🦉TIGA🦉
- Labrak Ketua BEM -
[Louise Gallan]: Sorry.
[Louise Gallan]: Pengajuan jadwal sempro untuk bulan ini udah close.Begitulah pesan teks yang diterima Freyya pagi ini dari pria yang baru tadi malam diinformasikan akan menjadi calon suaminya.
"What? Just it?" Gadis itu mengangkat kedua tangannya di udara seraya memandangi layar ponselnya di kasur yang masih membuka room chat-nya dengan Gallan si manusia penganut maskulinitas garis keras itu.
"Terus nasib seminar proposal gue gimana, njir???
"Gila, ya!" umpat Freyya berusaha mengontrol emosinya yang langsung meledak hanya dengan membaca pesan singkat itu. "Sekelas Asdos tapi cara ngebalas chat anak dosbingnya kayak gini? Nggak jelas banget!"
Freyya langsung menyambar kunci mobilnya yang selalu digantung di rak hias estetik sebelah meja belajarnya. Tak lupa mengambil ponselnya juga, Freyya berjalan cepat keluar kamar dan menuju garasi.
"Mau kemana, Freyy?" tanya Nyonya Trivia yang sedang menyiram bunga di teras rumah.
"Kampus, Ma," tukas Freyya menyalami sang ibu dengan cepat.
"Mau pergi bimbingan lagi?" imbuh Nyonya Trivia.
"Bukan, Ma. Mau ngelabrak orang," ujar Freyya dengan nada datar sambil membuka pintu mobil.
"Aduh-aduh ... jangan dong, Sayang." Nyonya Trivia terdengar ngeri meski dia tau anaknya itu tidak serius. Namun, meski begitu, Nyonya Trivia tau putrinya itu akan sangat mampu melakukan itu mengingat waktu masih TK Freyya pernah memukul anak laki-laki yang menjailinya.
"Bercanda, Ma," ujar Freyya yang sudah duduk di kursi kemudinya, membiarkan jendela kaca mobil terbuka sepenuhnya.
"Ya sudah. Jangan lupa nanti kamu ada janji makan malam, lho," pungkas Nyonya Trivia sambil melanjutkan aktivitasnya. "Nanti akan Mama kirimkan alamat restoran tempat pertemuan kalian."
Freyya memutar mata begitu teringat akan agenda kencan nanti malam. "Huft!" desahnya. "Iya, Ma."
Setelahnya, mobil silver itu keluar dari halaman yang luas, bergerak menuju kampusnya, Universitas Bakti Indonesia atau disingkat dengan UnBI.
(*nama kampus hanyalah fiktif)
Selama di perjalanan, Freyya menyusun kata-kata apa yang akan dilontarkannya begitu menemui Gallan Si Ketua BEM yang sekarang pasti berada di sekretariat organisasinya.
Jujur saja, dirinya sama sekali tak bisa terima dengan jawaban lelaki itu tentang pengajuan jadwal seminar proposalnya yang terkesan digantungkan.
"Seenaknya bilang udah close. Dia kira ini sama kayak pendaftaran futsal agenda tahunan BEM-nya yang konyol itu apa?" Freyya kembali mengomel sambil tetap berkendara dengan hati-hati.
Setiba fakultas dan memarkir mobilnya di parkiran, gadis itu langsung menuju Sekretariat BEM FEB yang terletak cukup jauh dari gedung-gedung perkuliahan. Lokasinya memang di ujung fakultas dekat hutan pinus, namun sangat strategis karena bersebelahan dengan lapangan basket dan tak jauh dari sana adalah Gerai Kantin.
Suasana kampus hari itu masih sepi, mungkin karena masih tergolong pagi dan rata-rata yang kuliah pagi sedang berada di dalam kelas.
Namun, Freyya tau pasti bahwa lelaki itu, Louise Gallan, sudah berada di kampus. Sebab, akhir bulan ini BEM FEB akan mengadakan festival besar yang melibatkan undangan dari BEM FEB kampus lain untuk berpartisipasi. Sehingga, bisa dipastikan seluruh anak BEM yang menjadi panitia sedang sibuk-sibuknya karena sudah mau mendekati hari H.
Pun kalau Gallan tidak ada di sekrenya, Freyya bertekad akan menunggu dan memantau sekretariat itu seharian. Dia tidak sabar ingin melabrak Asdos sok yes itu.
"Bingo!" Prediksi Freyya langsung terbukti begitu dirinya melihat sesosok lelaki jangkung yang dicarinya itu tampak memasuki pintu Sekretariat BEM dengan langkah cepat. Freyya yang memantaunya dari gazebo tempatnya duduk, tersenyum penuh makna sambil cepat-cepat bangkit.
Gadis itu melangkah ke halaman gedung BEM dengan sedikit canggung. Ini karena dirinya belum pernah sama sekali memasuki sekretariat organisasi mahasiswa paling eksis di kampus itu.
Selama ini, dirinya hanya lewat, karena memang sama sekali tak pernah memiliki kepentingan untuk berkunjung ke sana.
Begitu melangkah masuk, ternyata ruangannya begitu luas. Penampakan di dalamnya lebih seperti kantor. Begitu masuk langsung dihadapkan dengan ruang tengah yang cukup luas dengan beberapa pintu bilik. Pintu-pintu itu ditempeli nama-nama setiap divisi organisasi.
"Permisi," ucap Freyya di pintu masuk. Di dalam tidak ada orang. "Hallo, ada orang?" panggilnya lebih keras, berharap ada yang menyahut dan menyuruhnya masuk.
Freyya tau Gallan ada di dalam, namun dari tadi dirinya tak melihat sosok lelaki itu apalagi sahutannya.
"Atau mungkin tuh cowok di lantai atas?" pikir Freyya memutuskan untuk melangkah lebih masuk dan menaiki anak tangga.
Baru saja mencapai anak tangga yang paling atas di lantai dua, tiba-tiba Freyya sudah dikagetkan dengan sebuah suara berat yang sosoknya belum tampak sama sekali oleh pandangannya.
"Ngapain di sini?"
"AAHH!!!" Freyya spontan berteriak saking terkejutnya.
Bagaimana tidak, sekretariat ini tadinya hampir kosong tak ada sahutan, meski dirinya tau Gallan sudah ada di dalam tapi tetap saja normalnya orang akan kaget jika mendengar suara yang tiba-tiba.
"Ya elah, malah kaget. Nggak usah teriak gitu kali."
Mendengar tone suara itu, Freyya yakin bahwa itu adalah lelaki yang sedang dicarinya dan ingin dilabraknya sejak dari rumah tadi.
Tentu saja yang ada di hadapannya kini adalah Louise Gallan, si Main Character Syndrome sekaligus si penganut maskulinitas garis keras.
"Lo ... Rebecca Freyya, kan?" panggil Gallan yang berdiri dari ambang pintu bertulisan Badan Pengurus Harian (BPH).
Freyya menatap Gallan dengan wajah kesal. "Lo bisa nggak sih jangan tiba-tiba nongol kayak hantu begitu! Mau cosplay jadi tuyul?" sindirnya.
Gallan hanya menaikan bahu mendengar omelan gadis yang sedang direncanakan untuk dijodohkan dengannya. "Lo ngapain di sini?" tanyanya sambil bersandar santai di ambang pintu ruangan.
"Nyariin lo!" pungkas Freyya dengan cepat dan nada judes.
Gallan terkekeh pelan. "Lo udah nggak sabar ketemu sama gue, ya? Dinner-nya 'kan nanti malam, Sayang."
~o0O0o~
Hah? Gimana gimana?
Blom apa-apa udah main panggil sayang aja nih
.
.
.
.
.LIKE AND COMMENT
Love di udara 💕,
Ranne Ruby
KAMU SEDANG MEMBACA
THE REBELLOUSE! (On Going)
RomanceEmang boleh se-bjir ini? Freyya tiba-tiba disuruh mengikuti blind date dengan Ketua BEM yang ternyata sangat problematik. Semakin Freyya mencoba untuk menjauh, semakin dalam pula gadis itu terlibat dalam kehidupan seorang Louise Gallan yang kontrove...