08. |Penyesalan Evan
Penyesalan memang selalu terjadi di akhir, oleh karena itu hati-hati dalam bertindak sebelum kamu menyesal dan kehilangan apa yang kamu miliki.
-Azalea Cassandra
~~~~~
Tiga hari kemudian ....
Keadaan Lea sudah membaik, ia juga sudah bisa pulang kerumah. Dengan catatan harus istirahat total, karena keadaan nya belum pulih sepenuhnya. Gadis itu datang ke kantor polisi bersama Alvin, Rere juga Aiden dan Pelangi bersama Arbian.
Rere dan Aiden merupakan orang tua kedua bagi Lea, beruntung Lea memiliki Om dan Tante seperti Mereka. Bahkan Lea memanggil Rere dan Aiden itu Mamih dan Papih, karena sejak kecil mereka sudah begitu dekat.
Saat di mintai keterangan oleh polisi, Naira dan Alila tampak terus menyudutkan posisi Lea. Mereka bahkan menceritakan jika perbuatan Lea itu karena dendam keluarga.
Lea membenci Naira yang merupakan anak rahasia Daddy nya. Ia juga tidak mau berbagi kasih sayang maupun harta. Sehingga Lea mau melenyapkan Naira dengan cara menusuk nya, begitu kata Alila.
"Pak pokoknya, saya mau keadilan buat anak Saya! Saya mau, Lea di tahan!" ucap Alila menatap Lea sinis.
"Tunggu dulu, belum ada bukti kan? Jadi anda tidak bisa seenaknya mumenuntut putri Saya Alila!" sentak Rere, wanita yang masih terlihat muda itu berdiri berkacak pinggang.
"Tau lo lampir peyot! Lo pikir ini kantor polisi milik bokap lo apa?! Main seenak nya aja nyuruh polisi buat nahan sepupu gue!" Pelangi menyentak Alila galak. Jiwa bar-bar nya keluar.
Ucapan Pelangi yang terdengar barbar dan blak-blak an membuat Alvin tertawa kecil, bukan cuman Alvin, polisi wanita yang ada disana menahan tawanya.
"Lani, jangan emosi," Arbian mengusap tangan istrinya itu.
"Gimana gak emosi, orang deket gue ada setan!" ketus Pelangi melirik sinis Alila dan Naira.
Alila menggeram kesal, ingin sekali dia memaki Pelangi, namun Naira menahan nya agar rencana mereka tak gagal. Seolah-olah yang bersalah itu Lea dan keluarga nya.
"Anjir, mulut sepupu lo. Mercon banget!" bisik Alvin pada Lea.
"Biasalah, turunan Mamih Rere!" bisik Lea terkikik pelan.
"Harap tenang! Untuk sementara, saudari Lea akan menjalani tahanan rumah, sampai semua bukti aa---"
"Tunggu Pak!"
Suara datar itu membuat semua orang menoleh, melihat seorang cowok berpakaian hitam serta masker yang menutupi wajahnya. Cowok itu melangkah mendekati meja polisi.
"Tunggu, Pak! Saya punya bukti kejadian malam itu!" ucap orang itu.
Tangan nya terulur melepaskan masker nya, membuat orang yang ada disana menatap kagum cowok tampan itu. Membuat Lea bingung, memangnya cowok itu memiliki bukti apa?
"Alvan? Lo disini?" tanya Alvin, cowok itu langsung berdiri.
"Saya punya rekaman di malam itu," tutur Alvan dengan wajah tenang nya.
"Alahh jangan percaya Pak! Mungkin itu cuman rekaman palsu, karna di malam itu gak ada siapapun kecuali Naira dan Lea!" sela Alila.
"Oh ya? Kenapa anda bisa seyakin itu Nyonya Alila?" Alvan berucap santai tapi membuat Alila terjebak.
"Hari kamis, gedung Advera, pukul 18:14 gue rekam semua kejadian yang terjadi di atap gedung Adpera," ucap Alvan secara detail.
Cowok itu mengeluarkan handpone mahal nya, lalu menyerahkan nya pada polisi. Polisi menerima nya lalu memperhatikan video dengan durasi 5 menit itu dengan seksama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea Cassandra (REVISI)
Teen Fiction-Cinta itu berada diantara lara dan harsa, entah perasaan mana yang akan kau dapatkan dalam kata cinta itu. Entah harsa yang abadi atau lara sejati.- Sederhana, kisah ini menceritakan tentang sosok Azalea Cassandra. Gadis yang memiliki trauma dan l...