16. Mbak Istri Pov : Hanya kamu

426 17 3
                                    

Hi Yaar..
Terimakasih sudah mampir 🤗
Sorry Typo
Dan Selamat Membaca📖

*
*
*
*
*

"Anisa!"

Pak Aru tampak khawatir, dan dia berlari mengejar ku. Aku? Jangan di tanya. Aku bahkan tidak ingin marah-marah atau mencerca Bu Sinta yang sudah kurang ajar menyentuh Mahram ku.

Mahram ku? Apa tidak ada sebutan lain yang bisa otakku pikirkan? Kenapa aku terlihat seperti gadis yang tengah patah hati yang begitu pasrah dengan keadaan?.

"Anisa? Kamu salah paham.." Pak Aru menggenggam kedua tanganku dengan cemas. Raut wajahnya benar-benar seperti seorang pencuri yang tengah ketahuan dan takut kehilangan barang curiannya.

Sialan! Kenapa aku malah ingin tertawa, mendengar perumpamaan ku sendiri.

"Jangan marah ya.." pintanya, "Saya bisa jelasin.."

"Saya nggak marah." Kataku. Aku melepas genggaman tangannya dan kembali berjalan.

"Anisa.." Dia masih berusaha menggapai tanganku. Aku menatapnya sedikit jengkel.

Jika ada murid yang melihat gurunya berjalan mundur mengejar seorang gadis seperti ini, apa martabatnya tidak turun?

Aku berhenti, dan mendongak menatap matanya. Kami diam sejenak untuk saling memandang.

"Nisaa.." Di kembali meraih kedua tanganku.

Huh! Suaranya terdengar seperti anak kecil yang merengek takut di tinggal pergi oleh ibunya. Lagi-lagi Aku ingin tertawa dengan perumpamaan ku sendiri.

"Bapak.. saya mau masuk kelas. Tolong.." pintaku. Tapi, dia tetap kekeuh menahanku.

"Saya nggak marah.." Aku tersenyum tipis menatapnya. "Saya tahu, kita di jodohkan--."

Aku menatap dalam mata Pak Aru. Dan menghela nafas pelan.

"--Bapak juga berhak bersama dengan wanita yang bapak cintai."

Setelah mengatakan itu, aku benar-benar melepas genggaman tangannya. Hah.. kenapa perasaanku seperti ini? Aku tidak mungkin benar-benar patah hati kan?

***

"Nduk?! Pulang sana!"

"Muleh o Kono Lo!"

Sumpah rasanya aku ingin membakar tempat ini saja. Bagaimana tidak?! Sudah dua jam wanita yang melahirkan ku itu mengucapkan kata-kata pengusiran yang menyakitkan.

Aku ini anaknya loh! Apa dia tidak berpikir, aku akan sakit hati mendengar ucapannya.

"Pulang sana Lo.. mulehoo!"

"Pak?! Istrimu itu Lo.. cerewet buanget, sudah bapak kasih uang belum sih?!" Tanyaku, dengan sewot. Karena biasanya ibu akan berhenti mengomel saat bapak memberinya uang.

Bapak menoleh sebentar dan kembali fokus pada rokok lintingnya. Tapi dia dengan pelan berbicara membelaku. "Sudahlah buk.. anakmu kuwi, kangen Karo awakmu." 

"Ihh? Enggak... " Sanggah ku, yang tidak benar-benar mengatakannya. Karena nyatanya aku memang merindukannya. Dia ini, tidak pernah peka denganku.

"Yowes Sana, pulang!" Tambah kejam wanita tua ini mengusirku.

Tidak mendengarkan Omelannya, aku berdiri dari sofa dan berjalan menuju kamarku. Setelah masuk, aku menutup pintu dengan kencang, mengisyaratkan jika aku menolak perintah ibuk.

Aku menyalakan musik, yang suaranya memenuhi seisi kamar. Lalu merebahkan tubuhku dengan posisi terlentang. Musik klasik India ini, menenangkan pikiranku.

Mas Suami VS Mbak IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang