6. Mbak Istri POV : Saya Cemburu!

880 33 2
                                    

Terimakasih sudah Mampir..

Dan

Selamat Membaca📖..

______________________________

Setelah sampai di rumah makan sederhana, kami berdua duduk dan memilih makanan. "Bapak mau makan apa?" Tanyaku. Sebenarnya aku hanya basa-basi saja sih.

"Saya lebih pengen makan kamu deh mbak.." katanya, sambil menatapku dalam. Aku yang di tatap demikian langsung mencubit tangannya yang bebas diatas meja.

Pelayan yang membawakan menu menatap horor ke arah kami. Cih! Dia pasti kaget melihat kelakuan bapak tua ini. "Dia Suami saya Mas.. Maaf Ya.."

"Iya kami, baru saja menikah.." Pak Aru menggenggam tanganku dengan erat. Dan aku berusaha untuk tidak menepisnya.

"Ohh!" Pelayan yang tadinya merasa kikuk itu pun sekarang malah tersenyum penuh arti. Dasar laki-laki! Dimana-mana semuanya sama saja. Mesum!.

"Lama banget, sini saya aja yang pesenin." Aku merebut menu dari tangan Pak Aru. Meminta beberapa menu yang cukup lezat. Dan yang pasti Pak Aru tidak akan menolaknya.

Setelah pelayan itu pergi menyiapkan pesanan kami. Aku membuka percakapan dengannya, yang tengah sibuk dengan ponselnya.

"Bapak suka Rawon?" Tanyaku, disela-sela kami menunggu makanan.

"Suka. Tapi lebih suka kamu." Katanya, walau dia fokus kepada ponselnya.

"Hah!" Bukanya melayang, tapi aku malah jengah mendengarnya. Rasanya, ingin sekali aku melempar mangkok sambal ke mulutnya.

Melihat kelakuannya ini, membuat aku berpikir. Mungkin saja sebelumnya dia pernah melakukan hal yang sama kepada mantan-mantannya terdahulu. Ihh!

Aku malas merespon ucapannya, jadi aku hanya diam sambil mengamati dia bermain dengan ponselnya. Lihat itu, dia bahkan tidak merespon kemarahanku akan godaannya. Dia Terlalu sibuk dengan ponselnya, yang bisa aku perkirakan harganya lebih mahal dari pada ponselku.

Hingga pesanan kami datang, dan dia tetap fokus pada ponselnya. Saat itu aku benar-benar ingin melempar mangkok sambal ke arahnya. Hell! Tapi aku urungkan dan hanya makan sendiri. Membiarkan dia sibuk dan fokus pada ponselnya.

Aku menikmati Rawon ini. Rasanya enak dan itu cukup membuat suasana hatiku membaik. Namun satu mangkok belum cukup untuk mengenyangkan perutku. Jadi aku putuskan untuk tambah.

"Mas!" Panggilku. "Saya mau Sate yang ini, sama Rawon lagi ya.. oh iya.. Iga bakarnya sekalian deh.." kataku. Dan Mas pelayan tadi mencatatnya.

Aku kembali memanggilnya saat dia sudah berbalik "Tambah Es jeruk satu lagi mas.." Pelayan itu mengacungkan jempolnya, seperti sedang berbicara dengan temannya sendiri. Humble.

Hingga beberapa menit kemudian pesananku datang lagi. "Terimakasih mas.."

"Ahh.. nikmat mana lagi yang kau dustakan Anisa.." kataku.

"Ayo makan.." Pak Aru mengeluarkan suaranya.

"Kok punya saya sudah dingin." Katanya.

"Hmm" Aku mengetuk mangkok Rawon yang sebelumnya sudah kosong. Dan dia menatap heran kepadaku.

"Ini pesanan kedua saya pak.. jadi wajar kalo mangkok bapak sudah dingin.." kataku.

"Hah?!"

Aku acuh dan memilih makan dalam diam. Ingin merasa kasian, tapi tidak jadi. Karena itu ulahnya sendiri.

"Kenapa kamu tidak mengingatkan saya Mbak?" Tanyanya dengan cemberut.

"Bapak bukan anak kecil yang harus selalu saya ingatkan." Kataku. "Ya sudah.. begini saja.." dengan cepat aku menukar mangkok kami. Dia sedikit terkejut, namun sedetik kemudian dia tersenyum dengan sangat lebar. Dari pada dia banyak bicara, seperti ini lebih baik.

Mas Suami VS Mbak IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang