Dua Puluh

391 24 4
                                    

Suara ledakan terdengar dari luar mansion, membuat Jun mengeratkan pelukannya pada Jin Ah dan menoleh ke arah jendela. Jin Ah yang tak kalah terkejut pula semakin mengeratkan pelukannya. Jun terus mengusap kepala putri Kang itu sebelum akhirnya ia mengendurkan pelukannya, hendak memastikan apa yang terjadi. Akan tetapi, Jin Ah seakan enggan melepaskan pelukannya dan menahan Jun. Ia raih pundak Jin Ah dan melepaskan pelukannya perlahan, ia tangkup pipi kanan gadis itu dan mengusap air mata yang tersisa.

"Aku tidak akan kemana-mana, aku hanya akan memastikan apa yang terjadi," ujar Jun.

Akhirnya, Jin Ah melepaskan tangannya dari pinggang Jun, membiarkan Jun berjalan mendekati jendela. Jun membuka tirai dan melihat ke bawah. Betapa terkejutnya ia karena mobilnya kini telah hangus terbakar. Anehnya, atas dasar motif apa mobil miliknya diledakkan bahkan setelah beberapa menit berlalu tak ada seorangpun yang menyerang?

Tak ingin memusingkan hal itu, yang kini harus ia lakukan hanyalah membawa Jin Ah kembali ke rumah orang tuanya. Ia memutar tubuhnya kembali, menghadap ke arah Jin Ah yang kini tengah menutupi dadanya karena kancing kemejanya yang terlepas. Jun berjalan ke arah lemari miliknya, masih ada beberapa pakaian yang ia tinggalkan dan ia mengambil jaket hitam miliknya.

Ia kembali mendekat ke arah Jin Ah dan berjongkok di hadapan gadis itu, kemudian memakaikan jaket miliknya dan menutup resleting nya rapat-rapat. Jin Ah yang nampaknya jauh lebih tenang hanya menatap Jun sayu, tubuhnya sedikit lemas juga kakinya yang terlanjur membengkak akibat ikatan yang terlalu kencang, membuatnya kesulitan untuk bergerak. Kini ia bingung, bagaimana cara mengantar Jin Ah sedangkan mobil yang ia kendarai telah hancur.

"Aku akan memikirkan cara untuk membawamu pulang," ucap Jun.

Jin Ah hanya terdiam dan sedikit menunduk, sampai akhirnya ia merasakan bahwa tubuhnya diangkat. Ya, Jun menggendongnya ala bridal style. Jin Ah menyembunyikan wajahnya di dada Jun, tak sanggup melihat banyak darah yang membuatnya terasa semakin pusing, terlebih tak ada makanan masuk ke dalam perutnya sejak semalaman. Jun membawanya berjalan keluar, walau tidak tahu ia harus membawanya pulang dengan apa.

Jun berjalan perlahan sambil memikirkan cara untuk kembali, tanpa ia sadari ia telah keluar dari halaman mansionnya, bahkan ia melewati mobilnya yang tengah terbakar. Ia berhenti sejenak, kemudian menatap Jin Ah yang masih menyembunyikan wajahnya. Mau tak mau ia harus menghubungi Ayahnya.

"Aku akan menurunkanmu disini sebentar, apa kau keberatan?"

Jin Ah hanya menggeleng. Perlahan Jun merendah, tapi belum sempat ia meletakkan Jin Ah, sebuah mobil tiba di hadapannya. Seketika Jun kembali berdiri dan membuat Jin Ah sedikit terkejut dan menoleh. Jun mengambil beberapa langkah mundur sambil terus menatap waspada.

"Jin Ah, kau bisa mengambil pistol di sakuku?"

Jin Ah menggerakkan tangannya, walau sedikit sulit tapi ia berhasil mengambilnya.

Seorang pria berdarah Korea Selatan keluar dari dalam mobil dan mendekat ke arahnya. Jun masih berusaha mengenali wajah itu, akan tetapi terlalu asing baginya.

"Ayahmu memintaku untuk menjemputmu, Jun," tukas pria itu.

"Siapa kau?"

"Lee Min Hyuk, pamanmu."

Jun bernapas lega, akan tetapi hatinya seakan menolak. Ia lebih ingin jika ayahnya atau Tuan Kang yang menjemput keduanya.

Paman Lee berjalan kembali ke arah mobil dan membukakan pintu belakang, mau tak mau Jun mengikutinya. Sebelum ia masuk, ia terdiam sejenak menatap pamannya sendiri, "apa aku bisa mempercayaimu?"

"Apa aku terlihat akan membahayakanmu? Aku tidak akan menyakiti keponakanku sendiri, Jun."

Jun terdiam dan menatap Jin Ah lagi yang saat ini tengah menunduk. Tentu ada rasa kasihan karna Jin Ah nampak lemah saat ini. Setelah benar-benar yakin, Jun mendudukkan Jin Ah ke dalam mobil, dan ia pun menyusul masuk dan duduk di sampingnya. Mobil melaju membelah jalanan sepi yang memang tidak banyak penduduk yang tinggal di dekat mansion lamanya.

12 MAWAR HITAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang