08. Crazy Wife

72 10 62
                                    

"Ibu!" Eliza mengernyit kala seorang lady muda menghampiri dan memanggilnya ibu, sungguh apakah ini adalah putri Hana? Anak dari Arthur dan Zaura, sepertinya iya.

"Edward dan Jack katanya akan menyusul Fero berburu! Jadi aku sendirian kemari." Eliza tersenyum, ia harus bisa memainkan peran sebagai seorang ibu sekarang.

"Apa kau senang akan mempunyai seorang ayah baru?"

"Benarkah!? Oh ibu selama beberapa tahun setiap acara pemberkatan kau selalu menolak untuk mempunyai suami baru! Sungguh ini berita yang baik," ucap Hana antusias. Eliza semakin dibuat tersenyum dengan ini, lama-lama ia akan senang tinggal di Ertland, sesuatu yang menurutnya sedikit gila justru di sini dilihat sebagai sesuatu yang hebat.

Menghabiskan waktu beberapa jam sampai akhirnya para pria kembali ke istana dengan membawa hasil buruan mereka, perdebatan Fero dengan pangeran Acris dari kerjaan Hardes masih berlanjut sampai pintu masuk utama istana.

"Sungguh kau gila, ya!? Kau berusia delapan belas tahun dan ibuku sudah empat puluh tahun!"

"Cinta tidak memandang usia, calon anakku."

"Bahkan aku lebih tua darimu!" sengit Fero lantas mendahului Acris yang sudah tersenyum bahagia dan bangga dengan hasil buruannya. Eliza sebenarnya tidak melihat hasil buruan mana yang mampu membuat hatinya senang, justru Eliza sedang asik memperhatikan setiap wajah dari pria yang memperlihatkan hasil buruan mereka.

"Edward gendong aku!"

"Edward aku lelah!"

"Edward aku ingin naik kereta kuda saja! Kau kembali duluan dan bawakan kereta kuda ke sini, ya?" Edward menghela napasnya mencoba untuk meredam emosi yang tertahan, ia menoleh ke belakang dan menemukan adiknya sudah terduduk di tanah menatap ke arahnya.

"Bangun jangan manja!" Jack yang hatinya selembut kapas itu mulai mengeluarkan tangisannya kala mendengar Edward menaikkan nada bicara.

"Jack, bangunlah," ucap Edward sebelum akhirnya ia mengulurkan tangan untuk membantu Jack bangun. Edward tidak membawa hasil buruan, sungguh ia tidak menginginkan apapun untuk ia minta diacara pemberkatan hari ini. Lain dengan Jack, pria itu sangat antusias membawa hasil tangkapannya walaupun kecil.

"Astaga Jack jangan kentut!" peringat Edward dengan Jack yang kini berada di atas punggungnya.

"Kentutku harum." Edward memutar bola mata malas mendengar ucapan adiknya, mana ada kentut harum yang ada harum tai. Eliza kini yang sedang asik memilih banyak pria sebagai pasangan dansa, pria dengan surai hitam itu menarik perhatiannya, menggunakan topeng membuat wajah pria itu tidak terlihat, Eliza tidak masalah.

"Dansa segera dimulai!" Eliza sudah senang mendengar itu, ia membiarkan tangannya digenggam erat oleh pria bertopeng yang cukup menarik perhatian. Masing-masing para lady menunggu pria bangsawan yang akan mengajak mereka berdansa dan menari bersama, lady yang tidak mendapatkan pasangan biasanya akan langsung mendapatkan banyak gunjingan karena dianggap tidak menarik.

"Putri Hana, kau ada janji denganku."

"Tentu aku mengingatnya, pangeran Acris. Mari berdansa," ucap Hana. Ia mulai mendekat pada Acris dan kini tangan Acris sudah melingkar di pinggang rampingnya. Saat Acris akan mendekatkan wajahnya pada Hana, tiba saja Fero datang dan menggagalkan semuanya.

"Hana menjauh darinya!" segera Fero menarik Hana dari dekapan Acris, "dan kau bocah ingusan! Menjauh dari adikku, aku melarangmu untuk mendekatinya!"

"Apa masalahmu, Kakak!?" Mendengar itu Hana mendelik tajam tidak terima. Ada apa dengan kakaknya!? Apakah tidak menemukan pasangan dansa? Sungguh sangat mengganggu.

"Dia berniat menikahi ibu, aku hanya sedang mencoba menjaga harga dirimu," ucap Fero lantas membawa pergi Hana dari hadapan Acris.

"Aku tertarik denganmu," ucap Eliza seraya memainkan dansa dengan tenang. Tubuh pria ini sedikit hangat, Eliza pikir ini bukan apa-apa. Ia mengalungkan tangannya dan semakin mendekatkan diri pada pria yang bahkan belum ia tanyai siapa namanya.

"Bukalah topengmu, pasti wajahmu sangat tampan." Wajah dibalik topeng itu sudah sangat salah tingkah ingin berekspresi bagaimana, ia bersiap untuk membuka topengnya.

"Aku memang tampan, tapi setelah kau tahu maukah tidur bersama denganku?"

"Tentu saja." Eliza pikir bahwa pria di depannya adalah seorang pria bangsawan yang gagah, bahkan terbesit dalam pikirannya untuk mempersuami pria bertopeng ini, Eliza tersenyum saat pria itu sudah menampilkan sebagian wajahnya, detik itu juga senyum Eliza pudar dan berganti menjadi emosi, tangannya terkepal kuat.

"Arthur!?"

"Ya sayangku! Ini aku."

"Sialan!"

"Tuan Anjien! Berdansa denganku!"

"Sayangku aku tidak akan membiarkanmu disentuh oleh lelaki lain, Kau hanya milikku," cegah Arthur yang mengunci setiap pergerakan Eliza. Eliza terus memberontak sampai pada akhirnya maniknya bertemu dengan mata Arthur, seperti biasa, hobinya yang kedua selain memperbanyak keturunan adalah menangis, mata Arthur sudah berkaca-kaca bahkan buliran bening sudah membasahi wajahnya.

"Cengeng."

"Sayangku, Anjien itu siapa?"

"Calon suami baruku."

"Tidak, kau itu hanya milikku!" tekan Arthur sebelum akhirnya ia mendekap Eliza kembali semakin erat dan mencium Zauranya dengan brutal.

"Arthur sialan!"

"Lep--"

"Arthur!"

"Kau hanya milikku, Zauraku."

"Sial--"

"Arth--" Eliza mulai mencari pasokan udara, kini ia beralih dengan tatapan tajamnya yang bertemu dengan manik Arthur. Eliza mendorong tubuh Arthur, menyeret tangan Arthur dan membawanya ke arah gudang.

Sebelum kembali ke aula, terlebih dahulu Eliza mencuci wajahnya dengan air mawar berulang kali, harap saja jejak bibir Arthur tidak tersisa lagi di wajahnya. Setelah mengunci Arthur di gudang sendirian, Eliza melarang semua pelayan maupun orang-orang yang ada di istana untuk membuka gudang dan ia akan memberikan hukuman kepada siapa saja yang mencoba melanggar.

CRAZY WIFE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang