14. Crazy Wife

51 5 11
                                    

"Kau buang angin!?"

"T--tuan ini, ini testimoni kentut."

"Ertlasia malu punya penduduk sepertimu." Mendengar itu Eliza menaruh sinisnya, sungguh ia tidak peduli bahkan jika tidak diakui sekalipun! Tunggu, Eliza melupakan sesuatu tentang Ertland, ia masih penasaran apakah situasi di sana memang masih sama atau tidak? Dan-- ratu Zaura? Bagaimana dia mengatasi itu, sepertinya kedatangan Eliza hanya menimbulkan kekacauan saja.

"Tuan, boleh aku bertanya?"

"Diamlah." Eliza menunduk takut, sungguh mengapa orang-orang begitu jahat, mau bertanyapun tidak boleh. Kediaman Deathsia kian terlihat, penjaga menundukkan kepala hormat dan membukakan gerbangnya.

"Nona, kau sudah bertemu dengan penjual ubi itu?"

"Sudah."

"Mengapa rasanya sangat dingin di sini, apa Putri Azura selalu berbicara dengan singkat seperti itu setiap hari?" Eliza terus bergumam tidak jelas dan itu masih sedikit terdengar oleh mereka yang memiliki pendengaran tajam, ia berhenti sampai akhirnya sebuah kipas melayang begitu saja mengenai wajahnya.

"Masuklah!"

"Iya, Putri Azura."

"Beraninya kau menyebut namaku!?" Eliza bergidik ngeri dengan wajah mulas, apa yang salah dengannya memang? Beginilah, serba salah sekali berada di lingkungan bangsawan. Yang Eliza tahu, mereka kerap semena-mena terhadap orang di bawahnya.

"Itu tidak sopan, kalau belum terlalu dekat dengan nona, kau seharusnya memanggil nama belakang saja," jelas salah satu pengawal yang masih berdiri di samping Eliza.

"Banyak sekali aturan."

"Kau ingin mati?"

"T--tidak maafkan aku!" Bergegas Eliza masuk ke dalam, Eliza tidak merasakan adanya kehangatan di sini, putri Azura yang banyak diam dan hanya menatap dingin, pelayan pribadinya pun begitu, Eliza belum berani untuk menyapa wanita dengan pakaian pelayan itu duluan, bahkan hanya sekedar menyapa pun Eliza sangat merasa canggung di sini. Ditambah perutnya yang lagi lagi terasa mulas, sungguh kenapa bisa tidak tahu situasi.

"Maafkan aku!" Eliza berlari menuju sebuah pintu tanpa mempedulikan pelayan lain yang menatapnya begitu aneh, ia masuk ke dalam dan berteriak kencang, kembali keluar dan mendapati putri Azura yang menatapnya datar.

"Di dalam itu ayahku."

"Benarkah?" Atensi mereka teralihkan pada deheman seorang pria yang baru saja keluar dari kamar mandi, ternyata Eliza tidak salah, ruangan itu memang kamar mandi. Menatap intens Eliza dari bawah kaki sampai ujung kepala lalu lewat dengan acuh, Eliza kembali menoleh pada putri Azura dan gadis itu hanya menatapnya datar.

"Selesaikan pekerjaanmu."

"Apa pekerjaanku?"

"Merebus ubi!" Eliza fokus merebus ubi ungunya, bahkan sekarang ia tidak berani untuk menoleh ke belakang, tatapan macam apa ini, sungguh aneh sekali. Mereka menatap seolah Eliza adalah orang jahat yang harus diperhatikan sedemikian rupa, tatapan yang tajam dan dingin, padahal ini sedang musim panas.

"Ratu Heraldine mengundang kita untuk datang ke pernikahan putrinya dengan pangeran Acris, kalau kau mau datang silahkan, jika tidak juga tidak masalah." Eliza kembali memasang telinganya baik-baik di depan pintu ruangan duke Deathsia, ratu Heraldine? Putrinya? Saat berada di Ertland, Eliza hanya tahu bahwa Hana putri satu-satunya di kerajaan itu, bukankah Hana sudah mati kemarin?

"Aku akan datang, Ayah."

"Bagaimana dengan --"

"Aku tidak masalah, lagipula aku sudah melupakan Acris, tidak peduli jika dia akan menikah detik ini juga sekalipun."

"Baguslah, Ayah senang dengan keputusanmu."

Saat selesai merebus ubi, pelayan bernama Gauri itu menyuruh Eliza untuk mengantarkan ubinya ke ruangan duke, baru selesai di depan pintu Eliza sudah mendengar percakapan dari dalam. Tidak ingin disangka menguping lagi, Eliza mengetuk pintu dengan hati-hati, jujur saja napasnya terasa tercekat dan tidak bisa bebas di sini.

"Permisi, aku datang untuk mengantarkan ubi." Eliza menggigit bibir bawahnya sendiri, tatapan menusuk itu sungguh telah menciutkan keberaniannya. Eliza menaruh sepiring ubi di meja, Eliza berharap ia dipekerjakan hanya untuk satu hari ini saja, tidak lebih.

"Semoga setelah memakannya kentutku akan lancar."

"Apa yang lucu?" Sungguh tadi Eliza hanya kelepasan mengeluarkan tawa kecil.

"T--tidak, maafkan aku, aku permisi!"

CRAZY WIFE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang