Lima Belas

232 23 1
                                    

Jun terdiam sejenak setelah mendengarkan cerita dari Tuan Kang tentang masa lalu ibunya dan bagaimana ayahnya bisa menikahi sang Mama yang telah tiada.

"Jadi, Mama adalah sahabat anda sejak kecil?"

Tuan Kang mengangguk. Ia kembali menceritakan bagaimana dulu ia sempat ingin menikahi Nyonya Lee akan tetapi Tuan Xanders yang saat itu tengah menempuh studi di salah satu perguruan tinggi Korea Selatan sudah lebih dulu meminangnya hingga akhirnya membawanya pergi ke negaranya.

Jun tersenyum getir.

"Sekiranya Mama menikah dengan anda, ia pasti masih hidup sekarang."

"Tapi jika Lee Min Na menikah denganku, kau dan sebelas saudaramu yang tangguh tidak akan lahir di dunia ini, dan tidak akan ada gadis yang mampu memendam perasaan padamu seperti putriku, Jin Ah."

"Appa ..." Jin Ah memprotes karena Sang Ayah membeberkan perasaan yang selama ini ia sembunyikan dari Jun.

Seketika Jun menatap Jin Ah dengan tatapan yang sulit diartikan. Jin Ah menunduk dan pipinya bersemu, seketika keberaniannya untuk menatap Jun menciut.

"Aku lebih menginginkan Mama hidup dari pada aku lahir, bahkan rasanya percuma karena kesembilan adikku pun telah pergi karna kelalaianku."

"Berhentilah menyalahkan diri, Jun. Kau sudah berjuang melindungi adik-adikmu, dan mereka yang sudah mendahuluimu adalah para kesatria tangguh yang telah memiliki waktu untuk beristirahat."

"Mereka hanyalah mawar hitam yang seharusnya aku lindungi agar tidak layu, akan tetapi aku gagal."

Tuan Kang terdiam sejenak, nyatanya pembicaraan itu justru membuat Jun semakin menjatuhkan dirinya sendiri.

"Jika kau butuh bantuanku, hubungi saja."

"Terimakasih banyak, Tuan Kang. Tapi aku akan membawa kedua adikku pergi. Tempat tinggal kami terlalu besar jika hanya dihuni kami bertiga."

"Kau tidak akan pergi jauh 'kan, kak?"

Jun terdiam sejenak. Ia menunduk dan menghela napas. Setelah apa yang Tuan Kang katakan padanya tentang perasan Jin Ah, membuat Jun canggung seketika. Ia tak pernah memikirkan soal cinta, yang ia pikirkan hanyalah bagaimana cara bertahan hidup melindungi adik-adiknya.

Jun berdiri, masih setia menundukkan pandangannya. Jin Ah menatapnya lekat, seakan tak ingin sedetik saja ia melewatkan pemandangan indah dari wajah Jun.

"Aku permisi."

"Kak Jun!" Jin Ah berdiri, menghentikan langkah Jun yang mulai terayun.

Jun berhenti kemudian menoleh ke arah Jin Ah. Mata Jin Ah bergetar menatap mata Jun. Jun masih menunggu bibir Jin Ah mengucapkan sesuatu.
















"Boleh aku memelukmu?"















***

Jun merendam dirinya di dalam bathup yang telah penuh dengan air hangat. Pikirannya ramai, tak sedikitpun beristirahat. Bukan hanya kematian David yang masih terekam di kepalanya, tapi juga perbincangannya dengan Tuan Kang. Gambaran masa lalu sang ibu melintas, membuatnya merasakan sesal karena telah dilahirkan. Juga tentang perasaan Jin Ah padanya, selama ini ia tak pernah memikirkan tentang cinta. Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana cara melindungi adik-adiknya dengan kedua tangan lemahnya.

"Boleh aku memelukmu?"

Kalimat itu terus terngiang di kepalanya. Jin Ah memang pernah memeluknya ketika ia bertemu dengan jasad Travis di rumah sakit. Tapi permintaan yang satu itu, seakan memang Jin Ah inginkan sekedar melepas rindu sebagai orang yang memendam cinta.

12 MAWAR HITAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang