***
"Di mana-mana ada berita selingkuh."
"Bukannya masalah Ben udah clear, Kirana nggak selingkuh?"
Anne menghela napas kasar — pandangan matanya kosong, jauh entah apa yang sedang ia pikirkan. Prisia yang menengoknya ikutan menghela napas. Menutupi mesin kasirnya, tidak jadi bekerja sebagai kasir malam ini. Ia juga barusaja mendengar cerita Anne kalau teman pacarnya, Ben, sepertinya diselingkuhi. Di tengah berita panas artis yang ketahuan selingkuh juga. Di tengah dirinya yang juga hampir jadi selingkuhan.
"Mbak Elgi," katanya kemudian. "Lu tahu kan senior baru di kantor gue yang sekarang satu projek sama Gama, kabarnya dia diselingkuhi sama calon suaminya. Makanya dia mutasi ke Jakarta. Lu pikir aja calon suami."
Mata Prisia menyala bulat. Dia lupa-lupa ingat sama yang namanya Mbak Elgi. Tapi informasi mengenai perselingkuhan yang dilakukan calon suaminya membuat Prisia ikutan geram. "Udah mau nikah maksudnya?"
"Iya."
"Ketahuan... tidur bareng?" Prisia ragu-ragu menanyakan soal itu.
Anne mengangguk pelan. Matanya tiba-tiba berkaca-kaca — iba. Yang dilakukan Prisia tidak ada yang lain kecuali menghela napas, iba juga. Sebagai seorang perempuan, Prisia dan Anne jelas paham bagaimana perasaannya. Seseorang yang dianggap mencintai sepenuh hati dan bisa mengayominya berakhir dengan perempuan lain. Tidur bareng lagi.
"Gama — "
"Lu nggak berpikir Gama begitu kan, Ann?" Disambar Prisia cepat.
Perempuan itu diam. Matanya ditatap Prisia cukup dalam. Bagaimana menjelaskannya kalau Anne tentu saja punya rasa takut itu. Tapi dia berusaha mencoba untuk membuangnya. Jauh sebelum ini, dia percaya Gama adalah laki-laki yang baik. Namun sejak kisah-kisah orang sekelilingnya, Anne cukup ketrigger. Makanya ia datang ke menemui Pris.
"Wajar kok lu jadi punya perasaan takut kayak gitu. Cowok emang nggak boleh dipercaya 100 persen. Bapak gue aja selingkuh, Ann." Prisia mencoba memvalidasi rasa takut Anne — yang cukup menenangkan hatinya. Kalau perasaan takutnya ini tidak sepenuhnya salah. "Tapi gue tahu Gama cowok yang baik dan nggak bakal mengkhianati lu. Lu tahu sendiri sebucin apa dia sama lu," sambung Prisia — kemudian matanya pindah ke luar toko.
Cepat Anne mengikuti ke arah mana pandang mata Prisia jatuh. Di sana — tepat di mana seseorang berdiri sambil melambaikan tangannya. Gamaliel. Senyum lebar bahkan di tengah remang malam. Dipikir lagi selama hubungan mereka yang hampir satu tahun ini, mereka tidak pernah berantem selain karena Anne yang suka menolak diantar-jemput.
Gama seperti mengatakan sesuatu sambil menunjuk ke sudut toko. Baik Anne, Prisia juga mengikuti kemana telunjuknya mengarah. Kelihatan ada sosok tinggi jangkung dengan kacamata yang cukup familiar di pandangan.
"Ahim bukan sih?"
"Iya. Ngerokok pasti."
"Nggak lu larang?"
"Gue larang emang dia bakalan dengerin gue?" ketus banget kalau ngomongin Ahim, Anne sampai ketawa. "Tapi dia masih nggak berani kalau ngerokok depan gue sama Ibu." sambungnya, kemudian.
Cerita Prisia soal Ahim selalu lucu. "Gue jadi Ahim juga nggak berani lah."
"Projek Gama sekarang sama Kalea ya?"
Pertanyaan Prisia datang dengan beda isi lagi.
"Mau gue bikin satu projek sama dia?"
"Gini-gini gue juga dah terkenal anjir," lanjutnya — tiba-tiba sombong. "Gue cuma sering nonton konten dia bikin kue di tiktok. Kemaren gue lihat ig dia ngerepost story Mas Yudis. Gue kira dia masih di Bali." jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNE AND GAMA (from September to July)
Fanfiction[COMPLETED] Bagian kedua dari Anne and Gama (The 30th Night of September). Akan lebih bagus kamu membaca bagian pertama untuk bisa turutserta dalam perjalanan cinta Anne dan Gama. Namun tidak masalah juga kalau ingin membaca bagian ini saja. Bagian...