Di dalam mobil, aku diam saja sambil mendengarkan musik. Masih mengompres kepala dengan sebotol air dingin yang tadi sempat aku ambil lagi. Karena merasa kurang.
Pak Aru memasangkan sabuk untukku, meski tahu aku bisa memasangnya sendiri tapi aku diam saja. Dia tidak kunjung beranjak dan menatapku cukup lama. Aku pun juga menatapnya. Tangannya terangkat dan bertahan di belakang leherku. Dia menarik jepit rambutku dan berkata dengan suara serak. "Saya suka kamu cemburu, lucu.. tapi saya nggak suka rambut kamu di jepit.."
Aku hanya diam, menatap apa yang akan dia lakukan selanjutnya. "Saya nggak suka orang lain melihat leher kamu.." Pak Aru menggesekkan hidungnya ke hidungku.
"Itu milik saya.." bisiknya. Pak Aru sedikit menjambak rambutku dan mendorong pelan kepalaku, bibirnya mencium bibirku dengan sedikit kasar. Aku membalas ciumannya dan menggigit bibirnya, hingga berdarah. Rasakan.
Bukannya kesal dia malah tertawa, tawa renyah yang selalu membuatku merasa takut sekaligus berdebar.
Aku berkedip beberapa kali dan menggigit pipi dalam ku. Kepolosan ku menghilang saat berada di dekatnya. Sialan.
"Cantik.." dia meraih daguku "Sayakan sudah buat kamu senang hari ini, membelikan apa yang kamu mau." Dia tersenyum menggoda padaku. "Malam ini, gantian---"
"--Kamu buat Om seneng ya.."
Aku melotot padanya dan tertawa. "Iihh.. Bapak!"
Kami tertawa, menertawakan kekonyolan ku. Astaga! Sekarang aku malu.
Dia bahkan tidak berhenti menggodaku saat kami sampai di rumah. Rasanya aku ingin menenggelamkan diriku di kolam renang, laut, atau danau di manapun.
"Mau om bantu nggak?"
Dia mengagetkanku dengan memeluk tubuhku dari belakang secara tiba-tiba. Padahal aku sedang memasak.
"Pak.." aku merengek padanya, yang mungkin akan membuatnya semakin menjadi.
Dia menciumi leher dan telingaku. "Hmm.. wangi.. lemon." Ujarnya.
"Saya lapar, mau makan.." aku mendorongnya. "Bantu kalau mau bantu.." kataku cemberut.
"Iya deh, Om bantuin."
Sumpah Ya! Ternyata dia ini resek sekali. Lain kali, aku akan berpikir dua kali sebelum menggodanya.
Selesai memasak SOP ayam, dengan telur dadar, dan sambal terasi. Aku segera mengambil nasi serta lauk pauknya dan duduk di ruang keluarga. Makan sambil menonton tv adalah hal yang menyenangkan. Tapi berhubung Chanel tv Sekarang ini sangat buruk aku beralih ke Chanel youtube mencari Chanel horor kesukaanku. Hmm..
Siapa yang tidak suka Nadia omara? Haha..
Aku makan dengan tenang mendengarkan apa yang mbak Nadia ini ucapkan. Namun saat layar menampilkan kejutan, tiba tiba Pak Aru datang dengan telanjang dada menghalangi Tv.
"Sayang... Kok makan sendiri sih? Nggak mau nunggu saya?" Tanyanya.
"Pak minggir ih!" Usirku. "Makan nungguin bapak saya keburu kurus.." dengusku.
"Minggir ih.." kataku.
"Nggak mau, Ayo ambilin saya makan? Kemana sih istri Solehah saya?"
Kan? Sudah aku bilang dia ini resek sekali! Sekarang aku harus lebih berhati-hati lagi mengumbar kata di depannya. Entah itu menyombongkan diri atau menggodanya.
Tanpa banyak kata aku berdiri, menuju dapur dan mengambilkannya makan dengan porsi besar. Lalu kembali, dan mendapati dia duduk di bawah di samping tempatku dudu tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Suami VS Mbak Istri
De Todo⚠WARNING⚠ BANYAK TYPO⚠ cerita masih absurd dan acak-acakan. * * * Mari simak kisah Perjuangan Mas Suami yang tampan dan mapan ini dalam Usahanya menjinakkan Mbak Istri yang keras kepala, nakal, dan suka seenaknya sendiri. "Btw, Yakin?!! situ masih m...