🦉DUA🦉
- Sabotase -
"Freyya ...."
Seruan itu langsung terdengar dari ruang tamu begitu Freyya memarkir mobilnya di garasi rumah.
Dari nada suaranya, tentu saja Freyya tau bahwa yang bersorak adalah ibunya, Trivia Winata.
"Mama sama Papa punya suatu kabar buat kamu," senyum Nyonya Trivia langsung menggiring anaknya masuk ke ruang tengah dan duduk di meja makan. Hidangan makan malam bahkan sudah tersaji di meja itu.
"Ada apa, Ma? Pa?" Freyya menatapi ayah dan ibunya bergantian dengan wajah heran. Papanya yang baru saja menutup tablet bacaannya di meja makan juga menatapnya dengan penuh teka-teki.
"Jadi begini." Hengky Rebseno, ayah Freyya, memulai pembicaraan dengan wajah serius, tidak seperti istrinya yang senyum-senyum tak sabaran. "Papa punya teman, kami berdua sudah menjadi partner selama bertahun-tahun hingga bisnis Papa bisa bertumbuh dan sebesar sekarang."
"Okay? So?" Freyya masih menunggu-nunggu clue yang diberikan ayahnya.
"Teman Papa ini punya anak. Papa yakin kamu pasti kenal dia," sambung Tuan Henky lagi.
"Siapa?" tanya Freyya masih santai. Ia pikir ini hanyalah obrolan santai seperti biasanya.
"Kamu tau Louise Gallan? Kalian satu kampus dan bahkan satu fakultas juga," tukas sang ayah lagi.
Suapan Freyya terhenti ketika lagi-lagi nama itu kembali disebut di telinganya. Mengapa seharian ini dia begitu sering mendengar nama itu.
"Iya, Pa. kami satu jurusan malah," jawab Freyya singkat. Ia lanjut menyuap potongan daging ke dalam mulutnya.
"Menurutmu, dia gimana?" tanya Nyonya Trivia menahan senyum.
"Maksudnya? Gimana apanya, Ma?" Dahi Freyya berkerut heran sembari mulutnya mengunyah. Ia mendeteksi ada hal yang tidak beres dari gelagat kedua orang tuanya itu.
"Apa dia lelaki yang baik?" Nyonya Trivia memperjelas pertanyaannya.
'Jauh dari kata baik!' tolak Freyya dalam hati. 'Pemaksa, sok superior, mengintimidasi, dan manipulatif!' batinnya dengan cepat. 'Dan yang paling parah dia mengidap Main Character Syndrome, seolah-seolah dunia cuma terpusat ke dia doang! Udah gitu arrogant banget lagi, mentang-mentang Ketua BEM!"
Tentu saja pendapatnya itu tak berani Freyya sebutkan langsung, dia hanya tak ingin memperlama obrolan tentang lelaki itu.
Freyya pun mengangkat bahu. "Well, dia terkenal karena jadi Ketua BEM di fakultas."
Nyonya Trivia mengangguk-angguk terlihat senang dan puas. "Itu artinya dia anak yang baik," simpulnya, menoleh pada Tuan Hengky seperti mengode untuk mengatakan kalimat selanjutnya.
"Jadi ... setelah kami rembukkan berkali-kali, dengan penuh pertimbangan akhirnya kami memutuskan untuk ... menjodohkan kalian berdua," tukas Tuan Hengky dengan suara baritonnya.
"Ppffttt!!!" tawa Freyya spontan langsung tersembur pelan dan berhasil kembali dia tahan. Dia pikir orang tuanya sedang bercanda. "Ini pasti prank, ya?"
Hengky Rebseno dan Trivia Winata saling berpandang-pandangan bingung melihat reaksi anaknya. "Kami serius, Sayang."
"Enggak-enggak, kalian pasti bercanda," tolak Freyya mentah-mentah, mulutnya masih menampakkan cengiran, namun lama kelamaan cengiran itu terlihat canggung dan sorot matanya berubah khawatir. Baru saja pulang kuliah tapi sudah disodori pembicaraan yang berat ini.
"Sayang ... kami tau ini sangat mendadak buatmu." Nyonya Trivia mengelus punggung tangan anaknya. "Tapi, kami pikir tak ada salahnya untukmu mencoba. Lagipula, kamu belum pernah mengenalkan teman laki-lakimu, ya wajar kami ingin mencarikan calon yang terbaik buat kamu."
"Ini terlalu cepat. Umurku baru dua puluh dua tahun, Ma!" protes Freyya cepat, tampak dari wajahnya yang memerah, gadis itu sama sekali tak terima dengan usulan orang tuanya.
"Mama dulu menikah malah umur dua puluh, Frey. Melahirkan kamu ketika Mama umur dua satu," ucap Nyonya Trivia.
"Tapi aku bukan Mama!" sanggah Freyya dengan air mata berlinang saking protesnya.
Tuan Hengky dan Nyonya Trivia sama-sama terdiam. Mereka tau betul anak mereka pasti akan menolak ide ini, namun keduanya sudah telanjur bersepakat dengan keluarga Gallan.
"Ayolah, Freyy. Kamu coba dulu," bujuk Tuan Hengky.
"Mencoba apanya, Pa?" Air mata Freyya sudah langsung pecah meski sama sekali belum ada unsur paksaan dari orang tuanya. Namun, cepat atau lambat, Freyya yakin situasi itu akan berubah menjadi desakan.
"Lagipula kenapa harus dia?" protes Freyya lagi. Seperti tidak ada yang lain saja, dari seluruh lelaki yang ada di dunia ini mengapa orang tuanya harus menjodohkannya dengan Gallan, sosok yang paling membuatnya ilfeel sejak first impression di awal ospek dulu.
"Papa sering ketemu Gallan kalau dia ikut ayahnya ke perusahaan. Papa lihat dia anaknya baik, bertanggung jawab, pemikirannya matang dan dewasa," pungkas Tuan Hengky.
"Ya, itu kan menurut Papa!" potong Freyya bengis.
"Freyya!" Nyonya Trivia memperingati anaknya untuk tidak bersikap melewati batas. "Kami hanya ingin kamu saling mencocokkan diri dengan Gallan, Sayang. Kalau kamu merasa tidak cocok, kami tidak akan memaksa," sambungnya.
Freyya meneguk air putih dari gelas tinggi itu untuk menenangkan pikirannya yang langsung panas begitu mendengar nama Gallan.
"Hmm ... oke, fine," angguknya mengelap mulut dengan tisu. Dirinya sudah tidak nafsu makan lagi. "So, apa yang mau Mama dan Papa lakukan dengan ide ini?"
"Kami sudah mengatur jadwal makan malam kalian besok."
"AP-APA? BESOK?" Freyya benar-benar kaget. "Secepat ini? Buru-buru amat!"
"Justru lebih cepat, lebih baik, Sayang. Untuk apa menunda-nunda selagi ada kesempatan di depan mata," ujar Tuan Hengky yang kemudian ikut meneguk air putihnya dari gelas kaca.
Freyya tak tau lagi harus berkata apa. Sungguh, dia merasa hidupnya kini sudah mulai disabotase.
~o0O0o~
.
.
.
.Hayoloh, jangan terlalu membenci seseorang
Gak ada angin nggak ada hujan malah kena jodohin sama org yg lo benci ngga tuhDijodohin sama si Main Character Syndrome? Yang bener aje, rugi dong, ntar lu jadi Second Lead Syndrome, wkwkwk
Anyway, jangan lupa follow akun ini yaa
cussssss .....
.
.
.VOTE AND COMMENT
.
.
.Love Di Udara 💕
Ranne Ruby
KAMU SEDANG MEMBACA
THE REBELLOUSE! (On Going)
Lãng mạnEmang boleh se-bjir ini? Freyya tiba-tiba disuruh mengikuti blind date dengan Ketua BEM yang ternyata sangat problematik. Semakin Freyya mencoba untuk menjauh, semakin dalam pula gadis itu terlibat dalam kehidupan seorang Louise Gallan yang kontrove...