(21) Happy x Tears

205 30 9
                                    

***

"I'm not wearing anything under this bathrobe."

Anne yang barusaja melangkah masuk ke kamarnya tiba-tiba dilempar pertanyaan yang membuatnya termenung. Kunci mobilnya masih ia pegang, belum ia taruh. Perempuan itu barusaja dari basement karena ada barang yang ketinggalan. Dan kembalinya dirinya, Gama sudah memakai jubah mandi berwarna putih yang Anne bahkan tidak ingat pernah punya.

"Oke???? Tmi banget."

Hanya itu yang dapat Anne katakan. Memang ia harus merespon apa. Energinya sudah habis selama konseran dan ketawa-ketawa di kedai Ben. Pergi ia ke meja makeupnya. Menaruh kunci mobil di sana dan berniat untuk membersihkan wajah. Yang laki-laki masih berdiri di tempatnya. Tidak bicara lagi dan hanya memperhatikan tiap gerak-gerik puannya.

"I'm period btw."

Kalimat Anne itu datang begitu langkah Gama hendak mendekat ke arahnya. Ia menahan senyum. Tergambar jelas di cermin. Kadang memang Gama punya niat terselubung. Kadang hanya asbun saja. Yang jelas orang normal pasti mengetahui maksud Gama berbicara demikian. .

"Seneng deh aku hari ini," terang Anne kemudian. Tangannya pelan-pelan menyapu wajahnya dengan kapas. Kelihatan nggak ada beda antara pakai makeup sama tanpa makeup. Sama saja. Kalau dipikir-pikir rugi harus menghabiskan makeup kalau hasilnya tetap saja cantik. "Bisa ngumpul sama semuanya. Ada Khaesan, Rana sama Leo. Ada Ultimate Nerds juga. Dan bisa-bisanya Juna manager mereka ikut." lanjutnya sambil ketawa.

Sudah dibilang, perempuannya itu energinya bertambah saat bertemu orang-orang. Walaupun sampai di apart, ia akan mengeluh kelelahan. Tapi faktanya ia masih bisa bercerita. Gama sendiri bahagia sekedar melihatnya bahagia. Hanya itu saja. Kalau dilihat lagi semua orang yang sekarang Gama kenal adalah teman-temannya Anne. Khaesan, Prisia, anak-anak Ultimate Nerds dan manager mereka. Retta, Leo dan Rana tidak bisa juga dibilang pure temannya. Cuma Ben yang benar-benar ia kenal sejak lama.

"I'm also happy if you're happy."

Anne langsung menengok lelakinya itu. Sambil menahan ketawa. "Aku bukannya mau melow-melow yaaa. Aku cuma lagi ngerate hari ini aja."

"Iya, Sayang. I knew it."

"Kamu rate berapa hari ini?"

"Berapa ya?" tanyanya kemudian menyandar di dinding kamar. Masih pakai jubah mandi yang katanya nggak pakai apa-apa di dalamnya. "One billion?"

Tawa yang sejak tadi berusaha ia tahan akhirnya jatuh. Agak terbahak-bahak. Meruntuhkan hening malam. Pikir saja sekarang jam berapa. Jarum pendek di jam yang tegak di nakas mereka itu menunjuk ke angka 2. Beruntung besok hari minggu. "Berlebihan nggak sih sampai satu milyar?"

"Yaaah pokoknya sebahagia kamu, aku juga begitu. Lebih sedikit aja."

Mereka itu sama-sama capek. Tapi masih nyambung satu sama lain. Nggak ada juga yang mengabaikan. Saling mendengarkan. Di detik itu kemudian, Gama cuma bengong memandang perempuannya. Rambutnya diacak-acaknya tiba-tiba. Kelihatan lucu di mata Gama. Kadang memang hanya ada cerita antara mereka. Tidak ada peluk apalagi peluh yang memenuhi badan. Dua-duanya hanya terus bercerita sampai akhirnya ketiduran.

Ketiduran — tadinya. Gama terbangun tepat jarum jam menunjukkan angka 4. Entah karena tangannya yang lelah menopang Anne atau sebenarnya ia memang tidak bisa tidur. Bagaimana Gama mengatakannya. Kalau sebenarnya sekarang, isi kepalanya yang berisik. Seperti yang Anne.

Pelan-pelan dilepasnya peluk perempuannya itu. Begitu juga tangannya yang di bawah kepala Anne. Tak ingin sang puan sampai terbangun. Ditariknya selimut mereka lebih ke atas, menutupi tubuh Anne sepenuhnya. Ia terlihat lelap sekali. Memang lelah sepertinya. Gama juga begitu. Ia bahkan berharap bisa tidur juga. Hanya saja, kepalanya memang sangat menganggu. Gama sedang mencari jalan keluar dari bingungnya ini. Bingung untuk kembali bertanya pada Anne yang sudah baik-baik saja itu.

ANNE AND GAMA (from September to July)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang