Lupakan sejenak perihal kentut dan segala keanehan di kediaman ini, Eliza malam ini tengah asik berada di halaman belakang menikmati indahnya cahaya bulan, ia butuh penjelasan mengapa tiba-tiba jiwanya malah kembali seperti ini. Semilir angin malam menyapu wajah halusnya, iris matanya yang hijau mengedar pada sekitar, ia dapati sesosok pria yang juga tengah termenung sendirian di sebuah kursi.
"Apa itu hantu?"
"Aku hampiri saja?" Beberapa detik berpikir, Eliza membawa langkahnya dan berakhir mendapat sorotan tajam dari pandangan pria yang ada di atas kursi, Eliza membuang napas lega kala mendapati kaki itu menapak pada rumput, lupakan tentang sorotan tajam, tanpa sebuah izin dan Eliza tidak peduli dengan hal itu, ia langsung duduk saja bersebelahan.
"Kau siapa, Nona?"
"Aku yang seharusnya bertanya, kau siapa dan mengapa sendirian di sini? Kau ada masalah, ya?"
"Tidak baik memberi perhatian terhadap orang asing, kau itu wanita seharusnya punya malu." Memangnya apa yang dilakukan oleh Eliza? Ini bukanlah suatu hal yang memalukan.
"Masuklah, ini sudah malam."
"Siapa bilang ini pagi? Aku punya mata, penglihatanku masih normal." Pria itu terkekeh, ia membenarkan posisi duduknya.
"Siapa namamu?"
"Eliza, kau?"
"Apa nama belakangnya?" Sedikit sebal karena bukannya menjawab dulu, pria ini malah kembali bertanya.
"Relissia."
"Eliza Relissia?"
"Ya, kau?"
"Nanti juga tahu." Sepertinya malam bukan waktu yang tepat untuk marah-marah tidak jelas.
"Babi!"
"Mana babi?"
"Di sampingku."
Percakapan malam itu benar-benar membuatnya malu, siapa sangka Eliza telah berbicara tidak sopan pada putra pertama duke Deathsia? Kini Eliza tengah menahan malunya sedalam mungkin.
"Sekarang kau tahu siapa aku, Nona," ucapnya pagi ini, tadi. Bahkan untuk mengangkat kepala saja Eliza terlalu malu untuk itu.
"Kau--"
"Jangan sungkan, kau pelayan pribadi Azura, kan? Semoga berbahagia dengan pekerjaanmu. Oh ya, agar lebih akrab, panggil aku Drace saja, jangan tuan."
Bangsawan Ertlasia itu sombong, itulah persepsi Eliza dari dulu, siapa sangka sekarang pemikiran itu mulai berubah? Atau hanya Drace saja bangsawan yang seperti ini? Kemarin saja putri Azura berbeda, sebelum Eliza berhasil membuat putri Azura kentut, bahkan senyuman tipis saja tidak Eliza temukan.
"Maaf, aku tidak tahu."
"Ikut?"
"Ke mana?"
"Perbatasan Ertlasia dengan Ertland."
"Aku? Maksudnya, kenapa aku?" Eliza mengangkat kepalanya bingung, tidak ingin lagi terus menunduk, ternyata cukup pegal.
"Karena Azura akan ikut." Ya, benar. Beginilah jadi orang yang terlalu percaya diri, siapa Eliza yang diajak begitu saja tanpa alasan oleh seorang putra duke? Sudahlah lupakan, berekspektasi terlalu tinggi juga tidak baik.
"Ratu Zaura itu keturunan Heraldine, penyihir hebat pada masanya dulu, mengatasi darah beracun saja tidak bisa padahal aku yakin dia punya penawarnya," ucap Drace saat langkah mereka mulai meninggalkan kediaman.
"Sudah kubilang Ertland memang diisi oleh orang-orang bodoh."
"Tapi mereka punya pelindung yang kuat, bahkan Hidrasia dan semua hewan besar di sana tunduk di bawah naungan Ertland, Ertlasia kalah cepat."
"Apa yang bisa kita lakukan?"
"Menculik suaminya."
"Drace, kau gila, ya!? Bagaimana bisa kita melakukannya, lagipula kalau untuk kebaikan Ertlasia, kita harus membicarakan ini dengan ayah dan raja."
"Ya, kau benar." Eliza hanya bisa menguping walaupun sedikit tidak mengerti, sepertinya ini akan menjadi hobi barunya.
"Kentut beracun?"
"Kita bisa membuatnya."
"Kau lupa!? Kita tidak bisa menggunakan sihir."
"Ramuan?" Eliza semakin dibuat bingung dengan percakapan adik dan kakak ini, ia sudah seperti figuran saja di tengah-tengah mereka. Kenapa semua pembahasan selalu tidak jauh-jauh dari soal kentut? Sudahlah, kentut kan memang penting. Bahkan orang yang tidak bisa kentut, bisa berakhir mati.
_____
Vote? 😀😔
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY WIFE [ON GOING]
FantasyTIDAK TERKAIT DENGAN KEYAKINAN APAPUN. DITULIS SAAT STRES, MAKLUM KALO ISI CERITANYA JUGA STRES. Eliza harus mengurus raja kampret. "Pergilah tidur." Eliza tertidur, ia menemukan dirinya terbangun yang jiwanya berada pada tubuh seorang ratu. Bahkan...