25. Mas Suami Pov : Bojo Galak

123 10 0
                                    

Terimakasih Sudah Mampir🤗

*
*
Happy Reading Yaar 📖

_____________________________

Aku menatap pantulan diriku di dalam cermin, sebelum mengoleskan cream pencukur janggut. Sebenarnya rambut ini tumbuh tidak terlalu panjang, tapi aku sudah cukup gerah dan ingin merapikannya.

Walau aku tahu, dengan rambut-rambut halus ini aku terlihat lebih tampan, sexy dan menggoda. Aku mulai mencukur secara perlahan di bagian rahang kananku.

"Bapak!"

Suara gebrakan pintu kamar mandi mengejutkanku, aku menoleh kearah pintu yang terbuka sambil meringis nyeri karena pipiku tergores pencukur.

"Ada apa Anisa?" Tanyaku, dengan nada lembut. Meski dia telah membuat pipiku terluka tapi aku tidak merasa kesal atau marah padanya.

Aku harus cukup sadar bahwa hormon istri kecilku ini sedang naik-turun karena sedang datang bulan.

"Ahh.. maaf-maaf.. maafin saya pak. Sakit ya?" Tanyanya sambil mendekatiku. Tubuhnya yang pendek sedikit berjinjit untuk mengamati luka di pipiku.

"Kenapa? Hmm?" Aku kembali bertanya, dan tidak menjawab pertanyaannya, karena dia pasti juga tahu kalau ini sakit.

Aku meraih tubuh montok Anisa, dan menaikkannya di wastafel, dia sedikit terkejut dengan ulahku namun kembali rileks.

"Kenapa?" Tanyaku lagi.

"Nggak jadi, maaf." Dia menunduk, sambil memasukkan anak rambut ke telinga.

Aku tersenyum, "Mau bantuin saya?" Aku mengangkat alat cukur di tanganku, menawarinya untuk membantuku bercukur.

Anisa mengangguk, dan meraihnya. Dia mencukur dengan hati-hati sampai benar-benar bersih.

"Ssshhh.." aku mendesis saat Anisa mengelap luka di pipi kanan ku.

"Sakit?" Cicitnya.

Aku menjentikkan jariku di dahinya, "kenapa terus bertanya? Jelas ini sakit."

"Maaf.."

Aku mengangkat dagunya yang tertunduk, sehingga mata kami bertemu. "Lagian kenapa sih kamu teriak-teriak begitu?" Aku mengelus dagunya, sambil memperhatikan bibir ranum mungil di depanku ini. Bibir merah muda yang sedikit terbuka itu seakan-akan memanggilku untuk mencicipinya, lagi.

"Saya nggak budek tahu.." bisik ku di depan bibirnya.

Anisa menepis tanganku di dagunya. Wajah manis yang semula merasa bersalah kini berubah menjadi wajah garang yang menyebalkan, namun selalu berhasil membuatku merasa semakin jatuh cinta.

"Kata siapa Bapak nggak budek?" Dengan nada kesal, serta tangan bersilang di depan dada dia menatapku sinis.

"Tuh ponsel Bapak diatas meja bunyi terus.. kayaknya ada kali 10 panggilan tak terjawab."

"Dari siapa?" Tanyaku.

"Pacar Bapak lah, siapa lagi?!" Ketusnya.

Anisa melompat dari wastafel dan berjalan keluar, "Dahlah sana diangkat, nanti dia marah loh.."

Padahal jelas sekali Anisa lah yang sedang marah. Tidak banyak berpikir aku kembali merapikan alat cukurku, dan keluar menyusul Anisa yang kini sedang bersiap di depan cermin.

"Sana keluar angkat teleponnya, saya mau ganti baju." Katanya, tanpa melihatku.

Aku mengambil ponsel dan melihat nama Sinta di layar ponsel, ada 15 kali panggilan tak terjawab darinya. Aku mengernyit heran, tidak biasanya dia seperti ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mas Suami VS Mbak IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang