🦉Dua Puluh Dua🦉
- Perang Dunia I -Gallan menatap serius pada Freyya yang membuang napasnya dengan kasar. “Kenapa sih, lo segala-galanya dianggep ribet, Freyy?”
"Emang apa yang salah dengan getting spotlight??" ujarnya lagi.
Pertanyaan Gallan yang out of topic membuat Freyya melirik kesal pada lelaki itu. “Berhubungan dengan orang banyak itu ribet, Gall. Menguras energi, dan sekalinya mereka tau tentang kehidupan gue, it feels uncomfortable when they look at me with annoying gaze.”
“Just take it easy, Freyy,” saran Gallan. “Nggak perlu acuhkan mereka dan anggap aja mereka hanya figuran di sekitar lo.”
“Buat lo yang udah biasa menjadi pusat perhatian mungkin ini bukan kendala. Tapi buat gue yang introvert ini, I hate being a spotlight, jadi bahan omongan, segala tindakan akan diperhatikan, dan mereka kepo dengan urusan pribadi seseorang. That’s why gue nggak pernah mau ikut sesuatu yang mencolok sekali pun gue banyak dapat tawaran dan ajakan jadi leader di komunitas atau organisasi.”
Kini Gallan jadi tau kenapa Freyya yang sangat idealis dan bold ini sama sekali tidak tergabung dengan organisasi eksis kampus mana pun. Ternyata inilah penyebabnya, gadis itu tidak suka menjadi pusat perhatian. Sungguh, sangat berbanding terbalik dengan Gallan.
“Lo terlalu memikirkan anggapan orang terhadap lo, ya?” tanya Gallan lagi. Entah mengapa secara tidak sadar dirinya mulai ingin tau lebih dalam tentang pribadi gadis itu.
Freyya menatap mata Gallan selama beberapa detik, lalu kemudian merespon. “Nggak juga. Ketimbang diperhatikan orang-orang, gue lebih memilih untuk tidak. Bukan berarti gue gak bisa dan over thinking sama perkataan orang lain. Mereka nggak deket sama gue dan nggak tau gimana gue, jadi buat apa gue mikirin pendapat mereka,” jawabnya lugas.
Gallan mengangguk pelan, cukup puas dengan jawaban Freyya yang masuk akal dan tegas. “Kalau gitu, kali ini lo harus keluar dari zona nyaman lo, Freyy.”
“Zona nyaman?” Freyya menautkan alisnya. Seperti judul lagu band Fourtwnty.
“Iya. Lo harus menghadapi apa yang biasanya lo nggak suka,” imbuh Gallan.
“Gue tau apa yang lo maksud, Gall. Tapi, effort untuk ini nggak worth it. Gue bisa keluar dari zona nyaman untuk hal-hal lainnya yang lebih pantas, tapi tidak untuk perjodohan kita,” pungkas Freyya menaikkan dagunya, memperlihatkan sedikit keangkuhan, the pride, dan Gallan suka itu.
“Ya, gue tau lo sebenci itu sama perjodohan ini. Gue pun sebenernya juga kurang setuju, tapi bedanya gue bisa lebih chill. Sedangkan lo, lo terlalu shout out, Freyy. Santai aja. Kalau kita nggak jodoh ujung-ujungnya lo sama gue juga nggak akan nikah. Jadi kenapa lo harus worry,” sahut Gallan sambil memasukkan ponsel ke dalam saku celananya.
Jujur saja, Freyya agak bete kenapa kalimat itu harus keluar duluan dari mulut Gallan sebab dirinya tentu saja sepakat dengan ucapan lelaki itu.
“I know,” potong Freyya dengan cepat. “Tapi buat gue, semakin cepat urusan gue sama lo kelar, semakin cepat pula hidup gue tenang. Meladeni perjodohan ini adalah wasting time! Buang-buang waktu karena ending-nya udah jelas, gue sama lo nggak akan berjodoh!” tekan gadis itu dengan sorot mata dingin.
Gallan terkekeh pelan mendengar statement Freyya barusan. Dia salut dengan ucapan Freyya yang seyakin itu, seolah gadis ini sudah menetapkan arahnya dan tak akan mengubahnya.
“Jujur, gue merinding sama lo, Freyy. Lo bisa seberani itu bertaruh kalau kita nggak akan berjodoh. Mau mencoba mendahului takdir apa gimana,” ledek lelaki itu.
Freyya menyurai rambutnya sambil menyeringai kecil. Gadis itu maju satu langkah mendekati Gallan, sedikit mendongak ke atas menatap Gallan yang lebih tinggi darinya. “Pegang kata-kata gue, Gall. Gue akan bejuang mati-matian agar hidup gue nggak akan berakhir menjadi istri lo.”
Tatapan intens penuh tusukan itu membuat Gallan hanya bisa bungkam dengan segala pikiran berputar di otaknya. Dia hanya balas menatap mata Freyya sehingga keduanya kini saling bertatapan intens dalam jarak yang sangat dekat.
Dalam jarak yang dekat itu, Gallan bisa-bisanya sempat salah fokus pada bibir berwarna pink kemerahan milik Freyya yang jaraknya hanya beberapa belas sentimeter saja darinya. ‘Sial! Kenapa gue malah salfok ke situ!’ umpatnya dalam hati.
Kalau Gallan mau, dia bisa saja tinggal memajukan wajahnya, menyambar bibir itu dan menyerang Freyya dengan mudah. Apalagi, kehadiran Freyya di hidupnya akhir-akhir ini menjadi sebuah tantangan yang cukup memicu adrenalinnya untuk ditaklukan, mengingat seberapa kerasnya gadis ini ingin mengenyahkan Gallan dari dunianya.
“Lo … kenapa benci banget sih sama gue?”
Akhirnya Gallan bisa melontarkan pertanyaan itu. Pertanyaan yang akhir-akhir ini membuatnya penasaran. Sejak berinteraksi langsung dengan Freyya lagi karena dijodohkan, gadis itu bersikap keras padanya seolah sudah lama menaruh ketidaksukaan. Untuk itu, dalam kesempatan ini Gallan ingin tau alasannya.
"Do you hate me?"
~o0O0o~
Siap2 Freyya bakal speak up habis2an
Gallan jangan kaget ya.
.
.VOTE AND COMMENT
If you mind to follow me, I will really appreciate it😘
.
.
.
.Love Di Udara💕
Ranne Ruby
KAMU SEDANG MEMBACA
THE REBELLOUSE! (On Going)
RomanceEmang boleh se-bjir ini? Freyya tiba-tiba disuruh mengikuti blind date dengan Ketua BEM yang ternyata sangat problematik. Semakin Freyya mencoba untuk menjauh, semakin dalam pula gadis itu terlibat dalam kehidupan seorang Louise Gallan yang kontrove...