Sebelas

273 28 1
                                    

Jin Ah keluar dari kamarnya setelah selesai menyegarkan tubuhnya sendiri. Hendak keluar menemui ibunya yang mungkin sedang berada di dapur.
Ia berjalan dan tanpa sengaja berpapasan dengan Ayahnya yang telah berpakaian rapi.

"Kau mau kemana, Appa?"

"Ada korban meninggal ditemukan di sungai Han. Aku ingin melihat ke TKP."

"Aku ikut!"

Tuan Kang mengernyitkan dahinya, "tiba-tiba?"

"Aku hanya ingin melihatnya, Appa. Boleh, ya?"

"Baiklah kalau begitu."

***

Tuan Kang datang bersama Jin Ah bertepatan ketika korban meninggal itu baru saja diangat ke atas brankar untuk dievaluasi. Tuan Kang menerobos kerumunan sambil menggandeng tangan putrinya, sampai akhirnya ia dicegah.

"Maaf, Tuan, anda tidak boleh mendekat."

Tuan Kang mengeluarkan kartu identitasnya sebagai polisi yang selalu ia bawa.

"Aku polisi, izinkan aku melihat korbannya."

Tuan Kang pun dipersilahkan. Jin Ah terus membututi Ayahnya yang mendekati brankar yang hendak dimasukkan kedalam ambulan.

"Apa pihak keluarga sudah dihubungi?" tanya Tuan Kang.

"Belum, Tuan. Kami belum menemukan identitas anak ini, tapi dia mengenakan seragam SMA."

"Seragam SMA?" Kejut Jin Ah.

Jin Ah berjalan mendekati brankar dan membuka kain yang menutupi wajah korban. Seketika matanya terbelalak, kedua tangannya membungkam mulutnya sendiri. Lain dengan Tuan Kang, ia justru bingung dengan reaksi putrinya sendiri.

"Ada apa, Jin Ah."

Jin Ah menoleh ke arah Ayahnya, menatapnya dengan mata bergetar dan perlahan menurunkan tangannya.

"Appa ...






































Dia adik Kak Jun yang hilang ..."


































***

"Tak, apa. Biarkan Sam absen sekolah hari ini," ujar Jun usai menenangkan adiknya yang tiba-tiba kambuh di pagi hari.

Tangannya mengelus lembut kepala Sam yang kembali terlelap. Ia memang selalu mengantuk setelah kambuh dan berhasil tenang. Entah dengan atau tanpa obat penenang. Jun menatap wajah sendu Sam, semakin hari keadaannya seakan memburuk. Lebih sering kambuh bahkan tanpa sebab, mungkin karena terlalu banyak kehilangan sehingga luka lamanya terbuka kembali, bahkan semakin terhujam.

"Kau akan mencari Travis lagi?" tanya Jayden.

Jun mengangguk, "tolong jaga Sam. Jika dia bangun berikan sarapan untuknya."

Jayden hanya mengangguk. Jun mengecup kepala adiknya kemudian berjalan keluar dari kamar Sam. Ia melewati kamar-kamar adiknya yang telah kosong, Arthur dan Kevin yang sudah berangkat ke kampusnya, sedangkan kamar yang lain ...

Sudah memiliki rumah baru di alam yang lain.

Jun menghela napas. Ia merasa sedikit kewalahan sekarang setelah kelima adiknya pergi meninggalkannya, terlebih sosok Marcell yang biasa membantunya menenangkan Sam, memasak makanan dan membereskan mansion mereka. Tentu ia tak memerlukan seorang asisten, demi menjaga keprivasian mereka.

Jun kembali berjalan dan berpapasan dengan David yang sudah berpakaian rapi, hendak pergi ke kampusnya. Keduanya bersitatap sejenak, terpaku pada tempat mereka masing-masing tanpa sepatah katapun yang terlontar. David menatap tajam ke arah kakaknya, seakan mata itu masih mengintimidasinya. Sampai akhirnya David menutup pintu kamarnya dengan kasar dan berlalu, menuruni tangga.

12 MAWAR HITAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang