Tujuh

317 34 0
                                    

"Aku sudah selesai dengan perfotoanku, Kak."

-Baiklah, tunggu saja. Arthur sedang dalam perjalanan menjemputmu.-

"Baik, Kak."

Tut.

Kyle menunggu tepat ditempat biasanya. Ia memperhatikan sekitar, melihat teman-temannya yang berlalu-lalang berjalan kembali menuju tempat tinggal mereka. Ia kembali memainkan ponselnya, tak ingin hanya terdiam tanpa mengerjakan apapun. Walau ia tidak tahu apa yang akan ia buka, setidaknya apa yang dilihat orang lain adalah ia yang terlihat sibuk dengan ponselnya.

Tapi tiba-tiba, seseorang menabraknya hingga tak sengaja menjatuhkan botol minuman yang dibawanya. Kyle yang memiliki jiwa murah hati, mengambilkan minuman yang terjatuh dan menggelinding ke jalan. Tapi begitu menoleh, seketika ia merasa tubuhnya melayang setelah menghantam keras sesuatu. Sampai akhirnya tubuhnya terjerembab ditengah jalanan, dan teriakan histeris terdengar.

***

Arthur melihat keramaian tepat di depan sekolah Kyle. Ia yang penasaran pun keluar dari mobilnya, dan masuk ke dalam kerumunan. Sampai akhirnya ia menyadari, adiknya telah terbaring lemah dengan darah yang mengalir dimana-mana. Ia menembus kerumunan itu, meletakkan kepala adiknya tepat dipangkuannya.

"Kyle, bangun! Kenapa bisa seperti ini?"

Arthur menatap ke arah kerumunan orang yang sedikit memberi jarak untuknya. Matanya memancarkan pertanyaan juga kepanikan. Beberapa orang membantunya dengan menghubungi ambulan agar segera membawa Kyle ke rumah sakit. Arthur merogoh sakunya mengambil ponsel dan berusaha menelpon Marcell.

***

Marcell tengah menyetir, hendak kembali ke kampusnya karena memiliki jadwal praktikum. Akan tetapi, sepanjang perjalanan ia merasakan cemas seakan panik, tapi ia tidak tau mengapa ia panik. Sampai akhirnya teleponnya berdering, ia melihat ke layar dan mengeja nama pemanggilnya.

Arthur.

Bukan mengangkat teleponnya, ia justru melempar ponselnya sembarang dan memutar balikkan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Entah pikiran apa yang membawanya, ia hanya ingin pergi ke sekolah Kyle untuk menyusul saudara kembarnya.

Karena Marcell mengambil kecepatan yang lebih sari biasanya, ia sampai ke tempat tujuannya lebih cepat. Dan begitu sampai, ia dikejutkan dengan kerumunan orang yang mengelilingi seorang korban kecelakaan. Ia mendekat dan melihat Kyle yang sudah terbaring tak sadarkan diri di pangkuan Arthur.
Arthur mendongakkan kepala, menatap saudara kembarnya dengan mata basahnya.

"Marcell, Kyle ..."

Marcell berjongkok. Ia mengeluarkan senter kecil dari sakunya dan mengecek mata Kyle, memastikan apakah pupil matanya masih merespon. Akan tetapi, ia tak melihat respon matanya sama sekali. Tak ingin menyerah, ia meraba pergelangan tangan dan leher adiknya, tapi tak juga menemukan denyut nadi di sana.

Seketika tubuhnya melemas, ia menunduk dengan keputus asaannya. Arthur yang melihat gestur Marcell semakin merancau.

"Kyle baik-baik saja, 'kan? Katakan kalau ia baik-baik saja!"

Arthur menatap kerumunan.

"Kenapa ambulan belum datang juga? Kenapa lama sekali?!"

"Arthur ..."

Arthur kembali menatap saudaranya. Kini Marcell mengangkat wajahnya dan menggeleng pelan.

"Apa maksudmu?"

Marcell kembali menunduk dan memejamkan mata. Kelopaknya bergetar dan air mata mulai mengaliri pipinya.
Arthur kembali menatap wajah Kyle dengan luka dan darah dimana-mana, bahkan sudah melumuri pakaiannya. Ia menangis.

12 MAWAR HITAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang