik itu juga Eliza sangat merasa mual, begitu menjijikkan sekali kalimatnya.
"Sayang kau tidak apa!?" teriak Arthur yang tengah menunggu di depan pintu kamar mandi, pasalnya Zaura sang istri sudah sekitar setengah jam berada di dalam.
"Aku sedang mual bisakah kau pergi dulu!?" teriak Eliza, ia menggigit bibir bawahnya sendiri seraya berucap lamat-lamat untuk meminta penjelasan pada Dewi yang telah membuatnya ada di tempat asing ini.
"Ada apa, Zaura?"
"Jelaskan padaku!"
"Pria itu suamimu, namanya Arthur. Sifatnya memang seperti itu, konyol dan kekanak-kanakan, sedang ratu Zaura sangat berbanding terbalik. Jangan tanya mengapa Ertland menjadi lemah dan terpuruk tiga tahun belakangan ini, itu karena ratu Zaura tidur panjang, raja Arthur tidak becus, dia hanya pandai membuat anak saat Zaura sedang dalam masa komanya," jelas Dewi. Eliza tersenyum pucat, baru mendengar penjelasannya saja sudah membuat Eliza sesak napas.
"Dan alasanku menempatkan jiwamu pada tubuh Zaura, karena kalian memiliki kesamaan sikap, aku mempercayaimu, Eliza. Misimu yang pertama adalah mengembalikan Ertland pada masa kejayaannya, sehingga Ertland kembali dihormati dan disegani."
"Kenapa aku!?"
"Kami yakin kau mampu."
"Setidaknya berikan kepadaku sebuah buku! Mana aku tahu kerajaan apa ini, bagaimana kehidupannya dan--"
"Di perpustakaan." Sialan memang! Kenapa kalau sifatnya masih kekanakan pria itu bisa menjadi seorang raja!? Pastilah karena garis keturunan, begitu menyebalkan. Ia tidak mengerti kenapa ratu Zaura mau bersuamikan seorang Arthur? Kalau Eliza tentu saja tidak sudi, lebih baik menjadi seorang janda dengan gelar bangsawan.
"Sayang!"
"Menyingkirlah Arthur sialan!" mendengar bentakan dari istrinya, mata pria itu kini terlihat berkaca-kaca seraya menatap lekat Eliza. "Sayang, kau mengatakan apa? Aku tidak sialan, aku cintamu, bukan?"
"Tidak sudi!" Eliza terbelalak dan segera membekap mulut Arthur yang tengah mengeluarkan suara tangisan, oh ratu Zaura mengapa kau mau bersuamikan seorang Arthur konyol ini! Tampaknya jiwa ratu Zaura pun lelah hingga Dewi merasa kasihan dan berakhir Eliza yang harus menanggung beban ini. Mengapa harus Eliza!? Tapi-- dengan ini dia akan mempunyai seorang pelayan pribadi, harta yang banyak, mengapa tidak berfoya-foya saja, katakan selamat tinggal pada roti kering busuk.
Bibir Eliza melengkung ke atas, mencoba untuk tersenyum pada Arthur yang kini tengah memeluk dan menangis di ceruk lehernya. "Arthur, aku hanya bercanda." Eliza mencoba untuk mengusap surai hitam Arthur pelan, ini memang begitu menggelikan.
"Apa aku harus memanggilnya sayang agar tangisnya berhenti? Ah yang benar saja, tidak apa Eliza sekali ini untuk mengetahui di mana perpustakaan," batin Eliza. Ia memejamkan matanya dan berusaha mengucapkan kata sayang yang rasanya ia ingin muntah darah.
"Sayangku, boleh antarkan aku ke perpustakaan?" tahanlah untuk tidak muntah darah beracun Eliza. Mendengar perkataan lembut sang istri, Arthur mengusap air mata di wajahnya dan mengangguk antusias.
"Tentu saja, Sayangku!"
"Huweg!" Eliza tidak dapat menahannya lagi, ia berlari kembali ke dalam kamar mandi. Tidak memuntahkan apapun karena ia belum makan, hanya cairan hangat yang bau saja.
"Sayang kau tidak apa!?"
"A--aku baik-baik saja!"
"Jangan bergelayut di tubuhku sialan! Berjalan seperti biasanya saja," ucap Eliza dengan sedikit membentak. Jujur saja ia merasa malu karena para pelayan maupun orang-orang yang ada di istana begitu memperhatikan ia dan Arthur, apalagi Arthur entah otaknya terkena tendangan kerbau dari antartika atau apa, yang jelas pria ini sungguh tidak pantas memimpin sebuah kerajaan. Mungkinlah kerajaan ini bertahan karena adanya ratu Zaura, apakah ratu Zaura tadinya seorang bangsawan atau rakyat biasa? Sudahlah lupakan itu, Eliza.
"Sayang kau banyak berubah ya?"
"Kenapa kau membuatku hamil saat aku sedang tidak sadar, menyusahkan saja. Orang sepertimu tidak pantas memimpin sebuah keluarga apalagi kerajaan, oh ratu Zaura kesabaranmu setebal kaca."
"Kau memang istri terbaikku, Zaura sayang!"
"Ya karena tentunya tidak ada lady bangsawan yang mau menikah denganmu, entah sihir apa yang memengaruhi ratu Zaura hingga mau bersuamikan idiot sepertimu," ucap Eliza begitu saja. Arthur sudah murung, matanya kembali berkaca-kaca dan ia berlari meninggalkan Eliza sendirian. Tentu saja Eliza tidak peduli, ia butuh orang untuk menunjukkannya di mana perpustakaan.
"Yang Mulia Ratu, apa kau mengatakan sesuatu yang kasar pada Raja? Sekarang yang mulia sedang menangis di halaman belakang."
"Lalu?" ada apa dengan orang-orang di istana ini, kalau saja Eliza bisa membelah diri menjadi seribu orang, tanpa menunggu lagi ia akan membuat demo dari pagi sampai malam atau mungkin sampai empat puluh hari empat puluh malam agar pihak kerajaan Ertland mengganti raja idiotnya dengan raja yang lebih baik. Sekali lagi Eliza begitu menyanjung ratu Zaura, apa maksud Dewi mereka mempunyai kesamaan sikap? Jelas jelas Eliza kesabarannya hanya setipis tisu.
"Sungguh, ini benar-benar kancut! Tunggu, apa raja Arthur dan ratu Zaura sudah memiliki seorang anak selain yang ada di perut ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY WIFE [ON GOING]
FantasyTIDAK TERKAIT DENGAN KEYAKINAN APAPUN. DITULIS SAAT STRES, MAKLUM KALO ISI CERITANYA JUGA STRES. Eliza harus mengurus raja kampret. "Pergilah tidur." Eliza tertidur, ia menemukan dirinya terbangun yang jiwanya berada pada tubuh seorang ratu. Bahkan...