11. |Mengikhlaskan Kepergian nya

127 48 170
                                    

11. |Mengikhlaskan Kepergian nya

Mengikhlaskan kepergian itu, memang terasa begitu sulit. Tapi, perlu kita ingat, di dunia ini tak ada yang abadi, semua akan berpulang pada sang pencipta.

~~~~~


Cuaca terlihat mendung, seakan ikut merasakan kesedihan yang sedang berlangsung. Rintikan hujan gerimis, menjadi pengantar isakan tangis pilu yang terdengar begitu menyayat hati.

Di halaman depan rumah Rere dan Aiden, terpajang beberapa papan bunga. Terdengar isakan tangis, orang-orang yang merasa sedih dan terluka karena kepergian orang tersayang.

Telihat, jasad Ana terbaring kaku di tengah-tengah ruangan itu. Banyak yang hadir, untuk mengucap bela sungkawa terhadap Lea.

Ana, wanita berusia 38 tahun itu, meninggal saat perawatan pasca operasi pengangkatan penyakit tumor yang di derita nya.

Lea menangis memeluk jasad Ana, ia tak menyangka, jika ia akan kehilangan sosok yang paling dia sayangi. Mommy nya, penyemangat nya, tujuan hidupnya, telah pergi.

Bagaimana sekarang? Tujuan nya untuk tetap bertahan, sudah pergi?

"Mom! Bangun ... hiks ... hiks ... bangun Mom! Jangan tinggalin aku!"

"Momy janji, setelah pulang dari amerika kita akan menghabiskan waktu bersama. Hiks ... bangun Mom! Ayok kita habiskan waktu bersama! Aaaa ... hiks ... hiks
... Momy!"

"Momy! Aku mohon jangan pergi, hiks ... bangun Mom, jangan tinggalin aku!"

Lea menangis sejadi-jadinya, air matanya menhalir deras tiada henti. Hatinya begitu sakit, dada nya terasa sesak. Bagaimana pun, Lea tak bisa mengikhlaskan kepergian Ana.

Aiden mendekat pada Lea, ia memeluk erat tubuh keponakan nya itu. Mengusap punggung gadis itu pelan. Betusaha menenangkan nya.

"Ikhlasin Sayang, Papi tau ini berat, kamu harus berusaha supaya Momy kamu tenang," ucap Aiden tedengar lembut.

"Hiks ... kenapa Momy harus pergi secepat ini? Hiks ... hiks .... "

Lea melepaskan pelukan nya, menatap Aiden dengan tatapan menuntut. "Kenapa aku harus terus di tuntut untu menerima keadaan? Kenapa aku harus terus dipaksa untuk mengikhlaskan kehilangan Pi? Kenapa? Hiks .... "

Lea berpikir, kenapa masalah datang secara bertubi-tubi kepadanya? Seakan-akan kehidupan sedang mempermainkan nya.

Seorang perempuan paruh baya, yang dikenali sebagai ustadzah itu mendekati Lea. Ia mengusap punggung Lea.

"Di cium dulu, Mama nya Dek. Kain kapan nya mau di tutup, ingat ya, air matanya gak boleh jatuh." tutur Ustadzah itu lembut.

Perlahan Lea mengusap air matanya, ia mendekat. Tetapi masih diam tak bergerak. Sampai akhirnya, Rere bersuara.

"Lea, Sayang. Ayok kamu pasti bisa, kasian jasad Mommy kamu." ucap Rere dengan kedua mata yang berkaca-kaca.

Lea mengangguk pelan, lalu ia mencium kening Ana dengan lembut. "Mom, a-aku sayang Mommy."

Azalea Cassandra (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang