"Wilayah Ertland utara masih cukup stabil dalam perekonomian, para kerajaan tetangga pun masih keluar masuk melakukan perdagangan di sana. Raja Arthur memaksa untuk memegang kendali di wilayah Ertland selatan, dan sekarang perdagangan di sana gulung tikar. Aku berencana untuk menemuimu besok saat acara di istana, tapi kau sudah datang lebih dulu kemari."
Di kediaman Ballarde, Eliza berbincang dengan sang duke, sementara Cassano sibuk sendiri dengan beberapa prajurit dan pengawal yang berjaga di kediaman itu. Sengaja duke mengambil beberapa prajurit dari istana, menurutnya prajurit akan lebih kuat dalam hal penjagaan.
"Arthur memang tidak becus!"
"Itu suamimu, Ratu."
"Lupakan itu, kau tahu sesuatu tentang gunung Hidrasia? Sebenarnya aku sedikit kehilangan ingatan, boleh kau bantu aku, Duke? Dan aku cukup khawatir jika pihak kerajaan lain mengetahui ini, mungkin saja mereka akan memanfaatkan."
"Gunung Hidrasia, kau selalu mengatur strategi perang di sana, makhluk-makhluk kuat yang tunduk padamu bertempat di gunung itu, aku kira kau akan memperluas wilayah kekuasaan lagi."
"Antarkan aku?"
"Kita harus membawa raja Arthur jika ingin ke sana, gunung Hidrasia hanya bisa di akses penerima berkah Dewa yang pertama menginjakkan kaki di sana." Apa ini jawabannya? Ratu Zaura bertahan dengan Arthur untuk-- ya, untuk memanfaatkan seperti halnya burung Hyponik itu.
"Cassano!"
"Ya, Zaura?" pria bersurai coklat itu cukup terkejut mendengar Cassano memanggil sang ratu tanpa gelarnya.
"Panggil Arthur kemari, cepatlah!"
"Berjalan kaki?"
"Terserahmu." Cassano menghela napasnya, mereka baru saja berjalan kaki dan itu lumayan jauh. Cassano hanya mengangguk dan tentu saja ia tidak akan berjalan! Pria itu menghampiri salah seorang dan menaruh tangannya di bahu prajurit tersebut. "Pinjam kuda, ya?"
"Jadi kau selingkuh dengan Duke Ballarde? Kau semalam tidur dengannya sampai meninggalkan aku? Padahal aku ingin susu." Mereka pergi dari kediaman Ballarde menggunakan kereta kuda kepunyaan duke, sepanjang perjalanan Arthur terus berceloteh yang membuat Eliza pusing, apalagi kondisinya yang tengah hamil.
"Minta pelayan membuatkannya."
"Susu itu, susumu." Eliza diam dengan tangannya yang terkepal kuat, bukan emosi, hanya lelah dengan kelakuan Arthur sang raja idiot Ertland.
"Tenang saja, aku akan memberikanmu susu setelah ini."
"Susumu?"
"Susu babi!" Cassano dan duke Ballarde menahan tawa, sampai akhirnya mereka langsung tergelak keras saat mendengar letupan angin yang berasal dari pantat Arthur, sampai-sampai Eliza menjitak kepala Arthur dan pria itu hanya menampilkan wajah polosnya.
"Kancut babi! Arthur sialan! Mengapa bau tai sekali!"
"Kenapa berteriak, Sayang?"
"Kentutmu bau tai!"
"Kentut raja bau tai!" sorak Cassano yang masih tertawa sesekali terdengar tawa babinya bersama Ballarde, wajah mereka sudah memerah karena tawa.
"Duke, apa kau baru mendengar kentut raja? Bagaimana baunya?"
"Bau tai!"
"Diam kalian!" teriak Arthur, Cassano dan Ballarde diam tapi tetap menahan tawa mereka sampai tak kuasa memegangi perut masing-masing.
"Sayang mereka mengejekku!" Arthur memerah menahan malu, ia menatap Eliza berharap mendapatkan pembelaan. Nihil, Eliza justru mengabaikannya sembari menutup hidung rapat-rapat.
"Sayang."
"Zaura sayang?"
"Kau mengabaikanku?" Eliza menghela napasnya dalam-dalam, ia menoleh pada Arthur yang sudah menatap lekat wajahnya.
"Kenapa?"
"Aku ingin buang air besar."
"Pantas bau tai!" ucap Cassano spontan, lagi-lagi duke tergelak. Eliza tidak peduli itu, ia tidak ingin membela Arthur, lagipula benar kata dua pria yang ada di depan Eliza dan Arthur, kentutnya bau tai.
"Sayang?"
"Kenapa?"
"Aku--" belum sempat menyelesaikan bicaranya, letupan udara kembali lolos keluar dari pantat Arthur, kali ini bukan hanya letupan udara tapi beberapa benda keras juga ikut keluar bersamaan dengan itu. "Tai."
"Kenapa Arthur!?"
"Aku berak di celana." Tak tahan lagi, hidung Eliza kembang kempis menahan marah, ditambah Arthur yang memasang wajah polosnya.
"Duke tolong turunkan makhluk bau tai satu ini!"
"Bagaimana bisa seorang Arthur menerima berkah darah beracun itu?" tanya Eliza, bergumam sendiri. Apakah jawabannya ada di buku Zaura Heraldine? Salahnya yang belum membaca buku itu sampai tuntas, ingatkan Eliza untuk membacanya lagi hari ini.
"Sayang aku sudah selesai!" tersadar dari lamunannya, bukan hanya Eliza, Cassano dan Ballarde kini ikut menoleh pada Arthur, pria itu dengan santainya berjalan tanpa celana.
"Astaga Arthur! Di mana celanamu!?"
"Penuh dengan tai, jadi aku tidak memakainya."
"Penuh dengan tai," ucap Cassano seperti menahan berak, ia menoleh pada duke Ballarde, pria itu rupanya juga tengah tertawa tanpa suara. Sementara Eliza yang sudah sangat prustasi menghadapi manusia sinting yang tak lain adalah Arthur, suami Zaura! Hampir setengah jam, karena tidak ada wilayah penduduk menuju jalan ke gunung Hidrasia, jadi Eliza menyuruh Arthur untuk pergi ke kebun pisang dan buang air besar di sana, andai saja ada sihir penghilang tai.
Menunggu setengah jam, kereta kuda sudah mereka tepikan, dan pria yang di tunggu kembali tanpa menggunakan celananya, bagaimana Eliza tidak emosi jika seperti ini!? Menyusahkan saja.
"Lalu bagaimana?" tanya Arthur polos, ia menampilkan deretan giginya yang sudah kembali kotor karena belum di bersihkan.
"Ambil celanamu tadi dan pakailah!"
"Sayangku itu penuh dengan tai, aku tidak mau." Cassano dengan sejuta idenya, ia melenggang pergi dan tak lama muncul dengan sebuah daun yang ia dapatkan dari kebun ini.
"Gunakan daun pisang!?" ucap Cassano antusias, bibir Eliza melengkung ke atas, sementara Arthur menggeleng penuh penolakan.
"Tidak mau, tidak mau!"
"Arthur!"
"Bagaimana kalau ada ularnya?"
"Justru ini untuk menutupi ularmu, Yang Mulia!" timpal Cassano, duke Ballarde tak kuat berada di tengah kekonyolan itu, ia beranjak pergi dan duduk di bagian depan kereta kuda.
"Cassano!"
"Apa?" balas Cassano dengan tawa ejekannya, ia melenggang pergi mengikuti jejak duke.
"Sayang lihatlah dia--"
"Jangan banyak tingkah Arthur, cepat pakai!" Eliza menghela napasnya, mencoba sebisa mungkin meredam emosi yang terus saja memintanya untuk mencekik Arthur detik ini juga. Ia menoleh pada duke dan Cassano yang sudah lebih dulu duduk di kereta kuda, tak ingin pusing Eliza juga ikut ke sana menyisakan Arthur sendirian.
"Sayangku!"
"Tunggu aku! Bagaimana cara memakainya!"
"Sayangku! Tunggu!" Arthur berlari mengejar Eliza, belum sampai pada langkah larian kelima Arthur tersungkur ke bawah karena tidak sengaja tersandung batu, ia meringis menahan tangis.
"Kancut babi itu, astaga." Melihatnya, Eliza semakin dibuat emosi, pikir saja belum sampai setengah hari dan ini masih pagi, tapi lihatlah Arthur! Kalau seperti ini terus, Eliza bisa botak muda.
"Sayang tunggu!"
"Cepatlah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY WIFE [ON GOING]
FantasyTIDAK TERKAIT DENGAN KEYAKINAN APAPUN. DITULIS SAAT STRES, MAKLUM KALO ISI CERITANYA JUGA STRES. Eliza harus mengurus raja kampret. "Pergilah tidur." Eliza tertidur, ia menemukan dirinya terbangun yang jiwanya berada pada tubuh seorang ratu. Bahkan...