02. Crazy Wife

277 36 124
                                    

"Nona, boleh kutahu kau sedang mencari apa?" ucap wanita berpakaian pelayan yang bernama Cily itu, Cily baru saja datang setelah mendengar bahwa ratu sudah bangun setelah begitu lama tertidur, ia pikir bahwa ratu Zaura masih diperiksa oleh seorang tabib ataupun tengah beristirahat, ternyata tidak. Zaura meminta Cily untuk menunjukkan di mana perpustakaan, Cily hanya mengangguk karena ia pikir Zaura sedang hilang ingatan, ini adalah hal yang wajar.

"Yang Mulia?" Eliza menoleh, oh dia mengabaikan pelayan ini.

"Nona saja, aku belum tua."

"Tapi kau sudah beranak lima." Mendengar itu, sontak saja Eliza menjatuhkan buku buku yang sudah ada di tangannya.

Musim dingin, Zaura berlari ke arah kuda hitamnya tapi terlambat, sebuah panah lolos begitu saja menancap pada pergelangan tangan kanannya. Zaura kembali berlari ke arah suaminya, Arthur. Pria itu sedang menangis sembari memainkan sihirnya, Zaura menarik tangan Arthur dan membawanya pergi dari kericuhan di luar istana Ertland. Ikatannya dengan burung hyponik membuat Zaura tidak terlalu begitu kesusahan, karena burung dengan tubuh besar itu, pasukan yang menyerang tidak bisa mengakses istana Ertland, mereka hanya bisa menyerang dari luar saja.

"Arthur, kau baik-baik saja?"

"Aku takut," ungkap Arthur dengan tubuhnya yang ikut bergetar. Zaura menggenggam kedua tangan Arthur mencoba menenangkan, memeluk Arthur dan pria itu membalasnya.

"Arthur tanganmu!?" Zaura baru menyadari bahwa tangan Arthur sudah bersimbah darah, sebagai keturunan yang di beri berkah pastilah darah itu beracun. Zaura menjauh dari Arthur perlahan.

"Arthur bisa kau gunakan sihirmu!?"

"Aku belum menguasainya."

"Darahmu beracun bodoh!"

"Bodoh?"

"Berhentilah menangis!" Zaura mengambil pedangnya yang tergeletak di bawah kakinya, ia menusuk ujung jarinya sedikit, cairan merah ia gunakan untuk berkomunikasi dengan Hyponik.

"Bagaimana cara mengatasi darah beracun!?"

"Suami idiotmu itu terluka?"

"Cepat katakan saja."

"Tidak ada penawarnya walau sihir sekalipun, untuk menghentikan darah yang keluar maka tidak ada cara lain untuk kau menghisapnya, Ratu. Tapi konsekuensinya, kau akan tertidur pan--"

"Hanya tidur? Baiklah terima kasih."

"Ratu belum selesai!" teriak Hyponik yang sedang berjaga menaungi istana Ertland, tapi terlambat karena Zaura sudah memutuskan percakapan. Tanpa ragu, Zaura langsung mendekat pada Arthur dan menghisap darah itu. "Sayang apa yang kau lakukan!?"

"Ratu!"

"Yang Mulia bangunlah!"

"Panggil para tabib terbaik!" setelah itu suasana duka begitu menyelimuti wilayah kerajaan Ertland, pihak kerajaan sangat menyayangkan tindakan ratu Zaura sang permaisuri raja yang mengorbankan dirinya sendiri agar Arthur tidak kehilangan banyak darah sehingga pria itu tiada. Padahal jika Arthur tidak adapun kerajaan akan tetap baik-baik saja selama ada ratu Zaura, raja mereka hanya bisa menangis setiap kali ada masalah dan Zaura yang menenangkannya.

"Arthur sialan!" Eliza menutup mata sihirnya yang sedang bekerja tadi, ia juga begitu menyayangkan atas aksi ratu Zaura, mengapa tidak membiarkan suaminya itu mati saja!? Ratu tanpa seorang raja tetap ratu, bukan!? Atau mungkin tahta akan turun pada garis selanjutnya? Eliza tidak ahli dalam hal itu, ia sedang merutuki bagaimana tindakan ratu Zaura yang baru saja di lihatnya dengan kemampuan sihir yang sedikit ia kuasai.

"Nona bagaimana dengan bukunya!?"

"Kau bawakan itu Cily!" ia sudah mendapatkan bukunya, Eliza berpikir untuk membacanya nanti, tadinya ia akan membaca saat itu juga, tapi penglihatan itu mendahuluinya.

"Cily antarkan aku ke halaman belakang," ucap Eliza, dan sumpah demi apapun ia ingin rasanya menghabisi pria konyol kekanak-kanakan itu.

"Kau mencari tuan Arthur, Nona? Setelah dibujuk oleh para pelayan, kini Tuan sedang ada di kamarnya."

"Baiklah, terima kasih." Setelah sampai di depan pintu kamar, Eliza langsung membukanya dengan helaan napas yang begitu melelahkan, semoga saja jika dia menghabisi Arthur para Dewi tidak akan marah padanya. Eliza melemparkan buku yang sudah lusuh itu tepat di kepala Arthur, membuat Arthur meringis.

"Ingin rasanya aku membunuhmu detik ini juga dengan darah beracunmu itu, Arthur! Dewa sepertinya salah dalam memberikan berkah itu padamu! Untuk apa kau diberikan berkah semacam itu jika kau tidak bisa menggunakannya, bahkan membuat ratu Zaura celaka!"

"Tapi kau baik-baik saja sekarang, Sayang?" Arthur menampilkan deretan giginya yang jarang sekali di bersihkan, membuat Eliza tambah merinding melihatnya. Bisa-bisanya pria ini beristrikan seorang ratu Zaura, bahkan memiliki lima ekor.

"Aku ingin mencekikmu rasanya, Arthur!" geram Eliza, ia melepaskan hak tinggi dan bersiap untuk memukulkannya pada Arthur.

"Sayang, kau?"

"Apa!?"

"Zaura sayang, tolong hentikan!" tekan Arthur tapi Eliza tidak mengindahkannya, pintu kamar yang belum di kunci ternyata mengundang para pelayan dan orang orang di istana yang melewati kamar Arthur dan Zaura melihat itu, Eliza tidak peduli.

"Ratu Zaura itu suamimu!"

"Ratu hentikan!"

"Ratu Zaura lanjutkan saja!" teriak pria bernama Cassano itu, dia adalah keponakan Arthur yang menjabat sebagai panglima di kerajaan.

"Ibu! Ibu, ayah akan menangis, tolong hentikan!" ucap seorang pemuda dengan surai hitam sama seperti Arthur itu sembari berlari ke arah Eliza, apa katanya? Ibu? Sungguh Eliza tidak sudi. Ia menghentikan aksinya dan melihat ke sekeliling, begitu banyak orang yang menyaksikan.

"Lancang kalian memasuki kamar ini!? Keluar!" marah Eliza, emosinya semakin naik kala melihat Arthur yang tengah menggigit ujung rambut Eliza dan itu masih dengan tangisan.

"Aku suka ini! Ratu Zaura biarkan aku membuat surat kabar terbaru tentang ini dan membagikannya pada penduduk!" ucap Cassano antusias, segera pria itu mendapatkan delikan tajam oleh putra Arthur, yaitu Fero.

"Cassano!"

CRAZY WIFE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang