"Kehilangan adalah hal yang paling menyakitkan. Apalagi kehilangan seseorang yang berharga dalam hidup kita."-Endure.
•••
Satu tahun yang lalu ....
"Bang, lo harus janji jangan tinggalin gue."
"Kalau lo pergi, gue sama siapa? Gue udah gak punya siapa-siapa selain lo."
"Papa pergi, sekarang Mama pun ikut nyusul Papa."
"Lo cuma satu-satunya yang gue punya sekarang, Bang."
"Kalau lo pergi, gue gak tau harus gimana."
Perempuan berusia sekitar 13 tahun itu, terus berbicara diiringi isak tangis. Kepergian ibunya membuat kedua adek-kakak itu dipenuhi kesedihan yang mendalam.
Hari ini, hari di mana kepergian ibunya. Semua kerabat terdekat orangtuanya ikut mengantarkan ke peristirahatan terakhir ibunya.
Seorang perempuan berusia 13 tahun itu tengah tersedu-sedu bersandar di bahu Sang Kakak, setelah semua orang sudah pulang dari pemakaman.
Sang Kakak terus berusaha mencoba menguatkan adeknya, meski dirinya juga rapuh. Tak jarang ia juga meneteskan air mata.
"Meski sulit, kita harus ikhlaskan kepergian Mama, agar ia tenang di sana," ujarnya menahan sesak di dada.
"Gak Bang. Gue gak akan pernah bisa ikhlaskan, Mama," ujar Qiana bersama isak tangis.
"Kita harus bisa," tutur Reano.
°°°
Satu tahun kemudian ....
Angin berhembus kencang menggoyangkan ranting-ranting pohon. Remang-remang lampu menerangi gelapnya malam tanpa rembulan.
Malam ini udaranya begitu sejuk, tapi tidak dengan tubuh seorang cowok yang dibanjiri dengan keringat.
Bagaimana tidak. Gara-gara motor kehabisan bensin terpaksa cowok itu harus mendorongnya, mana adeknya sejak tadi ngomel terus. Sial banget malam ini!
"Makanya kalau mau pergi itu cek dulu bensinnya. Sekarang kan, harus dorong-dorong motor. Mana masih jauh lagi tempat bensinnya!"
Sumpah kupingnya panas banget denger adeknya ngomel terus. Mana kata-kata yang diucapkan itu terus, gak ada yang lain.
Ya ... yang barusan ngomel-ngomel itu adeknya. Sejak tadi dia gak berhenti ngomelin kakaknya karena kesal.
Namanya Qiana Abila. Percaya atau tidak, muka Adeknya gak secantik namanya. Dia itu bak nenek sihir ketika marah. Itulah yang dikatakan kakaknya.
"Masih jauh gak sih, Bang? Gue pegel banget, nih!" kesalnya terdengar dari nada ucapan Qiana.
Reano menghiraukannya. Males banget harus berdebat dalam kondisi kayak gini. Ya, kakaknya bernama Reano Abimanyu. Ia duduk di bangku SMA kelas 12 IPA, tepatnya sekarang berusia 17 tahun. Sedangkan Qiana duduk di bangku kelas 9 SMP, berusia 14 tahun.
"Bang! Lo denger gue gak, sih?"
Mendengar itu, Reano berhenti sejenak. Lalu, beralih menatap adeknya yang terlihat sudah sangat kesal.
"Bentar lagi sampai," ucap Reano dengan napas ngos-ngosan. "Lo gak usah ngomel-ngomel terus. Gue juga cape, apalagi gue dorong motor." Setelah berkata seperti itu, Reano kembali mendorong motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDURE
Fiksi RemajaKehidupan gue tidak seperti anak muda pada umumnya. Yang menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. Di usia gue yang terbilang cukup muda, gue harus menjadi tulang punggung keluarga. Mengganti peran Ayah bagi adek perempuan gue. Dan harus mencari na...