***
Ini kalipertama Anne bertemu dengan Rana — pacarnya Ben. Begitu pula Gama. Sebagai sahabat Ben, rasanya aneh banget kalau Gama tidak kenal dengan Rana. Tapi memang seperti itu kenyataannya. Ben dan Rana baru menjalin hubungan awal tahun kemarin. Di mana keduanya juga baru bertemu lagi di Bulan September. Lalu, Ben dan Rana menjalin LDR.
Kata Gama, seperti yang diceritakan Ben, mereka kenal karena kedua orangtua mereka adalah teman sekolah. Ben dihubungi orangtua Rana lebih dulu dengan maksud hanya ingin tahu kabar Ben dan adiknya. Namun tidak disangka dari sanalah mereka kemudian dekat. Bisa dibilang, she fell first and he fell harder. Kelihatan gimana Ben nggak banyak cingcong.
Perempuan itu cantik banget yang cantik super cantik kayak keluar dari webtoon. Prisia setuju dengan pendapatnya ini. Mereka jadi dua di antara banyak orang di kedai Ben pagi itu yang menatapnya tidak bosan-bosan.
"Kamu mau makan apa?" Tangan Gama tiba-tiba sampai di dagunya. Dielusnya sebab sudah tigakali mengajukan tanya soal itu tapi tidak mendapatkan jawaban juga. "Ngapain sih daritadi bengong aja."
Tidak ada yang mengelus dagu Prisia, perempuan itu ikutan sadar dengan suara Gama saja. Tidak ada juga yang menanyakan dia akan makan apa. Prisia melakukannya sendiri dan bukan hal yang menyedihkan untuknya. Jadi tolong siapapun jangan melihat kejombloan Prisia sebagai kesedihan.
"Gue udah nyarap di rumah sama Ibu gue." terang Prisia.
"Gue kira lu ngajak ke sini buat sarapan bareng."
"Gue mau lihat Rana????"
Ya benar. Anne lupa kalau tujuan mereka datang ke kedai Ben karena kedatangan Rana. Dia sendiri yang cerita setelah Gama ngasih tahu kalau Ben dan Rana sudah baikan dan sekarang Rana akan stay di Jakarta. Liburan — sekalian bantu-bantu Ben di kedai dan tentu saja pacaran.
"Mau... nasi goreng nggak?" Rana muncul di tengah obrolan dua perempuan itu. Senyumnya terlihat kikuk — mungkin sulit baginya untuk tiba-tiba akrab dengan teman-teman pacarnya. Dan Ben datang cepat. Berdiri sambil merangkul pinggangnya, tidak membiarkan perempuannya sendirian. "Hehehe. Ben cerita katanya kalian lebih suka sarapan yang berat. Jadi aku ngide aja bikin nasgor. Tapi nggak tahu enak apa nggak,"
Alih-alih menjawab dan merespon kalimat Rana, tiga orang itu terlebih lagi salfok melihat bagaimana Ben merangkul perempuannya. Yaaah gimana biasanya mereka cuma melihat Ben bareng Retta atau memeluk mixer atau blender. Nggak nyangka dia bakal peluk-peluk cewek dengan mesra begini. Bukan cringe tapi kayak kelihatan Rana tuh disayang banget sama Ben.
"Mereka biasanya di sini kalo nggak makan nasgor pasti mie goreng."
Suka sarapan yang besar itu kemudian kembali terngiang di kepala Anne dan Prisia — kompak. Setelah cukup lama dia, keduanya menengok Ben yang pasti adalah tersangka soal ini. Iya, mereka tahu kok mereka berdua memang doyan makan. Tapi nggak di depan Rana yang langsing juga.
"Aku aja, Ran. Prisia udah nyarap di rumah."
Prisia mengangguk penuh senyum. "Iya. Maaf ya. Aku udah sarapan tadi."
"Iya nggak papa. Atau mau teh?"
"Boleh deh."
Dan setelah itu, mereka berlima makan bersama di salah satu meja di sudut kedai. Bergabung dengan pelanggan-pelanggan lain yang juga sarapan di sana. Kedai Ben memang buka daripagi sampai malam. Rana selain cantik ternyata super dan ramah. Dia yang nggak bawel gitu tapi kalau ditanya responnya selalu baik. Rana juga merasakan hal yang sama. Dipikirannya dia nggak yakin bisa akrab sama Anne dan Prisia ketika melihat mereka pertama kali begitu dominan. Gimana ya vibes yang kayak galak gitu mukanya. Dan ternyata kenyataannya mereka baik-baik banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNE AND GAMA (from September to July)
Fanfiction[COMPLETED] Bagian kedua dari Anne and Gama (The 30th Night of September). Akan lebih bagus kamu membaca bagian pertama untuk bisa turutserta dalam perjalanan cinta Anne dan Gama. Namun tidak masalah juga kalau ingin membaca bagian ini saja. Bagian...