7. Mbak Istri Pov : Nggak Suka, Berarti Cemburu..

761 27 2
                                    

Terimakasih Sudah Mampir Dan Selamat Membaca..📖🤗

___________________________

Sebelum benar-benar pulang, kami menyempatkan mampir ke supermarket untuk membeli beberapa bahan kebutuhan. Tolong tidak perlu ditanyakan bagaimana tentang kelanjutan pertengkaran kami sebelumnya. Karena aku juga malas mengingatnya.

Belum ada dua hari aku menikah dengannya, dia sudah main KDRT denganku. Rasanya aku ingin pulang dan berteriak lantang di hadapan ibuk dan berucap. 'INIKAN! LIHAT! KAYAK GINIKAN MANTU IDAMAN MU ITU!' Sambil aku tunjukan tanganku yang memar akibat cengkeramannya.

Dan lihat bibirku ini, pasti bengkak seperti habis di sengat lebah! Bagaimana tidak? Dia menariknya cukup kuat. Ah! Mati saja Sana! Dasar Mesum! Menyebalkan!. Untung saja aku pakai masker. Huh!

"Anisa, berhenti menyumpah serapahi saya di dalam hati. Jika kamu merasa benci dan kesal dengan saya, bilang saja. Kalau perlu, tampar saja saya." Ucapnya. Tunggu, dari mana dia tahu aku sedang menghujatnya di dalam hati. Apa selain, pengusaha, dosen, dan seniman, dia juga seorang Dukun?!

Dia sedang mendorong troli di belakangku.
Sementara aku, masih malas melihat wajahnya yang tampan. Ralat! Wajahnya yang Tua!.

Aku berhenti di area tempat minuman. Memilih mengambil adem sari dan meminumnya. Berharap suasana hatiku ini membaik. Namun, tiba-tiba Pak Aru mendekatiku dan memeluk tubuhku dari belakang. Alhasil aku tersedak dan menyemburkan minumanku.

Dia yang melihatku batuk-batuk menjadi kelabakan sendiri. Ingin rasanya aku memukulnya dengan botol adem sari, tapi sayangnya, itu tidak akan pernah terjadi.

"Ini minum!" Pintanya dengan Panik. Sambil menyodorkan botol air mineral yang rasanya ada manis-manisnya.

"Mata Bapak! rabun ya?!" Gertakku dengan kesal, masih di iringi dengan suara batuk. Tanganku terangkat menunjukkan minuman yang tadi aku minum. Berharap dia paham maksudku, kalau aku sudah memegang minuman.

Tapi aku tetap mengambil, dan meminumnya. Kasian juga kalau tidak diambil. "Saya itu lagi minum, ngapain sih peluk-peluk?! Ini juga tempat umum! Malu tahu?!" Omelku.

Dia hanya diam, sambil menggigit pipi dalamnya. Aku kembali berjalan sambil menenteng 2 buah botol minum dengan merek berbeda, sedangkan dia mengekor di belakangku sambil mendorong troli belanja.

"Apa kaki kamu nggak sakit, jalannya kayak gitu?" Tanyanya.

Aku langsung menghentikan kakiku yang berjalan dengan menghentak-hentak. "Kenapa? Mau bapak gendong?!" Tanyaku dengan sewot. Dia mengedip-ngedipkan matanya, lalu menghela nafas lelah. Kenapa sih dia?!

"Kamu kenapa Anisa?"

"Bapak Yang kenapa?!" Sentakku. Dia tampak terkejut. Sungguh aku tidak ada maksud buruk untuk membuatnya sedih. Tapi suasana hatiku memang tengah kacau saat ini.

"Ok. Beli jajan yuk.. kamu mau apa aja silahkan, Asal jangan marah lagi ya.. saya minta maaf. Ok?" Pinta Pak Aru, dengan penuh kesabaran. Yang dengan sangat jelas tidak akan mungkin aku tolak.

"Beneran?" Tanyaku, masih dengan sewot. Dia mengangguk membuatku mengulum senyum. Lihat saja, akan aku kuras dompetnya itu. Biar dia tidak sombong, dan kepalanya semakin besar. Biar dia tidak Bisa merendahkan aku seperti tadi.

Aku mencari dan memasukan segala makanan ringan yang ingin aku makan, sementara dia hanya diam, tidak protes atau marah. Bahkan aku mengambil beberapa makanan yang harganya lumayan mahal namun dia hanya diam. Hih!

Aku pergi ke tempat sayur, dan mengambil beberapa, lalu ke bagian buah, dan kemudian ke bagian daging.

"Itu daging babi Anisa, kamu mau apa dengan itu?" Tanyanya.

Mas Suami VS Mbak IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang