Malam ini Eliza berencana untuk menghabiskan waktu membaca buku yang ia temui di perpustakaan, Dewi bilang dengan membaca buku itu, maka Eliza akan tahu siapa Zaura. Semoga saja Eliza bisa tahu alasan mengapa ratu Zaura mau bersuamikan Arthur yang bahkan baru sehari saja di sini rasanya Eliza ingin mati! Pria dewasa dengan sifat bayi, begitu melelahkan.
"Ratu Zaura, kami memberikanmu misi dengan waktu."
"Apalagi!?" dia yang memberikan misi, dia juga yang selalu mengganggu. Hah cukuplah Eliza, bisa-bisa Dewi baperan itu akan memindahkan jiwamu lagi ke tubuh yang lain, sialan memang.
Eliza mendelik tajam saat Dewi memberikan senyuman hangatnya. "Kami akan memberikanmu sepuluh titik hitam di pergelangan tanganmu, titik hitam itu akan berkurang jumlahnya dan kau harus menyelesaikan misi pertamamu yaitu mengembalikan Ertland pada masa kejayaannya sebelum titik hitam itu habis."
"Kalau aku tidak mau?"
"Kau tidak akan dapat bertemu dengan ibumu."
"Dasar jahat."
"Mau kami lemparkan lagi jiwamu pada tubuh yang lain?" lihat. Eliza mengepalkan tangannya geram, katanya Dewi itu pemilik keberkahan untuk kaum wanita, tapi nyatanya!? Tampaknya hanya Eliza yang di perlakukan seperti ini.
Bersamaan dengan menghilangnya Dewi, pria dengan surai hitam itu mendatangi Eliza dengan wajah ceria, jangan lupakan sekantung permen di kedua tangannya. "Sayangku!" dia adalah Arthur, datang dengan permen setelah siang tadi dia dikurung oleh Eliza dan Eliza menyuruhnya untuk membersihkan gigi berulang kali, kalau dihitungkan mungkin sebanyak lima belas kali Arthur menggosok giginya.
"Kenapa selalu saja ada pengganggu!" gerutu Eliza, seharian ini emosinya terus saja naik.
"Aku mengganggumu?"
"Kalau aku mengatakan iya, pasti pria idiot ini akan menangis, dasar cengeng," batin Eliza. Arthur mendekat pada Eliza dan menawarkan permen manis yang sudah lebih dulu ia makan.
"Itu bekasmu aku tidak mau!"
"Dulu kau selalu mau, katanya untuk mengambil berkah dari darah beracun."
"Justru aku akan keracunan memakan makanan bekasmu!"
"Mengapa kau menjadi kasar seperti ini, Zaura sayang, kenapa kau berubah?" Eliza memutar bola mata malas, kali ini Eliza harus fokus untuk membaca buku. Karena Dewi sialan itu, titik hitam sudah terukir jelek di pergelangan tangannya.
"Zaura?"
"Apalagi!?" belum sampai sepuluh menit, Arthur sudah merengek tidak jelas. Eliza menghela napasnya, bangkit dari kasur dan kembali dengan membawa segagang sapu. "Arthur, jangan menggangguku atau aku akan--" Eliza menggantung ucapannya dan memukulkan gagang sapu itu ke lantai, Arthur mengangguk cepat.
"Sayang?"
"Sudah kubilang jangan menggangguku!"
"Aku ingin itu," ucap Arthur. Tangannya dengan mulus mengarah pada dada Eliza, Eliza melotot dan kembali beranjak dari kasur mengambil gagang sapu yang sempat tertunda Eliza pukulkan pada kepala idiot Arthur.
"Apa kau bilang? Ingin apa!? Kau sudah beranak lima dan bahkan aku sedang hamil anak keenam! Keluar dari kamarku, Arthur!" titah Eliza penuh penekanan seraya memukul bokong Arthur dan pria itu berusaha menghindar sebisanya, sampai akhirnya mereka sudah berada di luar kamar, kebetulan Cassano masih berjalan-jalan melihat dekorasi.
Melihat pemandangan langka di depan, Cassano menahan tawanya. "Ratu Zaura kau hebat!" Eliza tidak peduli, setelah berhasil mengusir Arthur keluar kamar ia segera menutupkan pintunya dengan keras. Arthur menahan tangisnya kala Cassano semakin gencar menggoda dan menertawakan.
"Arthur! Haha kasihan! Lihatlah Zaura sayangmu, cintamu, milikmu itu? Ratu tidak menyayangimu lagi! Mungkin sebentar lagi ratu Zaura akan membuat surat gugat cerai haha!"
"Zaura cintaku tidak akan melakukan itu!" tidak bisa menahan tangisnya lagi, Arthur menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangan, benarkah Zaura akan membuat surat gugat cerai? Tidak, tidak, Zauranya tidak akan melakukan itu.
"Aku akan segera membuat pengumuman di depan penduduk, malam ini raja Arthur tidur di luar karena di usir oleh istrinya! Huh aku sangat bangga pada ratu Zaura!" ucap Cassano sembari membawa langkahnya melewati Arthur yang sedang menangis.
"Oke Eliza, sekarang fokus!" Eliza mulai membawa pikirannya memasuki isi dari buku di tangannya, tulisan seperti ceker ayam tidak masalah. Baiklah, di sini tertulis Zaura Heraldine sebagai tertanda penulis.
"Sepupu? Agak lain." Di buku ini ratu Zaura menulis bahwa ia dan Arthur adalah seorang sepupu, Eliza lagi lagi begitu menyayangkan kenapa ratu Zaura tidak menikah dengan bangsawan lainnya saja, yang tentu saja lebih berkharisma.
Eliza tersadar dari lamunannya kala ada yang mengetuk pintu kamarnya, jangan bilang itu Arthur. Pria sialan yang hobinya menambah keturunan. "Nona, ini aku Cily!" Eliza menghela napasnya lega mendengar itu, lantas beranjak untuk membuka pintu.
"Ada apa?"
"Hanya ingin memberitahumu, tuan Arthur kedinginan." Eliza melupakan seorang pria dengan surai hitam yang tak lain adalah Arthur itu, mana mungkin di kastil sebesar ini dia kedinginan, dia pikir Eliza bodoh!?
"Lalu?" dengan keras Eliza menutup pintunya kembali, merebahkan badannya di atas pulau kapuk. Berbeda dengan Cily, kini gadis itu sedang menenangkan Arthur yang kembali menangis.
"Tuan jangan menangis, bukankah kau seorang raja! Raja tidak boleh cengeng!"
"Aku hanya ingin menambah adik untuk anak yang sedang dikandung Zauraku sayang." Mendengar itu Cily mencoba tersenyum di depan Arthur walau hatinya serasa ingin menendang sang raja dari muka bumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY WIFE [ON GOING]
FantasíaTIDAK TERKAIT DENGAN KEYAKINAN APAPUN. DITULIS SAAT STRES, MAKLUM KALO ISI CERITANYA JUGA STRES. Eliza harus mengurus raja kampret. "Pergilah tidur." Eliza tertidur, ia menemukan dirinya terbangun yang jiwanya berada pada tubuh seorang ratu. Bahkan...