Tujuh Belas

231 21 0
                                    

Jun berhenti di sebuah kafe yang terletak jauh dari mansion sang ayah. Memang ia sengaja mencari tempat umum untuk menikmati minuman di kafe yang memang sering menjadi tempat kunjungannya. Jun menyeruput teh ginseng secara perlahan, sambil menatap kosong apa yang ada di hadapannya. Bahkan tanpa ia sadari seseorang telah memperhatikannya.

"Kak Jun, aku sungguh merindukanmu, tapi aku tak memiliki nyali untuk mendekatimu," batin gadis itu dengan jarak beberapa meter dari meja Jun.

Ya, gadis itu adalah Jin Ah. Setelah pertemuan terakhir mereka sebelum Jun memutuskan pindah, Jin Ah selalu mengunjungi kafe itu. Kafe yang selalu didatangi oleh Jun kapan saja. Dan akhirnya, ia benar-benar melihat Jun di tempat itu setelah beberapa kali tak pernah melihatnya lagi.

Diam-diam, Jin Ah mengangkat ponselnya dan menyalakan kamera, mengambil gambar Jun yang tengah melamun dengan teh ginseng yang tersaji di hadapannya. Puas dengan hasilnya, ia tatap layar ponselnya, menikmati keindahan wajah Jun walau tanpa adanya senyum disana.

"Seandainya aku bisa memberikan kehidupan yang normal untukmu, kak. Bahkan aku terlambat mengetahui bahwa ternyata hidupmu tidak pernah aman. Aku menyesal tidak bisa membantumu dari awal, bahkan bantuanku tak pernah berguna untukmu."

Jin Ah melihat kembali ke arah Jun yang tiba-tiba berdiri dan berjalan menuju toilet. Matanya terus mengikuti arah kemana punggung Jun berlalu. Ia menghela napas sejenak, kemudian kembali memandangi meja yang sebelumnya ditempati oleh Jun dengan secangkir teh ginseng yang masih berada di atasnya. Nampaknya Jun memang hanya pergi ke toilet untuk sementara dan akan kembali lagi ke tempatnya.

Tiba-tiba seorang pelayan mendekat ke arah meja Jun dan hendak membersihkan meja itu. Jin Ah hendak berdiri memberi tahu pelayan itu bahwa Jun masih akan kembali, tapi baru saja ia berdiri ia melihat hal aneh. Pelayan itu seperti memasukkan sesuatu ke cangkir milik Jun, dengan cepat ia kembali duduk dan mengangkat ponselnya, mengambil gambar bahwa seorang pelayan telah memasukkan sesuatu ke dalam cangkir milik Jun, kemudian berpura-pura bahwa tidak ada yang terjadi.

Sampai akhirnya Jun kembali ke mejanya, Jin Ah kembali memperhatikannya pula. Ia berdiri, mendekat perlahan hendak memberi tahu bahwa seseorang telah mencampurkan sesuatu ke dalam minumannya. Tapi belum sempat ia sampai ke meja Jun, Jun sudah hampir meminumnya. Ia berlari kemudian menyambar cangkir dari tangan Jun hingga cangkir itu terjatuh, yang seketika membuatnya terkejut.

"Jin Ah, apa yang kau lakukan?!" protes Jun ketika melihat cangkir itu pecah berserakan.

Jin Ah mengambil selembar tissue, membersihkan teh yang sedikit menumpahi lengan kemeja Jun sambil menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan semua aman. Tapi tiba-tiba Jun menepis tangannya, merasa kesal karna memang suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja. Jin Ah pun mengangkat ponselnya dan menunjukkan foto yang sempat ia ambil.

Melihat foto itu, Jun cukup terkejut, akan tetapi ia tetap membuat ekspresi wajahnya setenang mungkin. Ia meraih tangan Jin Ah kemudian menariknya keluar dari kafe itu. Kini, keduanya berdiri saling berhadapan di area parkir.

"Maafkan aku, Kak. Karenaku kemejamu menjadi kotor," sesal Jin Ah.

"Terimakasih, tapi lain kali jangan gegabah menolongku, karna aku tidak mau seseorang mati karena menyelamatkan nyawaku."

Jin Ah hanya menunduk. Ingin menyangkal, tapi ia sangat tahu bagaimana seorang Jun yang kini gemar sekali merendahkan diri. Tapi tiba-tiba tubuhnya ditarik kemudian didekap. Jin Ah terdiam sesaat, berusaha mengumpulkan kesadarannya beberapa detik, sampai akhirnya ia menyadari bahwa Jun tengah memeluknya erat.

"K-kak, kau ..."

"Anggap saja ini ucapan terimakasihku," ucap Jun sambil meletakkan dagunya di ceruk leher Jin Ah.

12 MAWAR HITAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang