"Cassano!" pukul sebelas malam Eliza belum juga menutup matanya, ia keluar dari kamar dan menemui seorang pria dengan surai berwarna merah pekat itu, menoleh saat seseorang memanggil namanya dari kejauhan.
Cassano memang terlihat santai seperti tidak ada pekerjaan, nyatanya di bawah kepemimpinan Arthur semuanya menjadi rasa terbengkalai, berbeda saat ratu Zaura mengambil alih tugas itu, ratu Zaura suka memperluas wilayah kekuasaan hingga Ertland kian disegani, berkerja sama dengan makhluk-makhluk kuat tentu saja dengan sebuah perjanjian, contohnya burung Hyponik.
Kekuatan relasi antar kerajaan tentunya itu menjadi faktor penguat mengapa Ertland tetap baik-baik saja walau ratu Zaura tak lagi berpartisipasi tiga tahun belakangan, juga para duke, perdana menteri, dan beberapa pihak kerajaan, tak menghiraukan bahwa mereka juga mengakui rajanya yang kekanakan itu, kalau bukan karena gelar bangsawannya, mungkin saja Arthur hanya menjadi seorang pengemis di jalanan desa.
"Ya, Ratu?" tentu saja Cassano cukup terkejut, ratu Zaura hampir tidak pernah berbicara dengannya jika dalam hari-hari biasa seperti ini. Lain jika saat dalam perang, aura yang dikeluarkan ratu Zaura membuat ratu begitu disegani dan perintahnya tak bisa terbantahkan, ratu Zaura sangat berarti untuk Ertland.
"Bisa antarkan aku besok pagi ke kediaman duke Ballarde?"
"Mengapa tidak paman?"
"Kau tahu sendiri."
"Pangeran Edward, putri Hana, dan pangeran Jack akan datang saat acara."
"Kapan acaranya?"
"Besok malam." Cassano bukan tipe yang suka bercanda di waktu yang tidak tepat seperti sekarang, ratu Zaura terlihat sangat serius saat berbicara dengannya. Lagi lagi Eliza mengumpat para Dewi, bisa-bisanya titik hitam itu kini tinggal tersisa lima, mengapa begitu cepat.
Mengikuti informasi yang ia dapat dari buku Zaura Heraldine, Eliza ingin cepat cepat menyelesaikan misi pertamanya. Menurut buku itu, duke Ballarde adalah teman kecil ratu Zaura, pria itu dipenuhi dengan ambisi, dan karena pria itu juga ratu Zaura sangat keras dalam soal pertahanan dan perluasan wilayah.
"Sayangku!"
"Sepertinya suamimu ingin menambah keturunan lagi, permisi Ratu."
"Cassano!"
"Oh, maafkan aku!" Cassano segera pergi saat Arthur mulai mendekat pada Eliza. Mata Arthur terlihat sembab, mungkin dia banyak menangis hari ini, berhenti mengasihani Arthur. Yang paling tersiksa di sini itu Eliza! Ingin mati saja rasanya.
"Kau belum tidur, Arthur?"
"Aku tidak bisa tidur tanpa kau di sampingku, aku ingin--"
"Berhenti bersikap konyol."
"Sayangku, apa kau selingkuh dengan Cassano?"
"Ya." Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, Eliza masih larut dalam pikirannya sembari memandangi wajah Arthur yang terlihat sedikit tampan. Ingat, hanya sedikit! Sampai saat ini Eliza masih belum tahu alasan mengapa ratu Zaura mau bertahan dengan pria seperti Arthur.
"Sayangku! Jangan pergi dariku!"
"Sayangku aku mencintaimu!"
"Sayangku aku ingin menambah an--" melantur saja, bahkan saat dalam tidurpun pikirannya masih tentang hal menggelikan itu. Eliza menutup telinganya dengan kapas dan mulai menyusul tidur, memasuki dunia mimpi. Menghiraukan tangan besar itu yang tanpa sadar sudah memeluknya.
"Apakah masih jauh?" Pagi buta Eliza dan Cassano menaiki kereta kuda, ini adalah yang pertama kalinya untuk Eliza, mana mungkin ia sanggup mempunyai kereta kuda di kehidupannya dulu, untuk makan saja Eliza sudah bersyukur, walaupun dalam naungan Carrel, ya begitulah, kalian bisa tahu mengapa Eliza selalu mengatakan bahwa Carrel jahat.
"Ratu--"
"Panggil Zaura saja."
"Tapi itu tidak sop--"
"Kau berani membantahku?" ucap Eliza dingin, bertepuk tanganlah, rasanya kini Eliza bisa memerankan diri sebagai Zaura Heraldine.
"Baiklah, Zaura," ucap Cassano. Ia tersenyum kikuk, tak bisa membantah ucapan ratu Zaura tapi ia rasa ini juga tidak pantas memanggil seorang ratu tanpa gelarnya.
"Aku sedikit pusing, bisakah kita berjalan kaki?" terkejut Cassano, hampir saja ia membuat dirinya dan Eliza terjungkal di kereta kuda itu.
"Bagaimana dengan kereta ini, aku tidak membawa seorang kusir." Eliza tidak peduli, ia langsung turun dan melepaskan alas kaki, salahnya memakai hak tinggi, akan sulit jika digunakan di jalan bebatuan seperti ini. Cassano yang melihat itu, kini ikut menyusul Zaura dan meninggalkan kereta kudanya.
"Bagaimana dengan keretanya?"
"Apakah Ertland akan jatuh miskin hanya karena satu kereta? Sudahlah Cassano, sekarang kita harus ke mana?"
Berbeda dengan Zaura dan Cassano yang tengah sibuk untuk pergi pada kediaman duke Ballarde, di istana para pelayan sedang mencoba untuk menenangkan rajanya yang sedang menangis kencang, saat baru membuka matanya, Arthur tidak melihat Zaura ada di sampingnya, ia mencari-cari dan tetap saja tidak menemukan.
"Tenanglah, Tuan, ratu Zaura pasti akan segera kembali."
"Tuan, ratu Zaura sayangmu cintamu dan milikmu itu tidak mungkin akan meninggalkanmu, kami yakin itu." Begitulah bujuk para pelayan di istana, tapi belum juga berhasil untuk dapat meredakan tangisan sang raja, jangan lupakan Fero yang juga ikut terbangun karena kehebohan di pagi buta ini.
"Di mana cintaku?"
"Sayangku!"
"Sayangku! Apakah kau meninggalkanku!? Apa benar kata Cassano, kau akan membuat surat perpisahan!?" Fero dengan senyum tertekannya mencoba menenangkan sang ayah, Fero sendiri juga tidak tahu kemana ibunya pergi, ia yakin ibunya tidak akan membuat surat perpisahan, bagaimana mungkin, sedang ibu saja tengah mengandung.
"Aku mau susu," ucap Arthur sembari mengusap wajahnya yang sudah memerah dan basah karena tangisan. Fero segera mengangguk dan menitahkan pelayan untuk membuatnya, belum sempat pelayan pergi, Arthur kembali membuka mulut.
"Tidak mau susu di dapur."
"Lalu apa?"
"Susu Zaura."
"Kancut!" umpat pelayan yang di titahkan itu, tentu saja dengan pelan. Ia sendiri tidak pernah mengucapkan umpatan demikian sebelumnya, hanya saja tadi siang ia mendengar ratu Zaura mengucapkan itu, menarik untuk di tiru ia rasa.
Lupakan tentang asal-usul umpatan, sama seperti pangeran Fero yang tampaknya tidak habis pikir dengan sang ayah, bisa bisanya mengucapkan hal demikian begitu saja, dagu para pelayan juga ikut jatuh mendengarnya, tolong jangan sampai ada lalat yang masuk ke istana sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY WIFE [ON GOING]
FantasyTIDAK TERKAIT DENGAN KEYAKINAN APAPUN. DITULIS SAAT STRES, MAKLUM KALO ISI CERITANYA JUGA STRES. Eliza harus mengurus raja kampret. "Pergilah tidur." Eliza tertidur, ia menemukan dirinya terbangun yang jiwanya berada pada tubuh seorang ratu. Bahkan...