1. Mbak Istri Pov : Assalamuallaikum Istriku..?

2.8K 93 0
                                    

Sorry Typo!

Dan..

Selamat 📖..
_________

*Hari Pernikahan...

"Saya Terima Nikah Dan Kawinnya Anisa Ainur Ardiansyah Bin Januar Ardiansyah dengan maskawin tersebut dibayar Tunai"

"Bagaimana Para Saksi? Sah?"

"SAHH!!"

Aku menatap kosong kearah cermin meja riasku, kala mendengar suara SAH dari orang-orang dibawah sana.

Hancur Sudah masa depanku sekarang ini. Bayangkan Saja, di usiaku yang menginjak angka ke 20 tahun ini, aku harus dinikahkah dengan orang yang sebelumnya tidak aku kenal. Mohon dicatat, Belum Pernah Aku Kenal.

'Tck!'

Pemikiran kolot dijaman modern, dimana orang tua takut anak gadisnya berbuat hal yang tidak diinginkan dan akhirnya mempermalukan nama baik keluarganya karena mengikuti arus pergaulan yang tidak baik.

Well, Tidak semua arus pergaulan dan perkembangan jaman ini menjurus ke hal yang buruk bukan? Tentunya semua tergantung pada pola pikir dari setiap individu itu sendiri.

Dan Masalahnya Pola pikir setiap individu itu berbeda, hingga membuat dunia yang semakin maju ini pun juga terkena imbasnya. Yang Pola pikirnya lemah, mudah terjerumus kedalam kubangan dosa dan akhirnya menimbulkan kesan negatif dimata masyarakat dan para orang-orang tua, Sementara Yang Pola pikirnya kuat tidak mudah dipengaruhi, mampu menebarkan dan mempertahankan kesan positifnya dalam menyikapi arus pergaulan dan perkembangan jaman. Dan ini yang menjadi nilai plus dimata masyarakat.

Lantas, yang manakah diriku ini? Yang Negatif? Atau Positif? So Aku tidak akan memilih satu diantara keduanya, karena aku NETRAL.

Kenapa begitu, Ya karena aku ini terkadang juga suka berbuat nakal, tapi aku juga bisa mengontrol diriku sendiri. Karena Sifatku ini kedua orang tuaku menjodohkanku dengan Pria itu.

Hal ini pun terjadi, Hanya karena Anak tetangga sebelah yang notabenenya adalah sahabat dekatku sejak kecil, tengah Hamil diluar nikah dan ditinggalkan oleh kekasihnya. Ok Fiks! Itu kisah yang tragis dan sudah berlalu dan sudah berhasil aku tangani. Akan tetapi Mereka tetap merasa takut, aku juga bernasib sama seperti sahabatku itu, maka dari itu mereka memaksaku menikah dengan pria itu. Pria pilihan mereka.

Pintu terbuka, "Ayok Medhuk ndhuk." (Ayo Turun Nak)

Aku yang masih terdiam di depan cermin, hanya bergeming mengabaikan panggilan Ibuk.

"Ndhuk? Uwes toh, Ojo dipikir abot." (Nak? Sudahlah, jangan terlalu berpikir keras.) Ibuk, menepuk pundakku pelan.

Sekuat tenaga aku menahan agar tangisanku tidak pecah. Namun apalah dayaku, saat mataku tidak mampu menampung genang itu lagi. "Ojo dipikir pripun to buk? Nisa itu masih muda lo Buk, tasih enom." (Jangan dipikirkan bagaimana sih Buk? Nisa itu masih muda lo Buk, Masih Muda.) Tekanku.

"Seenaknya Aja Bapak ngejodohin Nisa, pakek acara ngancem segala. Padahal Nisakan masih pengen ngejar cita-cita jadi Arsitek!" Aku merengek, seperti anak kecil disertai cebikan kesal.

Jiwa-jiwa manjaku muncul, disaat-saat seperti ini.

"Husshh! Arek wedok kui, wes dadi Ibu Rumah Tangga wae. Ora usah kemetak arep dadi reno-reno. Koyok Ibuk ngene iki. Ngurus Omah, Ngurus Bojo, Ngurus Anak... Sing Penting Bojomu duwe gawean, koe yo pinter ngakang, tanganmu gari ngatong wae mengko lak yo dikeki. Dobel malahan.." (Husshh! Anak perempuan itu, sudah jadi Ibu Rumah Tangga saja. Nggak usah gaya-gayaan mau jadi macam-macam. Kayak Ibu gini nih. Ngurus Rumah, Ngurus Suami, Ngurus Anak... Yang penting Suamimu ada kerjaan, Kamu juga pinter ngakang, Tanganmu tinggal meminta saja nanti juga dikasih. Dobel malah..)

Mas Suami VS Mbak IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang